Analisis Statistik Deskriptif Analisis pengujian pecking order theory melalui keterkaitan faktor-faktor penentu struktur modal terhadap financial leverage: studi kasus pada emiten syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013

62 terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan regurel selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitor secara terus-menerus berdasarkan data-data public dan media. Index harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terahir yang tersedia di bursa.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata mean dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi profitabiilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas sebagai variabel independen, serta financial leverage sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam tabel 4.1 dibawah ini : 63 Tabel 4.1 Deskriptif Statsistik Sumber : Data yang sudah Diolah 1 Tingkat Profitabilitas ROA Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Tingkat pengembalian atas aset menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dalam perusahaan. Rasio ini menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Makin tinggi nilai rasio ini menunjukkan makin tinggi tingkat pengembalian terhadap aset dan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat pengembalian atas aset untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,1888 atau 18,88 dan nilai standar deviasi sebesar 0,054. Ini berarti tingkat pengembalian terhadap aset pada emiten syariah di JII sebesar 18,88. 64 Emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang paling tinggi adalah Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 26,67. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,813. 2 Tingkat Struktur Aktiva Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Struktur aktiva menunjukan besarnya alokasi asset yang dimiliki suatu perusahaan atau emiten. Dimana asset tersebut kebanyakan merupakan sebagian besar modal yang tertanam dalam suatu perusahaan. Semakin besar 65 aktiva yang dimiliki maka kinerja perusahaan dibidang produksi juga akan semakin bagus. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat struktur aktiva untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,2901 atau 29,01 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1628. Ini berarti tingkat struktur aktiva pada emiten syariah di JII sebesar 29,01. Emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, United Tractors Tbk, Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva yang paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 48,57. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,884. 66 3 Tingkat Ukuran Perusahaan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerrminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat ukuran perusahaan untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 30,47 dan nilai standar deviasi sebesar 0,9984. Ini berarti tingkat ukuran perusahaan pada emiten syariah di JII sebesar 30,47. Emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan diatas rata-rata adalah Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan paling tinggi adalah Astra International Tbk sebesar 32,36. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, 67 Alam Sutera Realty Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan paling rendah adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk sebesar 29,49. 4 Tingkat Pertumbuhan Penjualan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total penjualan atau pendapatan dimana pertumbuhan penjualan masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang. Tingkat pertumbuhan penjualan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan agency cost antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayannya. 68 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat pertumbuhan penjualan untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,1420 atau 14,20 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1709 Ini berarti tingkat pertumbuhan penjualan pada emiten syariah di JII sebesar 14,20. Emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan diatas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang paling tinggi adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 22,32. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang paling rendah adalah Aneka Tambang Persero Tbk sebesar 0,037. 69 5 Tingkat Likuiditas Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki Likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan memiliki internal financing yang akan cukup digunakan untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal akan berkurang. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat likuiditas untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 2,5106 atau 251,06 dan nilai standar deviasi sebesar 1,6769. Ini berarti tingkat likuiditas pada emiten syariah di JII sebesar 251,06. Emiten yang memiliki tingkat likuiditas di atas rata- rata adalah Aneka Tambang Persero Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 527,32. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro 70 Lestari Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk,, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat likuiditas paling rendah adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 78,89. 6 Tingkat Leverage Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman modal asing yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan rasio perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean rata-rata tingkat leverage untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,6942 atau 69,42 dan nilai standar deviasi sebesar 0,5055. Ini berarti tingkat leverage pada emiten syariah di JII sebesar 69,42. 71 Emiten yang memiliki tingkat leverage di atas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 163,50. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, dan United Tractors Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling rendah adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 17,98.

2. Uji Asumsi Klasik