28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Penapisan fitokimia ekstrak
Hasil penapisan fitokimia ekstrak etanol 70 tumbuhan pecah beling hutan menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, fenol, steroid dan saponin.
2. Uji aktivitas penghambatan α-glukosidase Dari hasil IC
50
ekstrak etanol 70 tumbuhan pecah beling hutan Ruellia tuberosa L. memiliki kemampuan dalam menghambat enzim α-glukosidase
sebanyak 0,6 kali dari akarbose, dan selisih daya hambat pada konsentrasi 270 ppm adalah 4,37. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70 tumbuhan
pecah beling hutan Ruellia tuberosa L. dapat menghambat enzim α- glukosidase sehingga tidak terbentuk gula dalam darah yang berlebihan.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar flavonoid total ekstrak etanol 70 tumbuhan pecah beling hutan Ruellia tuberosa L. dan
aktivitas antidiabetes dalam bentuk sediaan farmasi dan kestabilannya dengan menggunakan bahan baku ekstrak etanol 70 tumbuhan pecah beling hutan
Ruellia tuberosa L..
29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Canadian Diabetes Association. 2008. Canadian Journal of Diabetes. Canada: Clinical Practice Guidlines Commitees. Hal: S1, S10.
Chaitanya, B. Khrisna., Atigari, Diana Vivian,. Babu, S. Ravindra., Ravella, Alekhya., Vardhan, Jayasree. 2012. Hypolipidemic and Anti Oxidant
Activity of Ruellia tuberosa Linn. International Journal of Pharmacy an Biological Sciences e-ISSN: 2230-7605.
Cintari Lely. 2009. Swamedikasi Diabetes Mellitus DM dengan Daun Ceplikan Ruelllia tuberosa L.. Jurnal Skala Husada Volume 6 No. 1 2009: 65-74.
De Filipps, Robert A., Crepin, Julliette., Maina, Shirley L. 2004. Medicinal Plants of the Guianas Guyana, Surinam, French Guiana. Smithsonian
Institution: Departement of Botany, National Museum of Natural History. Hal: 2.
Depatremen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan. Hal: 13-21. Depatremen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Buku Kebijakan Obat
Trasidional Tahun 2007 Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 381MenkesSKIII2007. Jakarta: Direktur Jendral Bina Kefarmasian.
Dipiro, Joseph T., Posey, L Michael., Talbert, Robert L., Wells, Barbara G., Yee, Gary C. 2008. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 7
th
edition. US: The McGraw Hill Companies. Hal: 1226.
Fansworth, N.R. 1969. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih P, Soediri Iwang, Bandung: ITB. Hal: 6-
17. Harsini, Widjijono. 2008. Penggunaan Herbal di Bidang Kedokteran Gigi.
Majalah Kedokteran Gigi ISSN: 1978-0206; Juni 2008; 15 1: 61-64. Lin, Chwan-Fwu., Chen, Chien-Chih., Cheng, Lee-Ying., Huang, Yu-Ling.,Sheu,
Shuenn-Jyi. 2006. Bioactive Flavonoid from Ruellia tuberosa. Journal of Chinese Medicine 173: 103-109.