Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Definisi Operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yang berusaha mempelajari dinamika hubungan antara faktor-faktor risiko variabel bebas dengan dampak atau efeknya variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat. 42 Penggunaan obat bronkodilator pada pasien PPOK dan xerostomia dapat diobservasi di satu waktu yang sama, yang artinya setiap pasien PPOK yang menjadi subjek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan obat bronkodilator yang dilihat dari jenis dan lama pemakaian obat dapat dilihat dari rekam medik serta terjadinya xerostomia diukur menurut keadaan atau status saat diobservasi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan RSU Dr. Pirngadi yang berlokasi di Jalan Prof H. Yamin No. 47 Medan. Menurut SK Menkes No. 433 tahun 2007 menetapkan RSU Dr. Pirngadi sebagai rumah sakit pendidikan karena kelayakan rumah sakit dalam memenuhi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pendidikan. 43 Pemilihan RSU Dr. Pirngadi ini dikarenakan rumah sakit ini merupakan rumah sakit pusat di Medan yang memiliki poli paru dengan alat pemeriksaan dan rekam medik yang lengkap sehingga mempermudah peneliti menemukan subjek penelitian. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2015 hingga bulan Februari 2015 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Pasien penyakit paru obstruktif kronik PPOK di RSU Dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien PPOK di RSU Dr. Pirngadi Medan. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus penaksiran proporsi populasi dengan ketentuan absolut simpangan mutlak. 44 Keterangan : n : besar sampel yang diperlukan d : tingkat akurasi = 10 0,1 P : proporsi populasi  diambil nilai 50 0,5 karena belum ada penelitian sebelumnya tentang persentase xerostomia yang ditemukan pada pasien PPOK yang mengkonsumsi obat bronkodilator. Z : nilai kepercayaan 95 = 1,96  97 orang Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non- probability sampling jenis consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan diikutsertakan dalam penelitian dalam kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. 42 Universitas Sumatera Utara 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Pasien PPOK yang berusia 30-60 tahun. 2. Pasien PPOK yang setuju menjadi sampel penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien PPOK yang menderita sindrom Sjogren’s, penyakit diabetes mellitus, infeksi HIV, penyakit ginjal kronik, penyakit sistemik lupus eritematosus dan penyakit sistemik lain yang dapat menyebabkan xerostomia. 2. Pasien PPOK yang menggunakan obat antihipertensi, obat diuretik, obat antihistamin, obat antidepresan dan obat-obatan lain yang dapat menyebabkan xerostomia. 3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas Obat bronkodilator yang digunakan pasien PPOK.

3.5.2 Variabel Terikat

Xerostomia.

3.5.3 Variabel Terkendali

Usia.

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

Jenis kelamin. Universitas Sumatera Utara

3.6 Definisi Operasional

1. Obat bronkodilator yang digunakan pasien PPOK adalah obat yang menyebabkan relaksasi otot-otot saluran pernapasan sehingga saluran bertambah lebar dan pernapasan menjadi lebih mudah, yang akan dilihat jenis obat dan lama pemberian obat. 23 - Jenis obat bronkodilator yang digunakan pasien PPOK adalah jenis obat- obatan yang digunakan pasien dalam terapi PPOK dan dapat dilihat dari rekam medik, meliputi: 13 a. Golongan Agonis beta 2 b. Golongan Antikolinergik c. Kombinasi Agonis beta 2 dan Antikolinergik - Lama pemberian obat bronkodilator adalah penggunaan obat bronkodilator oleh pasien dari awal pemakaian sampai saat diteliti dengan satuan waktu tahun yang dapat dilihat dari rekam medik dan anamnesis. 2. Xerostomia adalah sensasi subjektif mulut kering yang tidak selalu disertai dengan hipofungsi kelenjar salivahiposalivasi, yang dinilai berdasarkan kusioner dengan skor xerostomia lebih besar atau sama dengan lima. 3,38 3. Usia adalah usia responden yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian yang dapat dilihat dari rekam medik. 45 4. Jenis kelamin adalah aspek biologis yang membedakan seseorang menjadi laki-laki atau perempuan yang dapat dilihat dari rekam medik. 46 3.7 Sarana Penelitian 3.7.1 Alat

Dokumen yang terkait

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

3 78 59

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 68 74

Thalassemia Sebagai Penyakit Kronik Dilihat Dari Sudut Pandang Psikologis

0 80 21

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010-2011

1 63 90

Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan

2 58 67

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik - Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rsu Dr.Pirngadi Medan

0 0 16

Hubungan Penggunaan Obat Bronkodilator Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rsu Dr.Pirngadi Medan

0 1 13

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

1 1 11