kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan 2 dua tahap penelitian antara lain :
a Penelitian Lapangan. Dilakukan penelitian ke lapangan untuk memperoleh bahan hukum primer dengan
melalui pengumpulan data yang merupakan bahan utama penelitian. b Penelitian Kepustakaan.
Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder baik yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Setelah diinventarisir
dilakukan penelaahan untuk membuat intisari dari setiap peraturan yang bersangkutan.
5. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian yang berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori –teori yang
telah didapatkan sebelumnya .Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung,
menambah, atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan dibantu dengan teori yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikuasainya.
44
Bahan Hukum sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research
dan bahan hukum primer yang diperoleh dari penelitian lapangan field research
kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang
pokok permasalahan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum untuk selanjutnya menuju kepada hal-hak
yang bersifat khusus dalam menjawab segala permasalahan yang ada dalam suatu penelitian, sehingga memungkinkan menghasilkan kesimpulan yang menjawab
permasalahan yang telah ditetapkan.
44
Mukti Fajar et al ., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Op.Cit, hlm 183.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB II STATUS BADAN HUKUM YAYASAN PENDIDIKAN PASCA
PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI
Pasca pembatalan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan memberikan implikasi hukum
tertentu dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Salah satu permasalahan pasca putusan mahkamah konstitusi tersebut adalah
bagaimana status badan hukum yayasan pendidikan, Agar mendapat suatu gambaran yang kongkrit perlu kiranya ditelaah terlebih dahulu mengenai kewenangan
mahkamah konstitusi yang merupakan lembaga yang baru diintrodusir pada perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang berfungsi menjaga kemurnian
konstitusi dengan kewenangan untuk menguji konstitusionalitas suatu undang- undang terhadap Undang-Undang Dasar serta kewenangan lainnya yang terkait
dengan funginya sebagai the guardian of constitution , memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus sengketa pemilu, memutus pembubaran
partai politik serta mengadili dan memutuskan pendapat DPR mengenai usul pemberhentian presiden.
A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi di Indonesia
1. Dasar Teoritis Kewenangan Mahkamah Konstitusi