E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pascasarjana, maka
penelitian dengan judul ” Status Badan Hukum Yayasan Pendidikan Pasca Pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan Studi Kasus
Putusan Mahkamah Konstitusi No.11-14-21-126-136PUU-VII2009”, belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya.
Pernah ada penelitian sebelumnya terkait dengan Yayasan Pendidikan yang dilakukan oleh:
1. Rosniaty Siregar, Mahasiswa Program Studi Magister Kenotriatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2010, dengan judul ”Kewajiban yuridis
menyesuaikan akta Yayasan Pendidikan dengan berlakunya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan” dengan beberapa permasalahan yang diteliti yaitu bagaimana
ketentuan, proses dan hambatan tentang penyesuaian akta Yayasan Penyelenggara pendidikan setelah berlakunya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan.
2. Saadah, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2006, dengan judul ”Pertanggung-jawaban
pengurus Yayasan dalam penyelenggaraan pendidikan menurut Undang-Undang Yayasan nomor 28 Tahun 2004”.
3. Irma Fatmawati, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2007, dengan judul ”Analis hukum prinsip
Universitas Sumatera Utara
transparansi pengelolaan kegiatan usaha Yayasan menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 Studi pada Yayasan Prof.dr.H.
Khadirun Yahya Namun jika dihadapkan penelitian yang telah dilakukan tersebut dengan
penelitian ini, maka berbeda materi dan pembahasan yang dilakukan. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat
dipertanggung jawabkan dari segi isinya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang
dapat menunjukkan ketidakbenaran.
12
Menurut M. Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau
permasalahan problem yang djadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan dalam membuat
kerangka berpikir dalam penulisan.
13
Menurut Mukti Fajar teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm.6.
13
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung, 1994, hlm.80.
Universitas Sumatera Utara
simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.
14
Sedangkan suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk bagaimana
mengorganisasi dan
menginterpretasi hasil-hasil
penelitian dan
menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu
15
. Oleh karena itu dalam meneliti tentang status Badan Hukum Yayasan Pendidikan pasca pembatalan
Undang-undang nomor 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan menggunakan teori sebagai pisau analisis untuk menjelaskan permasalahan yang ada yaitu dengan teori
negara hukum rechtstaat. Teori negara hukum yaitu suatu teori mengenai sistem kenegaraan yang diatur
berdasarkan hukum yang berlaku yang berkeadilan yang tersusun dalam suatu konstitusi, dimana semua orang dalam negara tersebut, baik yang diperintah maupun
yang memerintah, harus tunduk hukum yang sama, sehingga setiap orang yang sama diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda diperlakukan berbeda
dengan dasar pembedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras, gender, agama, daerah dan kepercayaan, dan kewenangan pemerintah dibatasi
berdasarkan suatu prinsip distribusi kekuasaan, sehingga pemerintah tidak bertindak sewenang-wenang dan tidak boleh melanggar hak-hak rakyat, karenanya kepada rakyat
diberikan peran sesuai kemampuan dan perananya secara demokratis.
16
Putusan Mahkamah Konstitusi pada tanggal 31 Maret 2010 dengan putusan
14
Mukti Fajar et al ., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm.134.
15
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.19.
16
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern Rechtstaat, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009 hlm.3.
Universitas Sumatera Utara
nomor 11-14-21-126-136PUU-VII2009 yang menyatakan ”bahwa Undang-undang Badan Hukum Pendidikan bertentangan dengan Undang-undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sehingga Mahkamah Konstitusi menafsirkan bahwa Badan Hukum Pendidikan konstitusional
sepanjang dimaknai sebagai sebutan fungsi penyelenggaraan pendidikan dan bukan badan hukum tertentu”.
Agar tidak terjadi kekosongan hukum yang bisa menyebabkan ketidakpastian hukum atau ketidakpastian peraturan perundang-undangan mengenai badan hukum
penyelenggara pendidikan di Indonesia pasca putusan tersebut, maka berdasarkan pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ketika memutuskan
gugatan tersebut bahwa suatu lembaga pendidikan harus dikelola oleh suatu badan hukum, dimana bentuk badan hukum yang dikenal dalam perundang-undangan adalah
yayasan, perkumpulan, perserikatan, badan wakaf dan lain sebagainya. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya final untuk : a Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; b Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c Memutus pembubaran partai politik ; dan
d Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
17
Tugas yang paling utama dari Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah
17
Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
Universitas Sumatera Utara
melakukan judicial review
18
, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24C dari Undang-
Undang Dasar 1945, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi.
19
Pasca pembatalan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia maka penyelenggaraan
pendidikan formal oleh swasta kembali menggunakan badan hukum yang sudah ada yaitu yayasan atau perkumpulan, dengan demikian segala aturan tentang Yayasan tetap
berlaku yaitu : a Undang-Undang nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
b Undang-Undang nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
c Peraturan Pemerintah nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.
Putusan Mahkamah konstitusi tersebut besifat final dan mengikat kepada seluruh warga negara Indonesia ,hal ini merupakan bentuk dari negara hukum yang dianut di
Indonesia, sehingga keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut menjadi hukum positif yang menciptakan pengharmonisasian peraturan perundang-undangan dengan Undang-
Undang Dasar, sehingga terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan
18
Judicial review adalah suatu pranata dalam ilmu hukum yang memberikan kewenangan kepada badan pengadilan umum, atau badan pengadilan khusus, ataupun lembaga khusus untuk
melakukan peninjauan ulang, dengan jalan menerapkan atau menafsirkan ketentuan dan semangat dari konstitusi, sehingga hasil dari peninjauan ulang tersebut dapat menguatkan atau menyatakan batal atau
membatalkan, atau menambah atau mengurangi terhadap suatu tindakan berbuat atau tidak berbuat dari aparat pemerintah eksekutif atau dari pihak-pihak lainnya termasuk prlemen.
19
loc cit., hal 81.
Universitas Sumatera Utara
pendidikan di Indonesia. Berbicara mengenai badan hukum, maka berhubungan dengan subjek hukum.
Menurut R.Soeroso,” subjek hukum adalah : a sesuatu yang menurut hukum berhakberwenang untuk melakukan perbuatan
hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam hukum.
b sesuatu pendukung hak yang menurut hukum berwenang berkuasa bertindak menjadi pendukung hak Rechtsbevoegheid.
c segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan kewajiban.
20
Bentuk dari subjek hukum tersebut ada 2 dua macam , antara lain : 1. Manusia persoon
Manusia dalam hukum positif merupakan persoon natuurlijke persoon. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah makhluk yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa lainnya, seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena manusia mempunyai
roh atau jiwa dan pikiran yang tidak dimiiki oleh makhluk lainnya.
2. Badan Hukum recht persoon Menurut Wirjono Projodikoro sebagaimana yang dikutip oleh Sutarno, badan
hukum adalah suatu badan disamping manusia perorangan juga dapat bertindak dalam hukum dan mempunyai hak dan kewajiban serta kepentingan-kepentingan
terhadap orang lain atau badan lain.
21
Untuk keikutsertaanya dalam pergaulan hukum maka suatu badan hukum harus mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu :
a. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggota-anggotanya.
20
R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum ,Sinar Grafika ,Jakarta, 2009, hlm.227-228.
21
Ibid.,hlm.9-10.
Universitas Sumatera Utara
b. Hak dan kewajiban badan hukum terpisah dari hak dan kewajiban para anggota- anggotanya.
22
Menurut Hikmahanto Juwana
23
, adapun jenis Badan Hukum yang selama ini dikenal yaitu :
1. Perseroan Terbatas 2. Koperasi
3. Yayasan 4. Perusahaan Umum
5. Badan Layanan Umum 6. Perhimpunan
7. Badan Hukum Milik Negara Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.28 Tahun 2004 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa,”Yayasan adalah Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang terpisah dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”. Selain dari pada itu ,” yayasan baru dianggap sah sebagai badan
hukum apabila telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Terhadap kekayaan yang terpisah adalah merupakan suatu konsekuensi logis dari suatu badan hukum yayasan. kekayaan yayasan merupakan ”Kekayaan yang
dipisahkan dalam bentuk uang atau barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf, hibah, hibah wasiat
22
Ibid.,hlm.238.
23
Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, Op.Cit.,hlm.72.
Universitas Sumatera Utara
dan kekayaan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
24
Pada prinsipnya kekayaan suatu badan hukum sudah terikat dengan tujuan dan maksud tertentu dari badan hukum yang bersangkutan. Dengan kata lain kekayaan
tersebut adalah milik ” tujuan dan maksud” dari sebuah badan hukum. Disinilah tampak hubungan antara teori kekayaan bertujuan dengan badan hukum yayasan. Telah
diketahui bahwa yayasan memiliki tujuan yag idealistis ,bersifat sosial dan kemanusiaan .Maka dari itu, kekayaan sebuah yayasan adalah alat yang seharusnya hanya digunakan
untuk mencari tujuan dan maksud yayasan itu sendiri.
25
Kekayaan yayasan tersebut semata-mata digunakan untuk mencapai tujuan ideal yaitu,” di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan atau dengan kata lain yayasan didirikan tidak untuk diperuntukkan semata-mata untuk mencari keuntungan atau komersial didasari prinsip Filantropis atau
organisasi Nirlaba”.
26
Dalam rangka tercapainya maksud dan tujuan, Yayasan memerlukan kegiatan usaha, agar yayasan bisa melakukan kegiatan usaha Yayasan memerlukan wadah atau
sarana. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud
dan tujuan dengan cara mendirikan badan usaha danatau ikut serta dalam suatu badan
24
Pasal 26 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.
25
Rita M, Resiko Hukum Bagi Pembina,Pengawas dan Pengurus Yayasan , PT Penebar Swadaya, 2009, hlm.47-48.
26
Omica,analisis Pemberlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Yayasan di Bidang Pendidikan,Program Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara : Medan, 2005,
hlm 29-30.
Universitas Sumatera Utara
usaha.
27
Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan.
28
serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
29
Pasca pembatalan Undang-undang Badan Hukum Pendidikan terhadap kedudukan Badan Hukum Pendidikan Masyarakat yang telah mendapatkan
pengesahan dalam masa berlaku Undang-undang Badan Hukum Pendidikan maka digunakan kaidah hukum ex nunc, yang berarti bahwa perbuatan dan akibat dari
aktasurat tersebut dianggap ada sampai saat dilakukan pembatalan. Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Abdul Kadir Mappong
mengatakan ada dua macam pembatalan sebuah peraturan dalam putusan uji materi di
Mahkamah Agung. Ada pembatalan secara ex tunc dan secara ex nunc. Ia
menjelaskan bila sebuah peraturan dibatalkan secara ex tunc maka semua akibat hukumnya batal juga, dicabut sampai ke akar-akarnya. Sedangkan pembatalan secara
ex nunc bersifat prospektif berlaku ke depan. Kalau ex tunc bersifat retroaktif
berlaku surut sedangkan ex nunc hanya sejak pembatalannya saja.
30
Dalam ilmu perundang-undangan, jika suatu Undang-Undang telah diputuskan
seperti tersebut
diatas, maka
Mahkamah Konstitusi
akan mengembalikannya kepada pemerintah untuk dibuat Undang-Undang baru untuk
27
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
28
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
29
Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
30
http: www. hukumonline.com. Diakses tanggal 19 Oktober 2010, jam 06.05 WIB
Universitas Sumatera Utara
mengatur hal yang sama dengan substansi yang berbeda.
31
2. Kerangka Konsepsi