Pengertian Poligami dan Sejarah Poligami

BAB III POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Poligami dan Sejarah Poligami

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan serang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. 22 Oleh karena itu, perkawinan dalam ajaran agama Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat mitsqan ghalidhan untuk mentaati perintah Allah, dan melaksanakannya adalah ibadah. Dalam diskursus fiqih Islam, perkawinan termasuk dalam kategori mu’amalah, yakni aturan yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Kaidah yang secara umum dipakai dalam masalah mu’amalah adalah “al-ashl fi al- mu’amalah al-ibadah”, namun dalam masalah-masalah yang terkait dengan detil pengaturan perkawinan berlaku kaidah yang lex-spesialis, yakni “al-ashl fi al- abdla at- tahrim”, mengingat dimensi ibadahnya begitu kuat dan disertai dengan aturan-aturan normatif yang relatif cinci 23 Sedangkan Poligami ialah ikatan perkawinan dalam hal mana suami mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami. Selain poligami, dikenal juga poliandri. Jika dalam poligami, suami yang memiliki beberapa istri, 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 23 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga Jakarta : Graha Paramuda. 2008 Cet Ke- 2 h. 187 dalam poliandri sebaliknya, justru istri yang mempunyai beberapa suami dalam waktu yang sama. Akan tetapi, dibandingkan poligami, bentuk poliandri tidak banyak dipraktekkan. Praktik poliandri hanya dijumpai pada beberapa suku tertentu, seperti suku Tuda dan suku-suku di Tibet. 24 Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan dari dua kata yakni “poli” atau”polus” yang artinya banyak dan kata “gamein” atau “gamos” yang artinya kawin atau perkawinan. Jika digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. 25 Secara etimilogi, poli artinya “banyak”, dan gami artinya “istri”. Jadi poligami itu artinya beristri banyak. Secara terminologi, poligami yaitu “seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri”. Atau “seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tapi dibatasi paling ba nyak empat orang”. 26 Dalam bahasa Arab poligami disebut Ta’adduduz zaujaat, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut madu. 27 Poligami merupakan salah satu persoalan dalam perkawinan yang paling banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. Satu sisi poligami ditolak dengan 24 Siti Muhdah Mulia, Islam Menggugat Poligami Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004 h. 43 25 Yayan sopyan, Islam - Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta PT. Wahana Semesta Intermedia. 2012. Cet ke-2 h. 139 26 Abdul Rahman Ghojali, Fikih Munakahat, Jakarta: Perdana Media Group, 2012. Cet ke-5. 129 27 Islah Gusmain, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, Yogyakarta : Pustaka Warna, 2007 Cet Ke -1 h. 29 berbagai macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis bahkan selalu dikaitkan dengan ketidakadilan gender. 28 Poligami dalam kehidupan orang-orang barat adalah realita yang tidak punya aturan, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu terjadi di hadapan penglihatan dan pemberlakuan undang-undang. Praktik gonta ganti teman kencan ala Barat ini adalah suatu yang sah dalam undang-undang mereka akan tetapi tidak dinamakan poligami, dan semua itu tanpa didasari moral, hati dan jiwa mereka sedikit pun tidak tergerak dan tanpa rasa kemanusiaan. Semua itu hanya semata demi melampiaskan nafsu syahwat dan egoisme. 29 Poligami merupakan salah satu “amunisi” yang biasa dipakai oleh para orientalis dan pembenci Islam untuk menggayang agama ini dan pemeluknya. Sampai-sampai, orang-orang seperti Salman Rushdi atau Pat Robertson menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw kurang lebih adalah seorang “sex- maniac. ” Memang jika di bidang aqidah Allah swt menguji keislaman manusia dengan peristiwa isra’ miraj maka di bidang syariat Allah menguji hambanya antara lain lewat ajaran poligami. 30 Sebelum Islam datang, di Jazirah masyarakat Arab sudah mempraktikkan poligami tanpa adanya batasan. Dalam beberapa sumber sejarah dapat ditemukan 28 Amiur Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 11974 sampai KHI Jakarta: Perdana Media Group. 2006 Cet Ke-3 h. 155 29 Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi, Jakarta : Darul Haq, 2007 Cet ke- h. 85 30 Nurbowo, Apiko JM, Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono, Jakarta : Khaairul Bayan. 2003 Cet ke-1 h. 16 bahwa banyak laki-laki khususnya para pemimpin suku memiliki puluhan istri, bahkan tidak sedikit kepada suku yang mempunyai ratusan istri. Memang tradisi Arab pada masa itu, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari melalui Siti Aisyah, pada masa jahiliyah Arab dikenal empat macam pernikahan. Pertama, pernikahan sebagaimana berlaku kini memulai dengan pinangan kepada orang tua atau wali, membayar mahar, dan menikah. Kedua, adalah seorang suami yang memerintahkan kepada isrinya apabila telah suci dari haid untuk menikah berhubungan seks dengan seseorang. Bila ia hamil, ia kembali untuk digauli suaminya, ini dilakukan guna untuk mendapatkan keturunan yang baik. Ketiga, sekelompok lelaki kurang dari sepuluh orang, kesemuanya menggauli seorang wanita dan bila ia hamil kemudian ia melahirkan ia memanggil seluruh anggota kelompok tersebut kemudian ia menunjukkan salah seorang yang dikehendakinya untuk dinisbahkan kepadanya nama anak itu dan yang bersangkutan tidak boleh mengelak. Keempat, hubungan seks yang dilakukan oleh wanita tuna susila, yang memasang bendera atau tanda di pintu- pintu kediaman mereka dan bercampur dengan siapa pun yang suka kepadanya. 31 Dengan demikian, setelah Islam datang yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Islam melarang cara pernikahan terebut kecuali cara yang pertama, dalam hal kaitanya dengan poligami Islam hanya membatasi dengan empat isrti dengan syarat berlaku adil. 31 Nurbowo, Apiko JM, Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono, Jakarta : Khaairul Bayan. 2003 Cet ke-1 h. 19 Sejarah poligami Poligami sudah berlaku sejak jauh sebelum datangnya Islam. Orang-orang Eropa yang sekarang kita sebut Rusia, Yugoslavia, Cekoslovakia, Jerman, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggris semuanya adalah bangsa-bangsa yang berpoligami. Arab, mereka juga berpoligami, karena itu tidak benar apabila ada tuduhan bahwa islamlah yang melahirkan aturan tentang poligami sebab nyatanya aturan poligami yang berlaku sekarang ini juga hidup dan berkembang di negri- negeri yang tidak menganut Islam seperti Afrika, India, Cina dan Jepang. Tidak lah benar kalau poligami hanya terdapat di negri-negri Islam. 32 Maka tidak benar jika agama Islamlah yang pertama kali membawa sistem poligami. Karena, sebenarnya pada saat ini, sistem poligami tetap tersebar di beberapa Negara atau bangsa yang tidak memeluk agama Islam, seperti Afrika, Cina dan Jepang. Jadi tidak benar jika poligami hanya ada dalam peradaban Islam. Dalam agama Nasrani pada mulanya tidak mengharamkan poligami, karena tidak ada satu pun ayat dalam kitab Injil yang secara tugas melarang poligami. Berbeda dengan orang-orang Kristen di Eropa mereka hanya menjalankan monogami yang tidak lain karena kebanyakan Kristen pada mulanya seperti orang-orang Yunani dan Romawi yang pada saat itu sudah melarang poligami, kemudian setelah mereka memeluk agama Kristen mereka tetap berpegang pada kebiasaan agama nenek moyang mereka yang telah melarang poligami pada waktu sebelumnya. Dengan demikian peraturan tentang monogami adalah peaturan lama yang sudah berlaku sejak mereka menganut agama berhala. 32 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, Jakarta : Pustaka Alkatsar. 2007 Cet Ke-1 h. 117 Di mana gereja hanya meneruskan larangan akan poligami dan menganggapnya sebagai peraturan dari agama, padahal lembaran-lembara dari kitab Injil sendiri tidak menyebutkan larangan melakukan poligami. 33 Kalau kita mengkaji sejarah poligami maka akan terbuka bahwa masalah poligami itu sudah sejak lama sebelum Islam datang. Bahkan poligami itu merupakan warisan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, sampai pada masa Martin Luther, seorang penganjur besar protestan, tidak nampak adanya larangan poligami. Tujuan tersebut bisa dijawab dengan beberapa bukti sejarah bahwa poligami suah berjalan lama sebelum Islam datang, sebagai berikut Westernak berkata: “poligami dengan sepengetahuan Gereja itu berjalan sampai abad ke 17 M”. pada tahun 1650 M Majelis Tinggi Prancis mengeluarkan surat edaran tentang diperbolehkannya seorang laki-laki mengumpulkan dua orang istri. Surat edaran itu dikeluarkan karena kurangnya kaum laki-laki akibat perang 30 tahun terus menerus. Agama Yahudi memperbolehkan poligami yang tidak terbatas. Kenyataannya Nabi Yakub, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman mempunyai banyak istri, serta Nabi Ibrahim juga mempunyai dua orang istri yaitu Hajar dan Sarah. 34 Penduduk asli Australia, amerikla, Cina, Jerman dan Silia. Terkenal sebagai bangsa yang melakukan poligami sebelum datangnya agama Masehi. Poligami yang mereka lakukan tanpa adanya batas dan tanpa adanya syarat-syarat keadilan terhaap beberapa istrinya. Ahli pikir Inggris Harbert Sebenser dalam bukunya „ilmu menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, wania diperjual belikan atau digadaikan bahkan dipinjamkan”. Hal terbut dilakukan sesuai dengan 33 Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, Jakarta : Pustaka Alkatsar. 2007 Cet Ke-1 h. 56 34 Gadis Arivia, Menggalang Perubahan Perlunya Persfektif Jender, YJP, Jakarta, 2004 peraturan khusus yang dikeluarkan oleh gereja dan berjalan sampai pertengahan abad 11 M. 35 Dengan ini jelas bahwa poligami sudah menjadi kebudayaan pada masa sebelum Islam datang. Melihat kenyataan yang jelas-jelas merendahkan martabat kaum wanita itu, maka Islam melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasulnya, membenai dan mengadakan penataan terhadap adat istiadat yang benar-benar tidak mendatangkan kemaslahatan dan menruskan adat kebiasaan yang menjunjung tinggi martabat manusia, dalam hal ini termasuk masalah poligami yang tidak terbatas Islam membolehkan poligami dengan syarat adil, hal ini demi menjaga hak dan martabat wanita. 36 Dengan demikian jelaslah bahwa praktik poligami di masa Islam sangatlah berbeda dengan praktik poligami sebelumnya. Perbedaan itu menonjol pada dua hal. Pertama, pada bilangan itri, dari yang tidak terbatas hingga hanya terbatas sampai empat saja. Kedua, pada syarat poligami yaitu harus mampu berlaku adil.

B. Dasar Hukum dan Syarat Poligami