23
untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal
Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk
mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII Jakarta
Islamic Index bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
a. Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto 2008 adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang
diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.
Profitabilitas menurut Sartono 2008 adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam penjualanya.
Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rodoni dan Herni Ali, 2010. Dengan pengukuran
profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki
24
perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya.
Sujoko 2007 dalam Fadli 2010 mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba
selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui
profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan
tersebut. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu
rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah
satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment ROI, yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah
keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering juga disebut Return on Assets ROA. Riyanto, 2008
Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil
pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.
25
b. Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Riyanto, 2008. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu
kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek umumnya kurang dari satu tahun.
Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi Riyanto,
2008. Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada
dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri
dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap fixed asset. Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang
merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada
perusahaan –perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah
yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan
aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yan
g “capital intensive”, sedangkan perusahaan
–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai
26
perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012 menyatakan bahwa Struktur Aktiva
mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan
memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi
lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan
lebih memilih untuk menerbitkan saham.
c. Sales Growth
Menurut Rodoni dan Ali 2010, mengtakan bahwa petumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang
signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt
ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia
nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal. Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan
yang tidak stabil Brigham dan Houston, 2010 Menurut Pujiani dan Prasetiono 2012 Rasio Sales Growth adalah
rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan
27
mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan
lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber
pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
d. Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston 2010, ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan
Riyanto, 2008. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada
dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber
pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar
28
memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih
menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan
perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan yang berukuran kecil.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan
pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan
relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut Miswanto
dan Husnan, 1999 dalam Arief 2011. Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage,
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012. Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk
menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial
distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan
meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang
29
diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan
asumsi bahwa pemberi pinjaman lenders percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.
e. Likuiditas
Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.
Menurut Rodoni dan Herni Ali 2010 rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga
berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban
lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko
perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang
diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang
ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang timbul karena likuiditas yang mencukupi yang menandakan
30
perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan
cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap
Leverage.
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Arief 2011 profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang
menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset ROA berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya
semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
DER. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan 2010, Pujiani dan Prasetiono 2012, Nurul, Roslina, dan Suhana 2012
dan Ariani 2013. Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
31
tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan
laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan financial leverage.
2 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Riyanto, 2008. Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman 2013,
struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva
berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan
demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur
aktiva semakin besar jumlah aktiva tetap maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing
akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief 2011 dan Pujiani
32
dan Prasetiono 2012 yang mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang.
3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total
aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012. Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif
dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio DER Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan
dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih
lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan
kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah
untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman lenders percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang
cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief 2011 dan Ariani 2013.
33
4 Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage
Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas
operasionalnya Rodoni dan Ali, 2010. Pendapat ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth
berpengaruh negative terhadap Leverage DER. Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu
dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari
laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo 2013.
5 Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage
Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap
Debt to Equity Ratio DER. Karena ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan
sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Rahman 2013 dan Ariani 2013.
34
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu
mengenai struktur modal perusahaan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama dan Judul
Penelitian Sampel
Alat statistik Hasil
1. Setiawan 2010,
“Analisis Pengaruh Profit, Growth,
dan Asset Structure terhadap Struktur Modal :
Studi kasus pada perusahaan LQ 45”.
Semua Perusahaan yang
masuk kategori indeks LQ 45
periode 2006- 2008
Analisis regresi liner
berganda Berdasarkan metode
yang digunakan yaitu Metode Analisis linier
Berganda menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh secara simultan pada variabel
profit, growth dan asset struktur terhadap
struktur modal. Secara parsial variabel yang
berpengaruh adalah profit dan asset
struktur. Pada penelitian ini
ditemukan analisa variabel yang paling
dominan adalah profit. 2.
Fadli 2010, “ Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
penentu Struktur Modal Terhadap Leverage
Hipotesis Pecking Order dan Trade Off Theory
”. 97 Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2005-2008
Structural Equation
Modeling SEM
menggunakan program
LISREL 8.80 tangibility, size dan
growth secara signifikan berpengaruh
terhadap leverage perusahaan, sedangkan
profitability dan earning volatility tidak
berpengaruh signifikan.
Perusahaan di BEI menggunakan struktur
modal teori Pecking Order Theory.
35
3. Arief 2011, “Analisis
Pengujian Pecking Order Theory melalui keterkaitan
profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan,
dan kesempatan bertumbuh pada emiten syariah di JII
periode 2006- 2009”.
12 Emiten Syariah pada berbagai sub
sektor industry yang masuk
kategori indeks JII periode 2006-
2009 Analisis
regresi Linier berganda
Hasil penelitian ini adalah secara simultan
variabel profitabilitas, struktur asset, ukuran
perusahaan, dan kesempatan
bertumbuh mempengaruhi
struktur modal. Sedangkan secara
parsial variabel yang mempengaruhi
struktur modal adalah profitabilitas dan
struktur asset sedangkan variabel
ukuran perusahaan dan kesempatan
bertumbuh tidak mempengaruhi
struktur modal. 4.
Pujiani dan Prasetiono 2012,
“Pengaruh Return on Asset, Sales Growth,
Structure Asset, Firm Size, dan, Investment
Opportunity terhadap Financial Leverage
”. 62 perusahaan
Manufaktur yang terdiri dari Tiga
Sektor, yaitu Sektor Industri
dan Kimia 22 Perusahaan,
Sektor Aneka Industri 15
Perusahaan, dan Sektor Barang
Konsumsi 25 Perusahaan
Regresi Linier Berganda dan
menggunakan Uji beda yaitu
Chow Test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur sektor aneka industri return
on assets, structure assets, dan investment
opportunity mempengaruhi
financial leverage. Sedangkan pada sektor
barang konsumsi hanya return on assets
dan investment opportunity yang
mempengaruhi financial leverage.
5. Nurul, Roslina dan Suhana
2012, “The Determinants of capital structure :
Evaluation between Shariah-Compilant and
Coventional Companies ”.
Sampel diambil menggunakan
purposive sampling dan
telah diambil 70 perusahaan
syariah dan 50 perusahaan
konvensional. Yang terdaftar di
bursa efek Malaysia periode
Analisis regresi linier
berganda Dari hasil penelitian
ini diperoleh bahwa debt ratio dari
perusahaan syariah yang diteliti
berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, size dan Tangibility, tetapi non
debt tax shield tidak signifikan terhadap
36
2005-2010 debt ratio. Sedangkan
pada perusahaan konvensional
diperoleh bahwa profitabilitas, size, dan
non debt tax shield signifikan terhadap
debt ratio, tetapi tangibility tidak
signifikan. 6.
Arini 2013, “Pengaruh Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan
Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal
Studi kasus pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
30 sampel dari populasi
perusahaan yang masuk dalam
kategori pertambangan
yang terdaftar di BEI periode 2007-
2012. Analisis
Regresi Linier Berganda
Dari hasil penelitian variabel pertumbuhan
penjualan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan, variabel likuiditas, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas
mempunyai pengaruh signifikan kearah
negatif. Sedangkan variabel struktur
aktiva mempunyai pengaruh yang positif
tidak signifikan. Dan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap struktur
modal adalah variabel profitabilitas dengan
nilai beta standardized koefisien
tertinggi. 7.
Lusangaji 2013, “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap
Struktur Modal”. 13 Perusahaan
Makanan dan Minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2005- 2011
Analisis Regresi Linier
Berganda Secara simultan
variabel ukuran perusahaan, struktur
aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal.
Secara parsial ukuran perusahaan,
37
pertumbuhan penjualan, dan
profitabilitas yang berpengaruh terhadap
struktur modal. Sedangkan struktur
aktiva tidak berpengaruh terhadap
struktur modal. 8.
Widodo 2013, “Analisis Faktor-Faktor yang
mempengauhi Struktur Modal Perusahaan sektor
Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. 11 Perusahaan
Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode
2007 sampai dengan 2011.
Analisis Regresi Linier
Berganda Secara Simultan Size,
Growth, Struktur Aktiva, ROA, dan
Sales berpengaruh terhadap Long Debt to
Equity Ratio. Secara Parsial Size,
ROA, dan Sales berpengaruh negatif
signifikan terhadap Long Debt to Equity
Ratio. Sedangkan variabel Struktur
Aktiva tidak berpengaruh terhadap
Long Debt to Equity Ratio.
9. Ahmed dan Shabbir 2014,
“Does Pakistani Insurance Industry follow Pecking
Order Theory? ”.
28 Perusahaan Asuransi di
Pakistan periode 2007-2011
Analisis Regresi Linier
Berganda Size, Profitabilitas,
Tangibility, Risk dan Likuiditas sangat
berperan penting dalam menentukan
struktur modal perusahaan asuransi di
Pakistan. Dari signifikasi variabel
profitabiitas, Likuiditas, Tangibility,
dan Resiko menunjukan bahwa
perusahaan asuransi di Pakistan mengikuti
Pecking Order Theory dalam Struktur
Modalnya. 10.
Fidelis, Edim dan Eke 2014,
“Determinants of Financial Structure :
Evidence from Nigerian Quoted Firms
”. 25 Perusahaan
bedasarkan Kriteria
pengambilan Sampel untuk
periode 14 tahun Model Panel
Regresi Profitabilitas,
Volatilitas Resiko Operasional,
Kesempatan Bertumbuh
mempunyai Hubungan
38
yang diambil dari laporan tahunan
yang diterbitkan perusahaan oleh
Bursa Efek Nigeria
yang negative terhdadap Struktur
Modal. Sedangkan Ukuran Perusahaan
dan Tangibility mempunyai hubungan
yang positif terhadap Struktur Modal. Dan
Perusahaan Nigeria mengacu pada Pecking
Order Theory dimana Perusahaan telah
disimpulkan Menggunakan
Pembiayaan Internal dalam Struktur
Modalnya
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth,
dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku
leverage pada emiten syariah di JII. Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut :
39
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
- - + - -
Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index di Berbagai Sektor
Pecking Order Theory
Profitabilitas X
1
Struktur Aktiva X
2
Ukuran Perusahaan X
3
Sales Growth X
4
Likuiditas X
5
Financial Leverage
Y
Analisis Deskriptif
Statistik Uji Model
Regresi Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Heterokedastisitas
3. Uji Multikolinearitas
4. Uji Autokorelasi
Uji Hipotesis 1.
Uji F 2.
Uji T Regresi Linear Berganda :
Uji Koefisien Determinasi Adjusted R Square
Intepretasi
Kesimpulan dan Saran
40
E. Hipotesis
Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan
sejumlah Hipotesis sebagai Berikut :
H : β = 0
: Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan
Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan terhadap Financial Leverage DER.
H
a
: β ≠ 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva,
Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan Likuiditas
berpengaruh secara
simultan terhadap Financial Leverage DER.
H
o
: β
1
= 0 : Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage DER. H
a
: β
1
≠ 0 : Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER.
H
o
: β
2
= 0 : Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage DER. H
a
: β
2
≠ 0 : Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER.
H
o
: β
3
= 0 : Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage DER. H
a
: β
3
≠ 0 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Financial Leverage DER.
41
H
o
: β
4
= 0 : Variabel Sales Growth tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage DER. H
a
: β
4
≠ 0 : Variabel Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER.
H
o
: β
5
= 0 : Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap
Financial Leverage DER. H
a
: β
5
≠ 0 : Variabel Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER.
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai sektor di JII Jakarta Islamic Index periode 2009
– 2013. Dimana di BEI Bursa Efek Indonesia adalah tempat perusahaan mempublikasi
laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten
Syariah JII Jakarta Islamic Index terkini yang telah diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel
yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth,
dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel independen.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi