Melayu Deli KAJIAN TEORITIS

Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu. Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, Sungai Beras dan Klumpang 1875, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung Medan Putri. Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan http:www.pemkomedan.go.idselayang_sejarah.

3.5 Melayu Deli

Nama Melayu sering ditafsirkan orang secara keliru. Hal ini disebabkan karena ada Melayu yang mengandung pengertian bahasa, ras, dan ada pula karena pengertian etnis suku bangsa. Kemudian dalam pengertian umum dapat dikatakan Melayu adalah mereka-mereka sesama pemeluk agama Islam. Dengan datangnya bangsa asing Belanda dan Inggris yang mulai aktif di Nusantara ini menganggap semua penduduk Nusantara dan Semenanjung Malaya oleh karena warna kulit dan profil tubuhnya hampir sama semuanya, serta mampu mengerti bahasa Melayu. Hal ini diikuti pula oleh para sarjana Antropologi Etnhologi Barat lainnya yang membuat teori bahwa bangsa pribumi di Semenanjung Universitas Sumatera Utara Malaya dan Nusantara berasal dari suatu nenek moyang yang datang dari daratan Yunan dan kemudian pindah ke Indo-Cina dan Kamboja. Akhirnya timbullah ras Proto Melayu Melayu Tua dan Deutro Melayu Melayu Muda. Adapun ciri-ciri ras Proto Melayu dan Deutro Melayu tersebut yakni : - Ras Proto-Melayu : rambut tidak kriting, kulit cokelat muda, bentuk kepala brachhipal : misalnya Suku Dayak, Suku Batak, dll. - Ras Deutro-Melayu : misalnya Suku Aceh, Jawa, Bali, Minangkabau. Melayu Pesisir Sumatera Timur adalah orang-orang yang menyatukan dirinya dalan suatu perbauran yang serasi, lalu menamakan dirinya dengan suku Melayu Pesisir Sumatera Timur serta memakai budaya Melayu secara sadar dan berkelanjutan. Suku ini berdiam dan bertempat tinggal di daerah pesisir Sumatera Timur sebelah timur Sumatera Utara. Daerah yang menjadi kampung halamannya turun-temurun sejak dahulu. Sebenarnya pertumbuhan suku ini bermula dari apa yang disebut dengan bekas rakyat Haru. Asal dari rakyat Haru ini adalah golongan Melayu Muda dari Hindia Belakang yang menetap sekitar 1500 SM lalu datang pula suku bangsa dari Tiongkok Selatan yang bernama Suku Yunan dan berdiam pula di daerah pesisir Sumatera Timur. Tahun 800 M di daerah pesisir Timur berdirilah Kerajaan Haru Aru dengan pusat pemerintahan yang pertama di dekat sungai BesitangPesisir kabupaten Langkat kira-kira 90 km jaraknya dari Kota Madya Medan. Akibat serangan kerajaan Cola Mandala dari Hindia Selatan yang menghancurkan pusat Kerajaan Haru itu membuat sebagian besar rakyatnya mengungsi ke berbagai daerah di Sumatera Utara, di Universitas Sumatera Utara antaranya yang mengungsi ke daerah Sumatera Timur belakang menamakan dirinya Karo yang masih menetap di daerah pesisir Timur. Akhirnya terjadilah hubungan dan perkaitan antara satu daerah suku Melayu dengan Etnis lainnya sebagai berikut : 1. Suku Melayu Pesisir Langkat dan Deli berbaur dengan suku Karo, Malaysia. 2. Suku Melayu Pesisir Serdang berbaur dengan suku Karo dan Minang. 3. Suku Melayu Pesisir Tebing Tinggi berbaur dengan suku Simalungun, Karo. 4. Suku Melayu Pesisir Asahan berbaur dengan suku Tapanuli, Minang dan Riau. 5. Suku Melayu di Kota Medan dan suku Jawa, terutama yang lahir di pesisir Sumatera Timur mengalami perkawinan campuran.

3.6 Bangunan Bersejarah di Kota Medan