Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal

23 untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal

Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII Jakarta Islamic Index bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto 2008 adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas menurut Sartono 2008 adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam penjualanya. Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rodoni dan Herni Ali, 2010. Dengan pengukuran profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki 24 perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya. Sujoko 2007 dalam Fadli 2010 mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan tersebut. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment ROI, yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering juga disebut Return on Assets ROA. Riyanto, 2008 Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. 25

b. Struktur Aktiva

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Riyanto, 2008. Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek umumnya kurang dari satu tahun. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi Riyanto, 2008. Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap fixed asset. Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada perusahaan –perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yan g “capital intensive”, sedangkan perusahaan –perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai 26 perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012 menyatakan bahwa Struktur Aktiva mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan lebih memilih untuk menerbitkan saham.

c. Sales Growth

Menurut Rodoni dan Ali 2010, mengtakan bahwa petumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal. Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan yang tidak stabil Brigham dan Houston, 2010 Menurut Pujiani dan Prasetiono 2012 Rasio Sales Growth adalah rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan 27 mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

d. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston 2010, ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan Riyanto, 2008. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar 28 memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan yang berukuran kecil. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut Miswanto dan Husnan, 1999 dalam Arief 2011. Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage, ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012. Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang 29 diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman lenders percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.

e. Likuiditas

Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut Rodoni dan Herni Ali 2010 rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang timbul karena likuiditas yang mencukupi yang menandakan 30 perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap Leverage.

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arief 2011 profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset ROA berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio DER. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan 2010, Pujiani dan Prasetiono 2012, Nurul, Roslina, dan Suhana 2012 dan Ariani 2013. Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang 31 tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan financial leverage. 2 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap Riyanto, 2008. Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman 2013, struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur aktiva semakin besar jumlah aktiva tetap maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief 2011 dan Pujiani 32 dan Prasetiono 2012 yang mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang. 3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono 2012. Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio DER Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman lenders percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief 2011 dan Ariani 2013. 33 4 Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas operasionalnya Rodoni dan Ali, 2010. Pendapat ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth berpengaruh negative terhadap Leverage DER. Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo 2013. 5 Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap Debt to Equity Ratio DER. Karena ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman 2013 dan Ariani 2013. 34

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal perusahaan. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama dan Judul Penelitian Sampel Alat statistik Hasil 1. Setiawan 2010, “Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Asset Structure terhadap Struktur Modal : Studi kasus pada perusahaan LQ 45”. Semua Perusahaan yang masuk kategori indeks LQ 45 periode 2006- 2008 Analisis regresi liner berganda Berdasarkan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis linier Berganda menjelaskan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel profit, growth dan asset struktur terhadap struktur modal. Secara parsial variabel yang berpengaruh adalah profit dan asset struktur. Pada penelitian ini ditemukan analisa variabel yang paling dominan adalah profit. 2. Fadli 2010, “ Analisis Pengaruh Faktor-Faktor penentu Struktur Modal Terhadap Leverage Hipotesis Pecking Order dan Trade Off Theory ”. 97 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008 Structural Equation Modeling SEM menggunakan program LISREL 8.80 tangibility, size dan growth secara signifikan berpengaruh terhadap leverage perusahaan, sedangkan profitability dan earning volatility tidak berpengaruh signifikan. Perusahaan di BEI menggunakan struktur modal teori Pecking Order Theory. 35 3. Arief 2011, “Analisis Pengujian Pecking Order Theory melalui keterkaitan profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh pada emiten syariah di JII periode 2006- 2009”. 12 Emiten Syariah pada berbagai sub sektor industry yang masuk kategori indeks JII periode 2006- 2009 Analisis regresi Linier berganda Hasil penelitian ini adalah secara simultan variabel profitabilitas, struktur asset, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas dan struktur asset sedangkan variabel ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak mempengaruhi struktur modal. 4. Pujiani dan Prasetiono 2012, “Pengaruh Return on Asset, Sales Growth, Structure Asset, Firm Size, dan, Investment Opportunity terhadap Financial Leverage ”. 62 perusahaan Manufaktur yang terdiri dari Tiga Sektor, yaitu Sektor Industri dan Kimia 22 Perusahaan, Sektor Aneka Industri 15 Perusahaan, dan Sektor Barang Konsumsi 25 Perusahaan Regresi Linier Berganda dan menggunakan Uji beda yaitu Chow Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur sektor aneka industri return on assets, structure assets, dan investment opportunity mempengaruhi financial leverage. Sedangkan pada sektor barang konsumsi hanya return on assets dan investment opportunity yang mempengaruhi financial leverage. 5. Nurul, Roslina dan Suhana 2012, “The Determinants of capital structure : Evaluation between Shariah-Compilant and Coventional Companies ”. Sampel diambil menggunakan purposive sampling dan telah diambil 70 perusahaan syariah dan 50 perusahaan konvensional. Yang terdaftar di bursa efek Malaysia periode Analisis regresi linier berganda Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa debt ratio dari perusahaan syariah yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, size dan Tangibility, tetapi non debt tax shield tidak signifikan terhadap 36 2005-2010 debt ratio. Sedangkan pada perusahaan konvensional diperoleh bahwa profitabilitas, size, dan non debt tax shield signifikan terhadap debt ratio, tetapi tangibility tidak signifikan. 6. Arini 2013, “Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 30 sampel dari populasi perusahaan yang masuk dalam kategori pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2007- 2012. Analisis Regresi Linier Berganda Dari hasil penelitian variabel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, variabel likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan kearah negatif. Sedangkan variabel struktur aktiva mempunyai pengaruh yang positif tidak signifikan. Dan variabel yang berpengaruh dominan terhadap struktur modal adalah variabel profitabilitas dengan nilai beta standardized koefisien tertinggi. 7. Lusangaji 2013, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal”. 13 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005- 2011 Analisis Regresi Linier Berganda Secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial ukuran perusahaan, 37 pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas yang berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 8. Widodo 2013, “Analisis Faktor-Faktor yang mempengauhi Struktur Modal Perusahaan sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 11 Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011. Analisis Regresi Linier Berganda Secara Simultan Size, Growth, Struktur Aktiva, ROA, dan Sales berpengaruh terhadap Long Debt to Equity Ratio. Secara Parsial Size, ROA, dan Sales berpengaruh negatif signifikan terhadap Long Debt to Equity Ratio. Sedangkan variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Long Debt to Equity Ratio. 9. Ahmed dan Shabbir 2014, “Does Pakistani Insurance Industry follow Pecking Order Theory? ”. 28 Perusahaan Asuransi di Pakistan periode 2007-2011 Analisis Regresi Linier Berganda Size, Profitabilitas, Tangibility, Risk dan Likuiditas sangat berperan penting dalam menentukan struktur modal perusahaan asuransi di Pakistan. Dari signifikasi variabel profitabiitas, Likuiditas, Tangibility, dan Resiko menunjukan bahwa perusahaan asuransi di Pakistan mengikuti Pecking Order Theory dalam Struktur Modalnya. 10. Fidelis, Edim dan Eke 2014, “Determinants of Financial Structure : Evidence from Nigerian Quoted Firms ”. 25 Perusahaan bedasarkan Kriteria pengambilan Sampel untuk periode 14 tahun Model Panel Regresi Profitabilitas, Volatilitas Resiko Operasional, Kesempatan Bertumbuh mempunyai Hubungan 38 yang diambil dari laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan oleh Bursa Efek Nigeria yang negative terhdadap Struktur Modal. Sedangkan Ukuran Perusahaan dan Tangibility mempunyai hubungan yang positif terhadap Struktur Modal. Dan Perusahaan Nigeria mengacu pada Pecking Order Theory dimana Perusahaan telah disimpulkan Menggunakan Pembiayaan Internal dalam Struktur Modalnya

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku leverage pada emiten syariah di JII. Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut : 39 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran - - + - - Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index di Berbagai Sektor Pecking Order Theory Profitabilitas X 1 Struktur Aktiva X 2 Ukuran Perusahaan X 3 Sales Growth X 4 Likuiditas X 5 Financial Leverage Y Analisis Deskriptif Statistik Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas 2. Uji Heterokedastisitas 3. Uji Multikolinearitas 4. Uji Autokorelasi Uji Hipotesis 1. Uji F 2. Uji T Regresi Linear Berganda : Uji Koefisien Determinasi Adjusted R Square Intepretasi Kesimpulan dan Saran 40

E. Hipotesis

Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan sejumlah Hipotesis sebagai Berikut : H : β = 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan terhadap Financial Leverage DER. H a : β ≠ 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan Likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap Financial Leverage DER. H o : β 1 = 0 : Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage DER. H a : β 1 ≠ 0 : Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER. H o : β 2 = 0 : Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage DER. H a : β 2 ≠ 0 : Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER. H o : β 3 = 0 : Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage DER. H a : β 3 ≠ 0 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Financial Leverage DER. 41 H o : β 4 = 0 : Variabel Sales Growth tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage DER. H a : β 4 ≠ 0 : Variabel Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER. H o : β 5 = 0 : Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage DER. H a : β 5 ≠ 0 : Variabel Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage DER. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai sektor di JII Jakarta Islamic Index periode 2009 – 2013. Dimana di BEI Bursa Efek Indonesia adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten Syariah JII Jakarta Islamic Index terkini yang telah diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth, dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel independen.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi