Uji Asumsi Klasik Analisis pengujian pecking order theory melalui keterkaitan faktor-faktor penentu struktur modal terhadap financial leverage: studi kasus pada emiten syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013

71 Emiten yang memiliki tingkat leverage di atas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 163,50. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang Persero Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Semen Indonesia Persero Tbk, dan United Tractors Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling rendah adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 17,98.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak. 72 1 Analisis Grafik dengan menggunakan Normal Probability Plot Normal P-P Plot. Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 22.0 menghasilkan grafik sebagai berikut : Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal, hal ini menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas terhadap variabel terikat financial leverage. 73 2 Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,095 dan nilai sig. derajat alpha pada 0,198 atau lebih besar dari 0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini 74 tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor harus berada dibawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel. Hasil perhitungan Toleransi menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Toleransi kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95. Hasil VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada suatu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa 75 semua variabel independen dalam model persamaan regresi tidak terdapat problem multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian ini.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.2. 76 Grafik 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan hasil heterokedastisitas pada grafik 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heterokedastisitas. Selain menggunakan scatter plot untuk pengujian heteroskedastisitas, peneliti juga menggunakan Uji Glejser untuk menghindari kerancuan yang diakibatkan pengambilan keputusan melalui grafik. Uji Glejser dapat dilakukan setelah kita mendapatkan nilai unstandardized residual yang telah dikuadratkan dan di absolutkan, lalu meregresikan nilai tersebut menjadi variable dependen. 77 Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji Glejser Sumber : Data yang telah Diolah Pada tabel 4.4, dapat kita lihat hasil uji Glejser melalui tabel coefficients dan nilai sig. Pada bagian sig dapat kita ketahui bahwa semua variabel independen tidak ada yang signifikan karena nilai signifikansi berada diatas 0,05. Hal ini berarti model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara anggota dari observasi yang disusun menurut time series atau cross section. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana muncul suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson DW-test. Berdasarkan output SPSS 22.0, maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut : 78 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Data yang telah diolah Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi bedasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai Uji Durbin-Watson = 2.090 sedangkan dalam tabel DW untuk “k”=5 dan N = 70 besarnya DW tabel : dl Batas luar = 1,4637 ; du batas dalam = 1,7683 ; 4-du = 2,2317 ; dan 4- dl = 2,5363. Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW- test terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6 Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 2,090 1,4637 Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada kesimpulan 1,4637 2,090 1,7683 Tidak ada korelasi negative Tolak 4-1,4637 2,090 4 Tidak ada korelasi negative Tidak ada kesimpulan 4-1,7683 2,090 4- 79 1,4637 Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak terjadi autokorelasi 1,7683 2,090 4- 1,7683

3. Pengujian Hipotesis