2.2.1 Agonis beta 2
Obat golongan agonis beta 2 merupakan obat yang umumnya digunakan dalam perawatan penyakit asma dan PPOK.
24
Efek farmakologi utama agonis beta 2 adalah sebagai bronkodilator yaitu untuk merelaksasi otot polos pernapasan melalui
stimulasi reseptor adrenergik beta 2 yang banyak terdapat pada otot polos saluran napas.
15,24
Stimulasi reseptor adrenergik beta 2 pada tingkat sel akan meningkatkan siklik adenosin monofosfat intraselular cAMP yang berperan dalam mengatur tonus
otot polos pernapasan, sehingga terjadi bronkodilatasi. Selain itu, agonis beta 2 yang juga menstimulasi reseptor adrenergik beta 2 pada presinaptik ganglia parasimpatis
saluran napas, menghambat pelepasan asetilkolin yang merupakan bronkokonstriktor sehingga menyebabkan bronkodilatasi.
15,24,25
Berdasarkan lama kerjanya, agonis beta 2 dibedakan menjadi agonis beta berefek singkatSABAs Short Acting Beta Agonists dan agonis beta berefek
panjangLABAs Long Acting Beta Agonists. SABAs digunakan sebagai obat pereda simtom akut reliever karena memiliki onset kerja yang cepat 1-5 menit walaupun
tidak bertahan lama 4-6 jam.
13,15,23
LABAs mempunyai efek bronkodilator yang bertahan sekitar 12 jam hingga 24 jam sehingga lebih efektif penggunaanya dalam
pengobatan reguler penyakit PPOK.
23
Agonis beta 2 dapat menimbulkan efek samping tremor, takikardia, gagal jantung kronik dan efek samping di rongga mulut berupa xerostomia.
26,27
Tabel 1. Macam-macam obat agonis beta 2
15,18
Agonis Beta 2 Macam Obat
SABAs Salbutamol albuterol, terbutaline, pirbuterol
LABAs Salmeterol, formoterol, vilanterol, indacaterol
2.2.2 Antikolinergik
Pada PPOK, antikolinergik digunakan untuk mengurangi tonus otot yang menyebabkan hambatan aliran udara dan untuk menekan sekresi mukus.
28
Sistem saraf parasimpatis berperan dalam mengatur tonus otot bronkus.
13
Dalam keadaan
Universitas Sumatera Utara
normal, rangsangan asetilkolin pada saraf parasimpatis reseptor muskarinik paru akan menyebabkan bronkokonstriksi, yaitu pada reseptor muskarinik M1 dan M3,
sementara pada reseptor muskarinik M2 memiliki efek feedback untuk membatasi pelepasan asetilkolin. Selain itu, rangsangan asetilkolin pada reseptor muskarinik M3
di kelenjar submukosa saluran napas akan menyebabkan peningkatan sekresi mukus.
13,28
Antikolinergik atau antimuskarinik bronkodilator merupakan antagonis reseptor muskarinik kolinergik non selektif
yang bekerja dengan menghambat asetilkolin pada saraf parasimpatis sehingga menimbulkan bronkodilatasi.
28
Bronkodilator antikolinergik terdiri dari antikolinergik berefek singkatSAMA Short acting muscarinic antagonist
seperti ipratropium bromida dan antikolinergik berefek panjangLAMA Long acting muscarinic antagonist yaitu tiotropium
bromida. SAMA bersifat non selektif dan menghambat ketiga reseptor muskarinik, menyebabkan bronkodilatasi dan sedikit supresi mukus, sedangkan LAMA bersifat
lebih selektif terhadap reseptor M3.
29
Seperti fungsi SABA, SAMA juga digunakan untuk mengatasi simtom akut bronkospasme, sementara LAMA digunakan dalam
pengobatan reguler.
15
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan agonis beta 2, antikolinergik memiliki onset kerja yang lebih lama sehingga kurang efektif
digunakan sebagai obat pereda simtom reliever.
23,28
Ipratropium bromida SAMA bekerja dalam 15 menit dan bertahan selama 6-8 jam, sementara tiotropium LAMA
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bekerja 20 menit, walaupun dapat bertahan selama 24 jam.
23
Bronkodilator antikolinergik memiliki lebih sedikit efek samping dibanding agonis beta 2. Xerostomia dan retensi urin merupakan efek samping yang paling