Kriteria diagnostik primer DKI menurut Rietschel meliputi makula eritema, hiperkeratosis atau fisura yang menonjol, kulit seperti terbakar. Kriteria
objektif minor meliputi batas tegas pada dermatitis, dan kecenderungan untuk menyebar lebih rendah dibanding DKA Hogan, 2009.
2.3.2.7. Penatalaksanaan
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanis, fisis, maupun kimiawi, serta
menyingkirkan faktor-faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan secara sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal. Kalaupun memakai obat topikal, cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering Sularsito dan
Djuanda, 2007. Untuk mengatasi peradangan, dapat diberikan kortikosteroid topikal,
seperti hidrokortison, atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat
diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan Sularsito dan Djuanda, 2007.
2.3. Keluhan Kulit Akibat Kerja pada Pekerja Bengkel
Penyebab munculnya keluhan kulit pada pekerja-pekerja adalah akibat dermatitis kontak iritan oleh bahan-bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, besi, baja, nikel, dan juga serbuk kayu Sularsito dan Djuanda, 2007.
Kelainan kulit yang terjadi, ditentukan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah faktor yang berasal dari bahan iritannya, berupa ukuran molekul,
daya larut, konsentrasi bahan tersebut, serta pH. Faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari lingkungan berupa lama kontak, kekerapan terus-menerus
terpapar atau berselang, temperatur, tekanan, dan trauma fisik. Dan faktor yang ketiga adalah faktor yang berasal dari masing-masing individu berupa usia, jenis
Universitas Sumatera Utara
kelamin, ras, penyakit kulit yang sedang diderita, dan daerah kulit yang terpapar Chowdhury dan Maibach, 2004.
Pada pekerja bengkel, faktor -faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan kulit selain faktor suhu dan kelembaban. Bahan-bahan iritan yang
sering terpapar pada pekeja bengkel berupa minyak pelumas oli, gas, cat, plastik, pembersih radiator, pembersih baja, dan nikel Adams Robert, 1983.
Keluhan gangguan kulit pada pekerja bengkel dapat berupa dermatitis kontak iritan kumulatif. Hal ini terjadi karena kontak yang berulang-ulang dengan
bahan iritan lemah serta adanya kerjasama dengan faktor-faktor lainnya seperti yang telah disebutkan di atas. Bahan iritan secara sendiri tidak cukup kuat
menyebabkan dermatitis kontak iritan, tetapi kuat apabila bergabung dengan faktor tersebut Sularsito dan Djuanda, 2007.
Pada pekerja bengkel sendiri, bahan iritan yang paling sering terpapar adalah minyak pelumas oli di samping bahan-bahan iritan yang telah disebut di
atas. Minyak pelumas sendiri merupakan zat yang dipakai dalam pemeliharaan mesin untuk melumasi mesin kendaraan bermotor, kendaraan diesel, mesin
industri, kapal, dan lain-lain. Fungsi utamanya adalah untuk melumasi dan mengurangi gesekan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi keausan mesin,
sebagai pendingin mesin dari panas yang timbul akibat gesekan, dan sebagai deterjen untuk melarutkan kotoran hasil pembakaran sehingga turut membantu
perawatan mesin Pertamina Lubricant Guide, 2010. Apabila pelumas terkena kulit, paparan akut berupa kerusakan kulit, iritasi,
dan rambut kulit mudah rontok karena kerusakan akar. Reaksinya diawali pada permukaan punggung tangan, jari, kaki, dan dapat berkembang menjadi gangguan
kulit yang disebut dengan perifoliculate papules. Paparan kronik terjadi apabila paparan yang berulang atau dalam jangka waktu yang lama Pertamina Lubricant
Guide, 2010. Selain pelumas, pekerja bengkel juga sering terpapar bensin yang
merupakan senyawa benzena yang digunkan bahan bakar mobil atau motor. Jika terjadi paparan akut, bensin dapat mengiritasi kulit dan menyebabkan kulit
melepuh. Paparan berulang atau berkepanjangan kronik dapat menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
kulit kering akibat hilangnya lemak dari kulit, iritasi, dan dermatitis CCOHS, 1997.
2.4. Bentuk Kelainan Kulit Ruam