4. Metode lain Selain metode pemeriksaan seperti penjelasan sebelumnya, untuk
mengevaluasi fungsi saliva dapat juga dilakukan dengan melihat kemampuan seseorang untuk mengunyah dan menelan biskuit kering dalam keadaan tanpa air.
3
Sialografi, Ultrasonografi, MRI dan CT scan digunakan untuk mendeteksi adanya keadaan patologis seperti sialolith, obstruksikerusakan duktus, tumor dan kista yang
menyebabkan disfungsi kelenjar saliva.
39
2.4 Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator pada Pasien PPOK
terhadap Terjadinya Xerostomia
Dalam keadaan istirahat, kelenjar saliva minor diperkirakan memproduksi setengah bagian dari saliva di rongga mulut.
33
Sementara dalam keadaan stimulasi, sekitar 90 saliva dihasilkan oleh kelenjar mayor. Kelenjar mayor terdiri dari
kelenjar parotid, kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual. Struktur anatomi kelenjar saliva terdiri dari sel asinar dan sel duktus. Sel asinar membentuk hasil akhir
sekretori, sedangkan sel duktus membentuk sistem cabang yang mendistribusi saliva dari sel asinar kedalam rongga mulut. Sel asini kelenjar parotid menghasilkan saliva
serous, kelenjar sublingual dan kelenjar minor menghasilkan saliva mukus dan kelenjar submandibula menghasilkan saliva seromukus yang didominasi sifat
mukus.
1,33
Saliva serous adalah saliva yang encer, sementara saliva mukus lebih kental karena adanya kandungan musin, glikoprotein.
1
Saliva terdiri dari dua komponen, yaitu komponen cairan yang mencakup ion- ion dan komponen protein. Kedua komponen tersebut disekresi secara terpisah
dengan mekanisme berbeda yang berada di bawah rangsangan sistem saraf autonom. Sekresi komponen cairan diatur oleh rangsangan parasimpatis melalui reseptor
muskarinik-kolinergik dan pelepasan komponen protein oleh rangsangan simpatis melalui reseptor beta adrenergik. Rangsangan saraf parasimpatis akan menghasilkan
saliva dengan kandungan komponen cairan yang tinggi, tetapi dengan konsentrasi protein yang rendah, sementara rangsangan saraf simpatis menghasilkan konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
protein yang tinggi, tetapi sedikit saliva. Oleh karena itu, rangsangan simpatis menyebabkan sensasi mulut kering.
33,41
Penggunaan agonis beta 2 menyebabkan perubahan komposisi saliva dan berkurangnya sekresi saliva.
16
Obat bronkodilator agonis beta 2, merupakan obat simpatomimetik, yaitu obat yang bekerja pada saraf simpatis dan menyerupai kerja
neurotransmitter adrenergik.
26
Dengan adanya rangsangan simpatis, maka akan terangsang kelenjar submandibula dan kelenjar sublingual yang menghasilkan saliva
mukus yang tebal dan kental, sedangkan kelenjar parotid yang tidak dipersarafi saraf simpatis tidak menghasilkan saliva.
26
Dengan demikian, volume saliva yang dihasilkan akan lebih sedikit. Padahal dalam keadaan terstimulasi, kelenjar parotid
berkontribusi besar menghasilkan saliva 50-70.
1
Selain itu, obat golongan simpatomimetik juga menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan aliran
saliva dan akhirnya mengakibatkan xerostomia.
26
Obat bronkodilator antikolinergik memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam menyebabkan xerostomia. Obat golongan antikolinergik merupakan obat
parasimpatolitik yang bekerja antagonis pada saraf parasimpatis.
26
Seperti uraian sebelumnya, rangsangan parasimpatis berfungsi untuk mengatur sekresi komponen
cairan saliva. Dengan adanya kerja obat antikolinergik yang menghambat perlekatan asetilkolin pada reseptor muskarinik-kolinergik saraf parasimpatis, maka akan terjadi
gangguan sekresi cairan saliva yang akhirnya menyebabkan xerostomia.
41
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Teori