konstitusi dan undang-undang. Suatu undang-undang statute hanya berlaku dan dapat diberlakukan jika sesuai dengan konstitusi, dan tidak berlaku jika bertentangan
dengan konstitusi. Suatu undang-undang hanya sah jika dibuat berdasarkan ketentuan-ketentuan
konstitusi.Karena itu diperlukan suatu badan atau pengadilan yang secara khusus untuk menyatakan inkonstitusionalitas dari suatu undang-undang yang sedang
berlaku Lebih lanjut Hans Kelsen menyatakan
55
” There may be a special organ established for this purpose , for instance, a special court, as so called
”constitutional court” or the control of the constitutionality of statutes, the so called ”judicial review”may be conferred upon the ordinary court, and especially upon the
supreme court .”
Jadi pada awalnya mahkamah konstitusi merupakan suatu lembaga yang dimaksudkan hanya untuk menguji konstitusionalitas constitutional review dari
suatu undang-undang terhadap konstitusi, karena itu mahkamah konstitusi sering disebut juga “ the guardian of the constitution”pengawal konstitusi.
2. Dasar Yuridis Kewenangan Mahkamah Konstitusi
Pada mulanya upaya melembagakan pengujian yudisial itu selalu terbentur pada dominasi eksekutif dalam bidang politik. Namun pada awal reformasi 1998
dominasi eksekutif menjadi sangat berkurang dan dirasa sangat perlunya reformasi
55
Hans Kelsen, General Theory of Law and State,Translated by Anders Wedberg, New York,Russell Russell, 1961, hlm 156.
Universitas Sumatera Utara
konstitusi melalui amandemen atas Undang-Undang Dasar UUD 1945. Gagasan utama yang muncul saat itu adalah
56
: a Perlunya mekanisme pengujian yudisial agar UU selalu konsisten dengan UUD.
b Perlunya mekanisme pengujian yang dapat dioperasionalkan terhadap semua peraturan perundang-undangan
yang selama ini tidak pernah dapat dioperasionalkan.
Pada tahun 2000, saat perubahan UUD 1945 tahap II dilakukan, diterima gagasan adanya mahkamah konstitusi untuk menguji UU terhadap UUD, tetapi
kesepakatan komisi A belum disahkan pada tahun itu karena masih harus diperdalam dengan kajian-kajian oleh Panitia Ad Hoc PAH I BP MPR.
Namun pada tahun yang sama tahun 2000 komisi C Sidang Tahunan MPR mengeluarkan Tap MPR No.IIIMPR2000 yang berisi:
1. MPR menguji secara materiil UU terhadap UUD 2. MA menguji material peraturan perundang-undangan di bawah UU.
3. Peraturan perundang-undangan terdiri dari : a. UUD
b. Tap MPR S c. UU
d. Perppu e. PP
56
Moh.Mahfud M.D, Konstitusi dan Hukum dalam Konroversi Isu, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta , 2010, hlm.260.
Universitas Sumatera Utara
f. Keppres g. Perda
Tentu saja hal ini menimbulkan masalah karena : 1. Uji materi UU terhadap UUD oleh MPR tidak sejalan dengan keputusan
komisi A yang memberikan kewenangan pengujian UU terhadap UUD kepada MK.
2. Penempatan Perppu dibawah UU berarti memberi wewenang pada MA untuk menguji Perppu terhadap UU. Ini salah karena
57
: a. Perppu itu sejajar dengan UU, karena Perppu itu sebenarnya UU
yang dibuat dalam keadaan genting dan memaksa sebagai pengganti UU
58
, bukan sebagai pelaksana UU
59
. b. Jika Perppu bisa diuji oleh MA maka berarti menghilangkan hak
pengujian oleh DPR political review legislative review pada persidangan DPR berikutnya, padahal pengujian Perppu itu mutlak
menjadi kewenangan lembaga legislatif
60
. Sejak tahun 2001 secara resmi Amandemen ketiga menerima masuknya
mahkamah konstitusi di dalam Undang-Undang Dasar 1945. Tentu saja keberadaan
57
Ibid, hlm 261.
58
Pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
59
Pasal 5 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945.
60
Pasal 22 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945
Universitas Sumatera Utara
lembaga mahkamah konsttusi ini merupakan fenomena baru dalam dunia ketatanegaraan.
61
Sebagian besar negara demokrasi yang sudah mapan tidak mengenal lembaga Mahkamah Konstitusi yang berdiri sendiri .Sampai sekarang baru ada 78 negara yang
membentuk mahkamah itu secara tersendiri.
62
Di Indonesia, Mahkamah Konstitusi menurut pasal 7B dan Pasal 24 C kewenangannya bukan hanya menguji UU terhadap UUD melainkan meliputi
63
: a. Kewenangan
1. Pengujian UU terhadap UUD. 2. Mengadili sengketa kewenangan antar lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD. 3. Memutus pembubaran parpol.
4. Memeriksa dan memutus perselisihan hasil pemilu. 5. Sejak keluarnya UU No. 12 Tahun 2008 mahkamah konstitusi diberi
kewenangan baru yaitu memeriksa dan memutus perselisihan hasil pemilu kepala daerah.
b. Kewajiban Memutus pendapat DPR bahwa presiden wapres telah melakukan
pelanggaran tertentu menurut UUD dan atau presiden wapres tidak lagi memenuhi syarat.
Sesuai ketentuan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945, Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.
61
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta , 2010, hlm.200.
62
Ibid.
63
Moh.Mahfud M.D, Konstitusi dan Hukum dalam Konroversi Isu, Op.Cit. hlm 262.
Universitas Sumatera Utara
Peradilan Konstitusional itu dimaksudkan untuk memastikan bahwa UUD sungguh-sungguh dijalankan atau ditegakkan dalam kegiatan penyelenggaraan negara
sehari-hari.
64
Pemeriksaan pengujian undang-undang dapat dilakukan secara material materiile toetsing atau secara formil formele toetsing, Jika pengujian tersebut
dilakukan atas materi undang-undang, maka pengujian tersebut disebut pengujian formal. Misalnya pengujian atas proses prosedural terbentuknya undang-undang itu
ataupun atas proses administratif pengundangan dan pemberlakuannya untuk umum yang ternyata bertentangan dengan Undang-Undang Dasar ataupun prosedur menurut
undang-undang yang didasarkan atas Undang-Undang Dasar, dapat disebut pengujian yang bersifat formil.
65
Dalam bahasa Inggris, konsep pengujian peraturan perundang-undangan ini biasa dikaitkan dengan istilah judicial review atau dalam bahasa Belanda dengan
istilah toetsingrecht yang berarti hak menguji atau hak uji. Di Indonesia berkembang luas kesalahan pengertian dalam memahami makna
istilah-istilah judicial review dan toetsingsrecht. Oleh karena itu perlu dibedakan pengertiannya dari berbagai segi yaitu
66
: a Pengujian dari segi subjeknya terdiri atas :
1. Pengujian oleh lembaga eksekutif yang dapat disebut executive review.
64
Sophia Hadyanto editor, Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi” Dalam Rangka Ulang Tahun ke-80 Prof.Solly Lubis
, PT. Sofmedia, Jakarta, 2010, hlm.310.
65
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, PT.Bhuana Ilmu Populer, Jakarta , 2007, hlm.589.
66
Ibid.hlm.590.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengujian oleh lembaga legislatif dapat disebut legislative review. 3. Pengujian oleh lembaga peradilan disebut judicial review.
b. Pengujian dari segi objeknya terdiri atas : 1. Pengujian terhadap norma kongkrit berupa keputusan-keputusan yang
bersifat administratif yang dalam bahasa Belanda disebut beschikking, disebut juga sebagai judicial review seperti yang dikenal dalam sistem
peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia. 2. Pengujian terhadap norma kongkrit terhadap berupa putusan pengadilan,
dalam bahasa Inggris juga biasa disebut judicial review, yaitu : a. Review atas vonis pengadilan tingkat pertama oleh pengadilan tingkat
banding. b. Review atas vonis pengadilan tingkat banding oleh pengadilan kasasi.
c. Review atas vonis pengadilan kasasi oleh Mahkamah Agung sendiri, yaitu melalui mekanisme Peninjauan Kembali PK sebagai upaya
hukum luar biasa yang dalam bahasa Inggrisnya juga disebut judicial review.
Kedua jenis judicial review diatas sama-sama merupakan bentuk abstrak judicial review. Namun disamping konsep concrate norm review tersebut, dikenal
luas pula adannya abstract norm review
67
sejak munculnya kasus Marbury vs
67
Perbedaan antara norma abstrak dan norma kongkrit ini berawal dari teori Hans Kelsen yang membedakan antara “general and abstract legal norms” dan “concrete and individua legal
norms ”. Norma hukum yang bersifat konkrit dan individual tercermin dalam keputusan Tata Usaha
Universitas Sumatera Utara
Madison yang diputus tahun 1803
68
secara sangat kontroversial oleh John Marshall ketika menjabat Ketua Mahkamah Agung Amerika.
Abstract judicial review itulah yang kita kenal dengan istilah pengujian
undang-undang dan peraturan perundang-undangan dibawah kewenangan mahkamah konstitusi Indonesia.
Dengan kewenangan untuk membatalkan ketentuan undang-undang ini menurut Hans Kelsen lebih berkaitan dengan fungsi pembuatan hukum. Peradilan
Konstitusi bagi Hans Kelsen lebih berkaitan dengan fungsi legislasi dari pada peradilan. Ketika membatalkan suatu undang-undang pada hakikatnya mahkamah
konstitusi juga menciptakan suatu norma baru dengan dihapuskannya norma yang lama itu.
69
Hans Kelsen menyebut fungsi demikian ini sebagai negative legislator yang sangat berbeda dari parlemen yang menjalankan fungsi sebagai positive legislator.
Bahkan dalam pandangan John Ferejohn dan Pasquale Pasquino, ”When a constitutional court strikes down a statute, it is not only legislating I the negative
Negara dan dalam putusan-putusan pengadilan, sedangkan norma umum dan abstrak tercermin dalam peraturan-undangan.
68
Kasus ini dnilai oleh para ahli sebagai penemuan terbesar dalam sejarah hukum dan peradilan di Amerika Serikat dan membuat John Marshall dikenal sebagai Hakim Agung dan Ketua
Mahkamah agung terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Bahkan, mantan Presiden John Adams yang berperan dalam pengangkatan John Marshall menjadi ketua Mahkamah Agung menjelang turun dari
jabatannya sebagai presiden sebelum digantikan oleh Thomas Jefferson, pernah menyatakan bahwa John Marshall adalah sumbangan terbesar dalam hidup saya bagi rakyat Amerika.
69
Ibid. hlm.592.
Universitas Sumatera Utara
sense of abolishing a law but, insofar as it must reconstruct the legal situation before the statute, legislating positively as well
”
70
Oleh Karena itu, tepatlah bahwa ketentuan Pasal 24C UUD 1945 ditempatkan setelah pasal 24A dan Pasal 24B, sehingga pengertian hakim konstitusi dapat
dipahami secara tersendiri di luar konteks pengertian hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24A dan Pasal 24B UUD 1945.
71
B. Status badan hukum yayasan pendidikan pasca pembatalan undang-undang
nomor 9 tahun 2009 tentang badan hukum pendidikan oleh Mahkamah Konstitusi.
1. Status badan hukum yayasan pendidikan ditinjau dari sebelum berlakunya
undang-undang Yayasan.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, belum ada suatu keseragaman dalam mendirikan yayasan. Pendirian yayasan hanya berdasarkan adanya suatu
kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya .
72
Salah satu contoh tentang penentuan badan hukum yayasan melalui yurisprudensi, adalah Putusan Mahkamah Agung No. 476KSip1975, tanggal 8 Mei
1975, tentang kasus perubahan Wakaf Al Is Af menjadi Yayasan Al Is Af.
70
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia,Op.Cit. hlm 593.
71
Ibid.
72
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi,Tujuan dan Tanggung Jawab Yayasan
, Kencana, Jakarta, 2010, hlm.22.
Universitas Sumatera Utara
Pengakuan yayasan sebagai badan hukum karena secara fungsional doelmatigheid mengingat keberadaannya sebagai organ yang hidup di dalam
masyarakat.
73
Sebelum membahas mengenai cara mendirikan yayasan sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001, maka terlebih dahulu dijelaskan syarat
yang harus di penuhi untuk dapat dikategorikan sebagai badan hukum. Adapun beberapa syarat agar perkumpulan atau badan badan usaha disebut
sebagai badan hukum. Hal ini berkaitan dengan sumber hukum, khususnya dalam kaitan dengan sumber hukum yang formal.Tentang syarat badan hukum yang dikaji
dari sumber hukum formal memberikan beberapa kemungkinan, bahwa badan hukum tersebut telah memenuhi:
74
a Syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan Syarat-syarat berdasarkan undang-undang, mendasarkan diri pada ketentuan Pasal
1653 KUH Perdata, maka dapat disimpulkan adanya 2 dua cara yaitu : 1 Dinyatakan dengan tegas uitdrukkelijk, bahwa suatu organisasi adalah
merupakan badan hukum. 2 Tidak secara tegas disebutkan, tetapi dengan peraturan sedemikian rupa
bahwa badan itu adalah badan hukum. Oleh karena itu, dengan peraturan dapat ditarik kesimpulan, bahwa badan itu adalah badan hukum.
73
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung
, 2010, hlm.298.
74
Chaidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung,1991, hlm.79-98
Universitas Sumatera Utara
Badan hukum dengan konstruksi keperdataan yang diatur dalam Pasal 1653 KUH Perdata itu meliputi semua kumpulan swasta yang menurut Stb. 1870-64
dianggap sebagai badan hukum dan untuk itu diperlukan pengesahan aktanya dengan meninjau atas tujuan, asas lapangan kerja dan aturan-aturan lainnya dari perkumpulan
tersebut. b Syarat berdasar pada hukum kebiasaan dan yurisprudensi
Kebiasaan dan yurisprudensi merupakan sumber hukum yang formal, sehinga apabila tidak ditemukan syarat-syarat badan hukum dalam perundang-undangan
dan doktrin, maka diusahakan untuk mencarinya dalam kebiasaan dan yurisprudensi. Berdasarkan pada hukum kebiasaan dan yurisprudensi yang ada,
maka suatu badan dikatakan ada bilamana telah memenuhi syarat sebagai berikut: 1 Harus terdapat pemisahan kekayaan
2 Penunjukan suatu tujuan tertentu 3 Penunjukan suatu organisasi tertentu
Walaupun sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, peraturan perundang-undangan di Indonesia juga di Belanda sebelum adanya wet op Stichtingen
belum mengatur secara khusus pada waktu itu, tetapi hukum kebiasaan dan yurisprudensi telah memperkukuh eksistensi yayasan dalam pergaulan hukum sebagai
suatu badan hukum. Berdasarkan pada hukum kebiasaan dan yurisprudensi yang ada, maka suatu badan dikatakan badan hukum , bilamana telah memenuhi syarat sebagai
berikut: a. Syarat –syarat materiil yang terdiri atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Harus ada suatu pemisahan kekayaan 2. Suatu tujuan
3. Suatu organisasi b. Syarat formal : dengan akta autentik.
Para pengurus tidak diwajibkan untuk mendaftarkan dan mengumumkan akta pendiriannya, juga pengesahan dari Menteri Kehakiman sebagai tindakan preventif
tidak disyaratkan. c. Syarat berdasarkan pandangan doktrin
Mengenai syarat-syarat yang menentukan suatu organisasi, badan atau perkumpulan itu adalah badan hukum, di kalangan para ahli doktrin berpendapat
sebagai berikut: 1. Menurut Meijers
Untuk dapat dikatakan ada suatu badan hukum harus dipenuhi 4 empat syarat yaitu :
a. Terkumpulnya jadi satu hak-hak subjektif untuk suatu tujuan tertentu, dengan cara yang demikian, sehingga kekayaan yang bertujuan itu dapat dijadikan
objek tuntutan utang-utang tertentu. Dengan kata lain, bahwa terdapat harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
b. Harus ada kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum dan kepentingan yang dilindungi itu harus bukan kepentingan 1 satu orang atau
beberapa orang saja.
Universitas Sumatera Utara
c. Meskipun kepentingan itu tidak terletak pada orang-orang tertentu, namun kepentingan itu harus stabil, artinya tidak terikat pada suatu waktu yang
pendek saja, tetapi untuk jangka waktu yang panjang. d. Harus dapat ditunjukkan suatu kekayaan yang tersendiri, yang tidak saja
untuk obyek tuntunan, tetapi juga yang dapat dianggap oleh hukum sebagai upaya pemeliharaan kepentingan-kepentingan tertentu, yang terpisah dari
kepentingan anggotanya. 2. Menurut Soeroso
75
untuk keikutsertaannya dalam pergaulan hukum, maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah dientukan oleh hukum
yaitu : a. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya.
b. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya.
3. Menurut Rudhi Prasetya
76
Atribut badan hukum hanya ada manakala undang- undang telah menentukannya demikian, dan undang-undang menentukan
demikian manakala dipandang perlu. Untuk itu ada 2 teknik yang dilakukan oleh perundang-undangan yaitu :
a. Secara tegas undang-undang menyatakan bahwa suatu badan adalah badan hukum.
75
Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 1999, hlm.147
76
Rudi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm 30-31.
Universitas Sumatera Utara
b. Dengan melihat krakteristik yang diberikan oleh ketentuan undang-undang atas sesuatu badan.
Dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pada umumnya menekankan pada adanya pemisahan kekayaan. Syarat lainnya yang mendapat perhatian dari para
ahli, yaitu adanya tujuan tertentu, tetapi Soeroso tidak mencantumkan syarat tujuan ini, namun lebih menekankan pada pemisahan hak dan kewajiban para
anggotanya.Syarat organisasi sangat diperlukan, sehingga walaupun dalam praktik pihak yang memisahkan kekayaannya hanya satu orang, namun dalam operasionalnya
selalu dilakukan dalam bentuk organisasi, sekalipun dalam bentuk yang paling sederhana yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara.
77
Dalam praktek selalu ada kekayaan yang dipisahkan sebagaimana dicantumkan di dalam akta pendirian. Besarnya kekayaan yang dipisahkan tidak ada
batas minimum atau maksimum, tetapi semuanya tergantung kepada pengurus, terkecuali untuk mendirikan perguruan tinggi.
Kekayaan yang dipisahkan bervariasi mulai dari Rp.10.000 sampai dengan di atas Rp.15.000.000 , untuk pemisahan harta kurang dari Rp. 5.000.000 adalah semua
dilakukan oleh organisasi non pemerintah, sedangkan untuk pemisahan yang diatas Rp.15.000.000 dilakukan oleh Yayasan Panti Asuhan dan Perguruan Tinggi.
77
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan di Indonesia: Eksistensi,Tujuan dan Tanggung Jawab Yayasan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm.28.
Universitas Sumatera Utara
Apabila hendak mendirikan perguruan tinggi, maka selain telah ditentukan syarat minimal kekayaan yang harus dimiliki oleh yayasan, juga ada persyaratan-
persyaratan lainnya yang harus dipenuhi meliputi
78
: a. rencana Induk pengembangan
b. kurikulum c. tenaga kependidikan
d. calon mahasiswa e. statuta
f. kode etik sivitas akademika g. sumber pembiayaan
h. sarana dan prasarana i. penyelenggara perguruan tinggi
Keputusan Menteri Pendidikan tersebut, dijabarkan oleh Kopertis Wilayah IX dengan menetapkan persyaratan modal yang harus dimiliki untuk mendirikan
perguruan tinggi adalah minimal Rp.85.000.000 yang dibuktikan dengan referensi bank. Selain itu yang harus dipenuhi adalah luas lahan yang harus dimiliki adalah
5.000 m2 yang dibuktikan dengan fotocopy sertifikat, gedung, tenaga administrasi dan dosen.
Dari sudut doktrin, para ahli sepakat bahwa yayasan adalah badan hukum , sebab telah memenuhi syarat-syarat untuk dikatakan sebagai suatu badan hukum,
walaupun tidak semua pendapat ahli menyebutkan di dalam definisinya bahwa yayasan adalah suatu badan hukum. Didalam prakteknya sebelum adanya Undang-
Undang tentang yayasan, sebuah yayasan didirikan dengan akta notaris dengan memisahkan suatu harta kekayaan oleh pendiri , yang kemudian tidak boleh dikuasai
78
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 234U2000 tanggal 20 Desember 2000 tentng Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
lagi oleh pendirinya. Akta notaris memuat anggaran dasar yayasan, sehingga ketentuan yang terdapat di dalam anggaran dasar itu merupakan ketentuan yang
mengikat yayasan serta pengurusnya, dan bila ada juga memuat ketentuan tentang orang-orang yang mendapat manfaat dari harta yayasan.
Di dalam
beberapa ketentuan
perundang-undangan telah
juga mengelompokkan yayasan sebagai badan hukum, demikian pula putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia tertanggal 27 Juni 1973 Nomor 124 KSip1973, telah berpendapat bahwa yayasan adalah badan hukum, hanya saja tidak diketahui dengan
pasti saat yayasan memperoleh status sebagai badan hukum.
2. Status badan hukum yayasan pendidikan ditinjau dari Undang-Undang nomor 16 tahun 2001 dan Undang-Undang nomor 28 tahun 2004.
Seperti diketahui, sebelum lahirnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pendirian yayasan di Indonesia dilakukan
berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, doktrin dan yurisprudensi. Namun sejak tanggal 6 Agustus 2001, Indonesia telah memiliki suatu undang-
undang yang mengatur tentang yayasan. Suatu perjalanan yang panjang, dimulai dari berbagai naskah akademik Rancangan Undang-Undang yang lahir silih berganti dan
pembicaraan yang panjang di DPR . Selanjutnya pada tanggal 6 Oktober 2004 melalui Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 115 telah diundangkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, tentu saja cepatnya perubahan atas undang-undang yang mengatur tentang
Universitas Sumatera Utara
yayasan mengambarkan bahwa yayasan sangat diperlukan oleh masyarakat sehingga perlu sekali untuk disempurnakan.
Undang-Undang tentang Yayasan, Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 serta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang
nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, di harapkan akan menjadi dasar hukum yang kuat dalam mengatur kehidupan yayasan di Indonesia serta menjamin kepastian dan
ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.
79
Berbicara mengenai badan hukum, maka berhubungan dengan subjek hukum. Menurut R.Soeroso ,” subjek hukum adalah :
a. sesuatu yang menurut hukum berhakberwenang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam
hukum. b. sesuatu pendukung hak yang menurut hukum berwenang berkuasa bertindak
menjadi pendukung hak Rechtsbevoegheid. c. segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.
80
Dan menurut Sutarno,” subjek hukum adalah pendukung atau pembawa hak dan kewajiban, artinya subjek hukum tersebut mempunyai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam perbuatan hukum yang dilakukan karena subjek hukum mempunyai
79
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan,Op.Cit. hlm 2.
80
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ,Sinar Grafika ,Jakarta , 2006, hlm.227-228.
Universitas Sumatera Utara
hak dan kewajiban maka subjek hukum juga dapat memiliki harta kekayaan”.
81
Bentuk dari subjek hukum tersebut ada 2 dua macam , antara lain : 1. Manusia persoon
Manusia dalam hukum positif merupakan persoon natuurlijke persoon. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena manusia mempunyai
roh atau jiwa dan pikiran yang tidak dimiiki oleh makhluk lainnya. 2. Badan Hukum recht persoon
Menurut Wirjono Projodikoro sebagaimana yang dikutip oleh Sutarno, badan hukum adalah suatu badan disamping manusia perorangan juga dapat bertindak
dalam hukum dan mempunyai hak dan kewajiban serta kepentingan-kepentingan terhadap orang lain atau badan lain.
82
Badan hukum sendiri adalah ”suatu perkumpulan orang-orang yang mengadakan kerja sama dan atas dasar ini merupakan suatu kesatuan yang telah memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh hukum. Badan hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban yang tidak berjiwa bukan manusia dan merupakan gejala sosial yaitu suatu
gejala yang rill, sesuatu yang dapat dicatat dalam pergaulan hukum, biarpun tidak berwujud manusia atau benda yang dibuat dari besi, batu dan sebagainya , tetapi yang
terpenting bagi pergaulan hukum adalah karena badan hukum itu mempunyai kekayaan
81
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta ,Bandung, 2004, hlm.9.
82
Ibid.,hlm.9-10.
Universitas Sumatera Utara
yang sama sekali terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya”.
83
Untuk keikutsertaanya dalam pergaulan hukum maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu :
a. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya. b. Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggota-
anggotanya.
84
Menurut bentuknya badan hukum dibedakan menjadi 2 dua yaitu : 1. Badan hukum publik publik rechtspersoon
ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau negara pada umumnya.Badan hukum ini
merupakan badan-badan hukum negara yang mempunyai kekuasaan wilayah atau merupakan lembaga yang dibentuk oleh yang berkuasa, berdasarkan
perUndang-Undangan yang dijalankan eksekutif, pemerintah atau badan badan pengurus yang diberi tugas untuk itu. Contoh badan hukum publik :
a. Negara Republik dasarnya adalah konstitusi tertulis dalam bentuk Undang- Undang Dasar, kekuasaanya diberikan ditugaskan kepada Presiden dan
pembantu-pembantunya ialah para Menteri. b. Pemerintah Daerah Tingkat I,II dan Kecamatan dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahn 1974 dan perUndang-Undangan lainnya.
83
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ,Op.Cit. hlm.238
84
Ibid.,hlm.238
Universitas Sumatera Utara
Dalam menjalankan
kekuasaannya diberikan
ditugaskan kepada
GubernurKDH Tk.I , Bupati atau Walikota Kepala Daerah Tingkat II dan Camat.
c. Bank Umum, diatur dalam Peraturan Pemeritah Nomor 70 Tahun 1992, Bank Negara Indonesia 1946 diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 1992, dan Bank-bank pemerintah lainnya, yang dalam menjalankan pelaksanaan tugasnya dilakukan oleh Direksi atau Group Direktur-direktur.
d. Perusahan Negara didirikan Peraturan Pemerintah, pengurusannya dilaksanakan oleh Direksi.
e. Pertamina, didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1971. 2. Badan Hukum Privat privat rechtspersoon
ialah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi di dalam badan hukum itu. Badan Hukum ini
merupakan badan hukum swasta yang didirikan oleh pribadi orang untuk tujuan tertentu , yaitu mencari keuntungan , sosial pendidikan, olahraga dan lain-lain,
sesuai dengan menurut hukum yang berlaku secara sah. Bentuk serta susunannya diatur oleh hukum privat.
Menurut tujuannya Badan Hukum Privat dibagi dibedakan dalam : a. Perserikatan dengan tujuan tidak materialistis amal.Misalnya perkumpulan
gereja, badan wakaf, yayasan yang didirikan oleh para pendiri, dengan tujuan sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturannya berdasarkan kebiasaan yang anggaran pendiriannya dibuat oleh Notaris.
b. Perserikatan dengan tujuan : 1. memperoleh laba
Misalnya Perseroan Terbatas PT, untuk Perseroan Terbatas didirikan oleh persero-persero yang bertujuan untuk mencari keuntungan dan
kekayaan .Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Direksi dan pengaturannya terdapat pada Bab III, Bagian ke 3 Buku I Kitab Undang
Undang Hukum Dagang. 2. Memenuhi kebutuhan materiil para anggota-anggotanya.
Misalnya : a. Koperasi, koperasi didirikan oleh para anggota dengan sistem
kekeluargaan dan usaha bersama sesuai dengan kepribadian. Dalam pelaksanaan kegiatan tugasnya dilakukan oleh pengurus
b. Partai Politik, didirikan dan dimasuki oleh warga negara sebagai alat sarana demokrasi yang akan mewakili kepentingan rakyat seperti
Dewan Perwakilan Rakyat , Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. c. Badan wakaf amal, perkumpulan dan lain-lain semacamnya.
85
Menurut jenisnya Badan Hukum dapat di bagi dalam dua jenis golongan,yaitu:
85
Ibid.,hlm.239-241
Universitas Sumatera Utara
1. Korporasi Yang dimaksud dengan korporasi ialah suatu gabungan orang-orang yang
dalam pergaulan hukum bertindak bersama sebagai satu subyek hukum tersendiri personifikasi. Korporasi merupakan badan hukum yang
beranggota, tetapi mempunyai hak dan kewajiban sendiri. Ada beberapa macam korporasi yaitu :
a. Perhimpunan, yang dibentuk dengan sengaja dan dengan sukarela oleh orang yang bermaksud memperkuat kedudukan ekonomis mereka,
memelihara kebudayaan, mengurus soal-soal sosial dan sebagainya. Misalnya : Perseroan Terbatas PT
b. Persekutuan orang gemeenschap van mensen yang ada karena perkembangan faktor-faktor sosial dan politik dalam sejarah.Misalnya :
Pemerintah Daerah Tingkat I, II ,Desa. c. Organisasi orang, yang didirikan berdasarkan Undang-Undang tetapi
bukan perhimpunan yang termasuk dalam sub.1. 2. Yayasan
Yang dimaksud dengan yayasan ialah tiap kekayaan vermogen yang tidak merupakan kekayaan orang atau kekayaan badan dan yang diberi tujuan
tertentu. Yayasan adalah sebagai pendukung hak kewajiban sendiri, dan didirikan oleh para pendiri anggota dengan tujuan sosial , pendidikan, ilmu
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan, kesenian dan kebudayaan.
86
Beberapa teori yang memberi dasar bagi badan-badan hukum, yaitu teori tentang dasar yuridis badan hukum, antara lain ialah :
a Teori Fiksi F.C.von Savigny, C.W.Opzoomer dan Houwing Menurut teori ini badan hukum dianggap buatan negara, Sebenarnya badan
hukum itu tidak ada, hanya orang menghidupkan bayangannya untuk menerangkan sesuatu dan terjadi karena manusia yang membuat berdasarkan
hukum . Jadi merupakan buatan hukum.
b Teori kekayaan tujuan A.Brinz dan EJJ der Heyden Menurut teori ini kekayaan badan hukum itu bukan kekayaan sseorang,
tetapi kekayaan itu terikat pada tujuannya Zweckvermogen.Tiap hak tidak ditentukan oleh suatu subyek tetapi ditentukan oleh suatu tujuan.
Menurut teori ini hanya manusialah yang menjadi subyek hukum dan badan hukum adalah untuk melayani kepentingan tertentu. Dalam teori ini A.Brinz
hanya menerangkan dasar yuridis dari Yayasan.
c Teori organ atau teori peralatan atau kenyataan Otto von Gierke. Menurut teori ini badan hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada di
dalam pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat- alatnya organ yang ada padanya pengurusnya , jadi bukanlah sesuatu fiksi
tapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis.
d Teori milik kolektif W.L.P.A.Molengraaff dan Marcel Planiol . Dalam teori ini badan hukum ialah harta yang tidak dapat dibagi-bagi dari
anggota-anggota secara bersama-sama . Hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya dalam hak kewajiban
para anggota bersama-sama, oleh karenanya badan hukum hanya konstruksi yuridis, jadi pada hakikatnya abstrak.
e Teori Duguit. Sesuai dengan ajaranya tentang fungsi sosial maka juga dalam teori ini
Duguit tidak mengakui adanya badan hukum sebagai subyek hukum tetapi hanya fungsi-fungsi sosial yang harus dilaksanakan .Manusia sajalah sebagai
subyek hukum, lain dari pada manusia tidak ada subyek hukum .
f Teori Eggens Dalam teori ini badan hukum adalah suatu ”hulpfiguur” karena adanya
diperlukan dan dibolehkan hukum, demi untuk menjalankan hak-hak dengan
86
Ibid.,hlm.241-242
Universitas Sumatera Utara
sewajarnya behoorlijk .Bahwa dalam hal-hal tertentu keperluan itu dirasakan, oleh karena hukum hendak memperlakukan sesuatu rombongan
orang yang bersama-sama mempunyai kekayaan dan tujuan tertentu sebagai suatu kesatuan, karena seseorang subyek hukum manusia tidak dapat
berwenang sendiri-sendiri bertindak dalam rangkaian peristiwa-peristiwa hukum itu.
87
Berdasarkan teori-teori mengenai Badan Hukum dan makna mengenai Badan Hukum yang telah diuraikan diatas, maka menurut Meijers
88
untuk dapat dikatakan ada suatu badan hukum harus memenuhi 4 empat syarat, yaitu :
1. Terkumpulnya jadi satu hak-hak subjektif untuk suatu tujuan tertentu, dengan cara yang demikian, sehingga kekayaan yang bertujuan itu dapat dijadikan objek tuntutan
utang-utang tertentu. Dengan kata lain, bahwa terdapat harta kekayaan yang terpisah, lepas dari kekayaan anggota-anggotanya.
2. Harus ada kepentingan yang diakui dan dilindungi oleh hukum dan kepentingan yang dilindungi itu harus bukan kepentingan 1 satu orang atau beberapa orang saja.
3. Meskipun kepentingan itu tidak terletak pada orang-orang tertentu, namun kepentingan itu harus stabil, artinya tidak terikat pada suatu waktu yang pendek saja,
tetapi untuk jangka waktu yang panjang. 4. Harus dapat ditunjukkan suatu harta kekayaan yang tersendiri, yang tidak saja untuk
objek tuntutan, tetapi juga yang dapat dianggap oleh hukum sebagai upaya pemeliharaan kepentingan-kepentingan tertentu, yang terpisah dari kepentingan
anggotanya.
87
Ibid.,hlm.243-244
88
Lisman Iskandar, Aspek Hukum Yayasan Menurut Hukum Positif Di Indonesia, Majalah Yuridika,No.56 Tahun XII,September-Desember 1997, hlm.97.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soeroso
89
untuk keikutsertaan dalam pergaulan hukum, maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum , yaitu :
1. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya. 2. Hak dan Kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya.
Dan Menurut Rudhi Prasetya
90
, atribut badan hukum hanya ada manakala Undang-Undang telah menentukannya demikian, dan Undang-Undang menentukan
demikian manakala dipandang perlu.Untuk itu ada 2 teknik yang dilakukan oleh perUndang-Undangan. Pertama, secara tegas Undang-Undang menyatakan bahwa suatu
badan adalah badan hukum. Kedua, dengan melihat karakteristik yang diberikan oleh ketentuan Undang-Undang atas sesuatu badan.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan, bahwa pada umumnya menekankan pada adanya pemisahan kekayaan. Syarat lainnya yang mendapat perhatian dari para
ahli adalah tujuan tertentu .Syarat organisasi sangat diperlukan
91
, sehingga walaupun dalam praktik pihak yang memisahkan kekayaannya hanya satu orang, namun dalam
operasionalnya selalu dilakukan dalam bentuk organisasi , sekalipun dalam bentuk yang paling sederhana , yang terdiri atas Ketua ,sekretaris dan bendahara.
Menurut Meijers
92
badan hukum tidak terjadi dengan persetujuan, tetapi terjadi karena perbuatan hukum. Scholten mendukung pendapat Meijers dengan mengatakan,
89
Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta ,Op.Cit, hlm.147.
90
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas , Op.Cit, hlm.30-31.
91
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia, Op.Cit , hlm.28.
92
Meijers,E.M.1948, De Algemene Begrippen van het Burgerlijk Recht,Leiden Universitaire Press, sebagaimana dikutip oleh Ali Ridho .Chidir Ali ,1991 , Badan Hukum, Bandung,
Alumni,hlm.47.
Universitas Sumatera Utara
bahwa perbuatan pendirian badan hukum korporasi itu bukan karena persetujuannya menciptakan suatu perikatan diantara para pendiri. Pada pendirian korporasi sama sekali
tidak ada yang menawarkan atau menerima tawaran.
93
Pendapat ini lebih dikuatkan dengan tidak berlakunya beberapa pasal di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, seperti pasal 1321 tentang Cacat Kehendak, Pasal 1266 tentang syarat Batal, dan Pasal 1338 Ayat 2 KUH Perdata.
94
Dari semua syarat yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan sebagai badan hukum.
Adapun syarat-syarat
95
tersebut adalah sebagai berikut : a. Adanya Harta Kekayaan yang Terpisah
Pemisahan kekayaan merupakan syarat yang mutlak untuk suatu badan hukum, walaupun cara dan akibat pemisahan ini tidak sama untuk setiap badan hukum.
Harta kekayaan ini diperoleh dari para anggota maupun perbuatan pemisahan yang dilakukan seseorang untuk suatu tujuan tertentu .Adanya harta kekayaan ini
dimaksudkan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan merupakan sumber dari segala hubungan hukum.
b. Mempunyai Tujuan Tertentu Orang mendirikan badan hukum harus diketahui tujuannya.Tujuan tersebut dapat
berupa tujuan idiil atau tujuan komersial yang merupakan tujuan tersendiri bagi
93
Scholten ,Mr.C.Asser’s, Handleiding tot de Beoefening van het Nederlandsch Burgerlijk Recht,
sebagaimana yang dikutip oleh Ali Ridho.Ibid.hlm.48.
94
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia , Loc.Cit
95
Anwar Borahima, Kedudukan Yayasan Di Indonesia , Op.Cit,hlm.29-33.
Universitas Sumatera Utara
badan hukum. Jadi tidak bertujuan untuk kepentingan anggota. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan sendiri oleh badan hukum melalui organnya.
Tujuan yang hendak dicapai itu lazimnya dirumuskan dengan jelas di dalam Anggaran Dasar badan hukum yang bersangkutan.
c. Mempunyai Kepentingan Sendiri Dalam mencapai tujuannya, badan hukum mempunyai kepentingan sendiri yang
dilindungi oleh hukum. Kepentingan tersebut merupakan hak subjektif sebagai akibat dari peristiwa hukum, sehingga dapat dituntut dan dipertahankan terhadap
pihak ketiga dalam pergaulan hukumnya.Kepentingan badan hukum harus berkesinambungan kontinu, dan untuk jangka waktu yang lama.
d. Ada Organisasi yang Teratur. Badan Hukum adalah suatu konstruksi yuridis.Oleh karena itu badan hukum hanya
dapat melakukan perbuatan hukum dengan perantaraan organnya.Segala hak atau kewenagan dan kewajiban dari para organ ditentukan di dalam anggaran dasar dan
peraturan lainnya atau keputusan rapat anggota .Dengan demikian, badan hukum mempunyai organisasi.
Dari sekian banyak syarat yang ada diatas, pada akhirnya yang menentukan suatu badan perkumpulan sebagai badan hukum atau bukan, adalah hukum positif
yakni hukum yang berlaku pada suatu negara tertentu.Misalnya , di Indonesia mengakui yayasan sebagai badan hukum Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
sedang hukum yang berlaku di Inggris tidak mengakui seluruh yayasan sebagai badan
Universitas Sumatera Utara
hukum .Contoh lain, hukum positif Indonesia masih belum mengakui firma sebagai badan hukum, sedangkan di Perancis dan Belgia hukum positif mengakuinya sebagai
badan hukum. Perbedaan ini disebabkan, dari sisi sejarah Kitab Undang- Undang Hukum
Perdata yang berlaku di Indonesia hingga saat ini masih menggunakan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata yang berasal dari Belanda, dan belum mengalami perubahan
dan penyebab yang lain, karena Undang-Undang khusus yang mengatur tentang firma belum ada.
Menurut Hikmahanto Juwana
96
, adapun jenis Badan Hukum yang selama ini dikenal yaitu :
a. Perseroan Terbatas b. Koperasi
c. Yayasan d. Perusahaan Umum
e. Badan Layanan Umum f. Perhimpunan
g. Badan Hukum Milik Negara Menurut Pasal 1 Undang-undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 status
badan hukum hukum yayasan, yang semula diperoleh dari sistem terbuka penentuan suatu badan hukum het Open systeem van Rechtspersonen beralih berdasarkan
sistem tertutup de Gesloten systeem van Rechtspersonen artinya sekarang yayasan menjadi badan hukum karena undang-undang atau berdasarkan undang-undang,
96
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op.Cit.hlm.72.
Universitas Sumatera Utara
bukan berdasarkan sistem terbuka, yang berlandaskan pada kebiasaan, doktrin dan ditunjang oleh yurisprudensi.
97
Tentu saja dengan keluarnya Undang-Undang Yayasan Nomor 16 tahun 2001 telah mengakhiri berbagai perdebatan apakah yayasan adalah badan hukum atau
bukan.Perdebatan mengenai kedudukan badan hukum berakhir karena Pasal 1 butir 1 dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
Menurut pasal 71 Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 yang telah dirubah dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 menyatakan bahwa yayasan yang telah
didaftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atau telah didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin
melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga tahun terhitung sejak tanggal
Undang-Undang ini berlaku, yayasan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini.
Untuk mencapai kepastian dan ketertiban hukum bagi yayasan yang diakui sebagai badan hukum tetapi tidak melakukan penyesuaian anggaran dasarnya sampai
batas waktu yang telah ditentukan Undang-Undang yaitu 6 Oktober 2008 ,dimana penyesuaian anggaran dasar ini merupakan suatu kewajiban maka yayasan yang tidak
melakukan penyesuaian tersebut akan kehilangan status badan hukumnya, dan
97
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
apabila yayasan ingin melanjutkan kegiatannya harus mendirikan yayasan baru dengan memakai nama dari yayasan lama yang dalam status ”yayasan dalam
dilikuidasi” dan setelah dilikuidasai sisa hasil likuidasi diserahkan kepada yayasan yang baru.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Yayasan, yayasan di Indonesia bisa dengan mudah membelokkan tujuan utama yayasan dari tujuan sosial kemanusiaan ke
arah profitkeuntungan.
98
Dengan lahirnya undang-undang yayasan dengan tegas melakukan suatu pembatasan tujuan dan kegiatan yang disebabkan bahwa selama ini persoalan sering
timbul karena adanya kehendak yang menyimpang dari pengurusnya, yayasan dijadikan sebagai ”kendaraan” untuk tujuan memperoleh keuntungan, sebagaimana
yang dapat dilakukan oleh perseroan terbatas. Dengan pembatasan tujuan dan kegiatan, maka yayasan dapat menjalankan
beberapa kegiatan usaha yang bertujuan untuk mencari dana yang akan dikembalikan untuk operasional yayasan.
Kehadiran Undang-Undang Yayasan No 16 Tahun 2001 dan revisinya membawa implikasi besar terhadap yayasan. Yayasan yang baik, transparan,
akuntabel, dan tidak mengejar keuntungan diajak berbenah agar tetap berjalan di koridornya. Sementara yayasan yang ”nakal” dipaksa juga untuk kembali ke tujuan
dan maksud semula.
99
98
Rita M, Resiko Hukum Bagi Pembina,Pengawas dan Pengurus Yayasan, Op.Cit, hlm. 53.
99
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, menurut Soemitro
100
bahwa yayasan lebit tepat disebut sebagai organisasi tanpa tujuan laba OTTL sebagai terjemahan dari Non-Profit
Organization . Menurut Soemitro
101
istilah OTTL lebih tepat daripada nirlaba, karena kata ”nir” yang berasal dari jawa berarti tanpa, sehingga nirlaba berarti tanpa laba
sedangkan yayasan adakalanya memperoleh laba atau keuntungan, tetapi hal ini tidak menjadi tujuan utama.
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Yayasan nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa yayasan harus bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Lebih lanjut
Pasal 3
102
, Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-undang Yayasan nomor 16 Tahun 2001 memperkenalkan Yayasan untuk melakukan kegiatan usaha atau mendirikan suatu
badan usaha. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tidak mengubah ketentuan Pasal 3
ayat 1, tetapi menegaskan dalam penjelasan bahwa Yayasan tidak dapat digunakan sebagai wadah usaha. Atau dengan kata lain Yayasan tidak dapat langsung
melakukan kegiatan usaha, tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain mana yayasan menyertakan kekayaannya.
Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan, yayasan juga dapat melakukan peryertaan dalam
berbagai bentuk badan usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh
100
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Wakaf, Eresco, 1993, hlm.161.
101
Ibid.
102
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan menyebutkan bahwa” Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan
cara mendirikan badan usaha dan ikut serta dalam suatu badan usaha.
Universitas Sumatera Utara
penyertaan tersebut paling banyak 25 dari seluruh nilai kekayaan yayasan.
103
Dalam menyelenggarakan kegiatan usaha dari badan usaha harus sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
104
Kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain hak asasi manusia, kesenian, olahraga, perlindungan konsumen,
pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan
105
. Mengenai organ-organ yayasan, maka organ-organ tersebut terdiri dari
Pembina, Pengurus dan Pengawas. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, maka organ-organ
yayasan sebagaimana yang telah disebutkan diatas diatur dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang Yayasan yaitu :
a. Ketentuan mengenai Pembina dalam Yayasan diatur pada Pasal 28, Pasal 29 dan Pasal 30. Dalam Pasal 28 Undang-Undang Yayasan menyatakan bahwa,
1. Pembina adalah organ Yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Pengawas oleh undang-undang ini atau
Anggaran Dasar. 2. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi :
a. Keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota
Pengawas. c.Penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar
Yayasan. d. Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan.
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan. 3. Yang dapat diangkat menjadi anggota Pembina sebagaimana dimaksud ayat
1 adalah orang perseorangan sebagai pendiri Yayasan dan atau mereka yang
103
Pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan..
104
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
105
Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan keputusan rapat anggota Pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
4. Dalam hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyai Pembina, paling lambat dalam waktu 30 tiga puluh hari terhitung Sejak tanggal
kekosongan, anggota Pengurus dan anggota Pengawas wajib mengadakan rapat gabungan untuk mengangkat Pembina dengan memperhatikan
keuntungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
5. Keputusan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 4 sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai korum kehadiran dan
forum untuk perubahan Anggaran Dasar sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini danatau Anggaran Dasar.
Meskipun wewenangnya sangat mempengaruhi dan menentukan bagi sebuah yayasan, ada hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembina yaitu menduduki jabatan
rangkap. Jabatan Rangkap yang dimaksud adalah angota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus danatau pengawas
106
Keberadaan pembina sangat penting dan turut mempengaruhi kelangsungan kinerja yayasan, hal ini terkait wewenang yang diembannya sangat besar dan
menentukan bagi kelangsungan sebuah yayasan, selain itu pembina juga memunyai kewajiban untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan suatu yayasan, sehingga tentu
saja apabila pembina dibenarkan merangkap jabatan tentu saja akan merugikan kelangsungan yayasan dikarenakan pengawasan akan tidak berjalan dengan efektif.
Struktur kepengurusan yayasan tidak berbeda jauh dengan struktur organisasi lainnya. Struktur tersebut terdiri dari Ketua, sekretaris dan bendahara. Untuk susunan
pengurus yayasan, jumlah personelnya minimal 1 orang untuk tiap jabatan dan kualifikasi yang dituntut adalah mampu mengurus yayasan, mampu melakukan
perbuatan hukum dan bukan anggota pegawas atau pembina.
106
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
b. Ketentuan mengenai Pengurus dalam yayasan diatur pada Pasal 31 sampai dengan Pasal 39 Undang-Undang Yayasan.
Dalam Pasal 31 menyatakan bahwa, 1. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan.
2.Yang dapat diangkat menjadi pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.
3. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina atau pengawas.
Pengangkatan pengurus yayasan dilakukan oleh pembina dalam rapat pembina. Pengurus yang diangkat akan mengurus yayasan selama 5 lima tahun dan
bisa diangkat lagi untuk mengurus yayasan dalam rentang waktu yang telah diatur dalam Anggaran Dasar.
107
Ada 4 tugas pokok pengurus yayasan yang diatur dalam beberapa pasal seperti pasal 35 ayat 1, ayat 3, pasal 58 ayat 1 dan pasal 63 ayat 2 yakni :
a. Bertanggung jawab penuh atas kepengurusan demi tercapainya kepentingan dan tujuan yayasan.
b. Mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan harian yayasan. c. Menyusun usulan rencana penggabungan sekiranya akan terjadi
penggabungan. d. Membereskan kekayaan yayasan sekiranya yayasan bubar karena
ketentuan Anggaran Dasar. Sedangkan kewajiban pengurus yayasan meliputi :
107
Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
1. Mewakili yayasan di dalam atau diluar pengadilan kecuali jika terjadi perkara antara yayasan dan anggota pengurus bersangkutan atau adanya
konflik kepentingan antara pengurus dengan yayasan. 2. Menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk
kepentingan dan tujuan yayasan. 3. Bertanggung jawab secara tanggung renteng sekiranya terjadi pailit
karena kesalahan anggota pengurus dan yayasan tidak sanggup menutup kerugian.
4. Membuat dan menyimpan catatan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal lain yang berkaitan dengan yayasan.
5. Menyusun laporan tahunan secara tertulis mengenai keadaan dan kegiatan selama setahun buku yang lalu dan hasil yang telah dicapai,
posisi keuangan pada akhir periode, aktvitas, arus kas, dan catatan laporan keuangan
108
serta hak dan kewajiban yayasan akibat transaksi dengan pihak lain
109
. 6. Membuat dan menyimpan dokumen keuangan yayasan berupa bukti
pembukuan dan data pendukung administrasi keunagan. 7. Memberitahukan kepada Menteri ketika terjadi pengantian pengawas.
Sekalipun pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan, ia harus tunduk pada peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar yayasan dalam
108
Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
109
Pasal 49 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini, wewenang pengurus di batasi sebagaimana yang diatur dalam pasal 37 dan pasal 38 Undang-Undang
Yayasan yaitu: a. Menjaminkan hutang kepada yayasan.
b. Mengalihkan kekayaan yayasan dengan persetujuan Pembina. c. Memanfaatkan kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain .
d. Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan dan perangkat yayasan.
e. Mewakili yayasan di pengadilan dalam perkara antara yayasan dengan pengurus dan adanya konflik interest antara pengurus dengan yayasan.
Pengawas memiliki kewenangan untuk memberhentikan sementara anggota pengurus. Pemberhentian itu dapat dilakukan bila ada alasan-alasan yang jelas dan
bukti yang kuat bahwa anggota pengurus tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
110
Prosedur pemberhentiannya adalah : 1. Melaporkan perihal pemberhentian sementara pengurs kepada pembina selambat-
lambatnya 7 tujuh hari sejak terjadinya pemberhentian sementara. 2. Setelah menerima laporan dari pengawas, embina memberikan kesempatan
kepada pengurus yang bersangkutan untuk membela diri. Tenggat waktu pemanggilan anggota pengurus yang diberhentikan sementara tersebut adalah 7
tujuh hari.
110
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pembina harus mengambil keputusan dalam kurun waktu 7 tujuh hari entah itu mencabut keputusan pemberhentian sementara ataukah memberhentikan secara
permanen pengurus yang bersangkutan. Pemberhentian pengurus ditetapkan dan diputuskan dalam rapat pembina. Ada
dua alasan pemberhentian pengurus yayasan yakni : a Pengurus berhenti karena masa jabatanya berakhir.
b Pengurus berhenti karena diberhentikan. Artinya, pengurus berhenti saat masih dalam jabatannya. Umumnya, pemberhentian pengurus ini dilakukan
karena pengurus bersangkutan di nilai tidak mampu lagi menjalankan tugasnya dan atau sering membuat kesalahan yang membawa kerugian bagi
yayasan.
111
Berhadapan dengan hukum merupakan bentuk pertanggung jawaban pengurus manakala pengurus dengan segenap stafnya menyebabkan pailit yayasan. Dengan
kata lain, yayasan mengalami kerugian karena kesalahan dan kelalaian pengurus dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Ini terjadi karena pengurus telah
menyimpang dan melanggar ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar Yayasan. Risiko yang dipikul adalah untuk menembus kerugian yayasan secara
bersama-sama antara anggota pengurus. Sanksi lain, pengurus bersangkutan tidak dapat diangkat menjadi pengurus yayasan di mana pun. Pasal 39 ayat 3 menyatakan
bahwa anggota Pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan
111
Pasal 32 ayat 3 Undang-Undang Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat atau negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung
sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengurus manapun.
Untuk duduk sebagai pengawas yayasan, seseorang harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan mengntrol dan menasihati orang lain. Hal ini terkait dengan tugasnya mengawasi dan menasihati pengurus dalam menjalankan
kegiatan yayasan
112
. b. Kesanggupan melakukan perbuatan hukum
113
c. Bukan anggota pengurus dan pembina
114
. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang dapat merugikan
yayasan.
115
Anggota pengawas yayasan diangkat oleh pembina dalam rapat pembina. Anggota pengawas diangkat untuk mengontrol dan menasihati pengurus dalam
menjalankan tugas. Anggota pengawas ini diangkat untuk masa jabatan 5 lima tahun dan seandainya dinilai memilki dedikasi dalam menjalanan tugasnya pengawas
diberi kesempatan sekali lagi untuk mengawsi yayasan dalam kurun waktu yang diatur dalam Anggaran Dasar.
112
Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
113
Pasal 40 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
114
Pasal 40 ayat 4 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
115
Penjelasan pasal 31 ayat 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban seorang pengurus yayasan meliputi : 1. Wajib menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
2. Wajib bertanggung jawab secara tanggung renteng dengan sesama anggota sekiranya terjadi pailit karena kelalaiannya dan yayasan tidak sanggup untuk
menembus kerugian tersebut. 3. Wajib menjalankan wewenang untuk menberhentikan sementara anggota
pengurus dengan membeberkan alasan.
116
Pemberhentian pengawas ditetapkan dan diputuskan dalam rapat pembina. Ada dua alasan pemberhentian pangawas yayasan yakni :
a. Pengawas berhenti karena masa tugasnya berakhir. b. Pengawas berhenti karena diberhentikan. Umumnya pengawas diberhentikan
karena di nilai tidak mampu lagi menjalankan tugasnya dan sering membuat kesalahan yang membawa kerugian bagi yayasan.
117
Setelah dikupas mengenai struktur organ yayasan maka pembahasan selanjutnya adalah mengenai badan usaha yayasan. Sudah menjadi pendapat umum
bahwa kegiatan pendidikan dan rumah sakit termasuk dalam kategori kegiatan sosial. Tujuan untuk memajukan pendidikan sudah pasti termasuk di dalam tujuan sosial
kemanusiaan, tanpa mempersoalkan asal penerimaan sumbangan pendidikan atau dengan kata lain sumber penghasilannya, tetapi yang terpenting adalah tujuannya.
116
Pasal 42 dan Pasal 43 ayat 1 Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
117
Pasal 32 ayat 4 Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang paling banyak menggunakan badan hukum yayasan karena diwajibkan harus dalam bentuk yayasan
dengan tujuan untuk mencerdaskan bangsa, memajukan pendidikan, dan atau meningkatkan mutu pendidikan.
Mengenai dasar hukum yayasan pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya antara lain berpedoman kepada:
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 AmandemenPerubahan keempat Tentang Pendidikan yang menyatakan
bahwa, 1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan Nasional.
5. Pemerintah memanjukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 yang memberikan peluang kepada masyarakat
Indonesia atau swasta untuk menyelenggarakan sistem pendidikan yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku atau sesuai dengan sistem pendidikan
nasional yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 berdasarkan salah satu
amanat dari pembukaan UUD RI 1945 yaitu ”...mencerdaskan kehidupan bangsa...”, dan Pasal 31 UUD RI 1945 serta Pancasila.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan jo
Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
Sehingga setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan ini memberikan kejelasan terhadap status badan hukum yayasan, Pendirian yayasan sebelum adanya
Undang-Undang yayasan hanya berdasarkan kebiasaan, dan secara umum tidak ada yang mengatur mengenai yayasan. Akibat tidak ada aturan mengenai yayasan maka
fakta dimasyarakat menunjukkan kecenderungan yayasan dimanfaatkan unruk kepentingan pribadi atau mencari keuntungan pribadi, namun dengan disyahkannya
Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan jo Undang-Undang nomor 28 Tahun 2004 barulah ada kejelasan untuk menjelaskan apa sebenarnya yayasan itu
dan peraturan yang jelas tentang yayasan dan hal yang sangat penting dalam undang- undang tersebut adalah memberikan kejelasan mengenai status yayasan sebagai badan
hukum dan adanya ketentuan pendirian yayasan lebih memberikan kepastian hukum pada masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Status badan hukum yayasan pendidikan ditinjau dari lahirnya Undang-