Data Demografi Subjek Penelitian Frekuensi Xerostomia

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 97 orang pasien PPOK di RSU Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini terdapat subjek laki-laki sebanyak 75 orang 77,3, sedangkan subjek perempuan sebanyak 22 orang 22,7. Berdasarkan usia subjek penelitian, kelompok usia 30-40 tahun sebanyak 3 orang 3,1, kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 23 orang 23,7 serta kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 71 orang 73,2. Tabel 3. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat bronkodilator terhadap pasien PPOK berdasarkan jenis kelamin dan usia No. Variabel Frekuensi n=97 orang Persentase

1. Jenis

Kelamin a. Laki – laki 75 77,3 b. Perempuan 22 22,7

2. Usia

a. 30-40 tahun 3 3,1 b. 41-50 tahun 23 23,7 c. 51-60 tahun 71 73,2

4.2 Frekuensi Xerostomia

Hasil penelitian menunjukkan subjek penelitian yang mengalami xerostomia sebanyak 63 orang 64,9 sedangkan yang tidak mengalami xerostomia sebanyak 34 orang 35,1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PPOK yang menggunakan obat bronkodilator Xerostomia Frekuensi F Persentase Xerostomia + 63 64,9 Xerostomia - 34 35,1 Jumlah 97 100 Pasien pada penelitian ini sebagian besar adalah laki-laki, sehingga mayoritas pasien yang mengalami xerostomia adalah laki-laki. Penelitian menunjukkan dari 63 orang yang mengalami xerostomia, sebanyak 49 orang adalah laki-laki, sementara hanya 14 orang perempuan yang mengalami xerostomia. Pasien yang tidak mengalami xerostomia sebanyak 34 orang, terdiri dari 26 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Tabel 5 Tabel 5 . Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PPOK yang menggunakan obat bronkodilator berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Xerostomia Jumlah Ya Tidak n n Laki-laki 49 50,5 26 26,8 75 77,3 Perempuan 14 14,4 8 8,3 22 22,7 Jumlah 63 64,9 34 35,1 97 100 Penelitian terhadap 97 subjek dengan rentang usia 30-60 tahun menunjukkan 73,2 pasien PPOK berada dalam rentang usia 51-60 tahun, 23,7 pasien berusia 41-50 tahun dan hanya 3,1 pasien berusia 30-40 tahun. Pada rentang usia 51-60 tahun, xerostomia paling banyak terjadi, yaitu sebesar 47,4. Tabel 6 Universitas Sumatera Utara Tabel 6 . Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PPOK yang menggunakan obat bronkodilator berdasarkan usia Usia Xerostomia Jumlah Ya Tidak n n 30-40 1 1,0 2 2,1 3 3,1 41-50 16 16,5 7 7,2 23 23,7 51-60 46 47,4 25 25,8 71 73,2 Jumlah 63 64,9 34 35,1 97 100 Penelitian dari 97 subjek menunjukkan sebanyak 59 orang mengkonsumsi kedua jenis obat bronkodilator, dimana 42 orang mengalami xerostomia dan 17 orang lainnya tidak mengalami xerostomia. Hasil uji statistik menggunakan Pearson chi- square memperlihatkan bah wa nilai signifikansi p = 0,045 atau p sig α 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis obat bronkodilator yang digunakan pasien PPOK terhadap terjadinya xerostomia. Tabel 7 Tabel 7 . Tabulasi silang antara jenis obat bronkodilator terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PPOK Jenis obat bronkodilator Golongan Xerostomia Jumlah Nilai P Ya Tidak n n Agonis beta 2 13 13,4 15 15,5 28 28,9 0,045 Antikolinergik 8 8,2 2 2,1 10 10,3 Agonis beta 2 dan antikolinergik 42 43,3 17 17,5 59 60,8 Jumlah 63 64,9 34 35,1 97 100 Universitas Sumatera Utara Penelitian melihat hubungan lama pemberian obat PPOK terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PPOK menunjukkan 48,4 pasien menggunakan obat bronkodilator selama 1-5 tahun, 34 menggunakan obat bronkodilator 1 tahun dan hanya 17,6 menggunakan obat bronkodilator 5 tahun. Berdasarkan lama pemberian obat, hasil uji statistik menggunakan Pearson chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,035 atau p sig α 0,05. Dengan demikian, Ho ditolak atau Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pemberian obat bronkodilator pada pasien PPOK terhadap terjadinya xerostomia. Tabel 8 Tabel 8. Tabulasi silang antara lama pemberian obat bronkodilator terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PPOK Lama pemberian obat PPOK Xerostomia Jumlah Nilai P Ya Tidak n n 1 tahun 17 17,5 16 16,5 33 34,0 0,035 1-5 tahun 31 31,9 16 16,5 47 48,4 5 tahun 15 15,5 2 2,1 17 17,6 Jumlah 63 64,9 34 35,1 97 100 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

3 78 59

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Thalassemia Sebagai Penyakit Kronik Dilihat Dari Sudut Pandang Psikologis

0 80 21

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010-2011

1 63 90

Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan

2 58 67

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik - Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rsu Dr.Pirngadi Medan

0 0 16

Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rsu Dr.Pirngadi Medan

0 1 13

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

1 1 11