Pengukuran fatique yang ke-3 inilah yang akan dilakukan praktikum modul ini dimana hasil pengukuran dibandingkan dengan indeks petunjuk dan pembeda
warna untuk mengetahui tingkat kelelahan. Sumber : Modul Praktikum Perancangan Sistem Kerja,Tahun 2006, Hal 26- 28
2.7.1. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatique
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan
kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat saat – saat dimana hasil produksi menurun.
Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat – saat mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena
masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabknnya. Jika rasa fatique telah datang, dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique.
Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan seseorang sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama
sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya, pekerja
dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan – gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
2.7.2. Istirahat Untuk Menghilangkan Rasa Fatique Ret To Overcome Fatique
Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatique sebagai akibat
kerja berbeda – beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya, tetapi juga oleh individu pekerjanya.
Pertanyaan – pertanyaan berikut dipakai sebagai patokan untuk memperbaiki kelambatan – kelambatan yang diakibatkan oleh rasa fatique :
1. Apakah anggota tubuh yang digunakan sudah tepat ? Agar tidak terjadi pemborosan tenaga harus diperhatikan apakah
anggota tubuhb yang tidak diperlukan ikut bergerak atau tidak. Dengan demikian rasa fatique tidak akan datang pada saat yang belum pantas.
2. Apakah temperatur, kelembaban, ventilasi, kebisingan, dan kondisi kerja yang lain telah memuaskan ?
Kondisi kerja tertentu dapat mempengaruhi fungsi bagian tubuh. Sedemikian rupa sehingga rasa fatique dari pekerja akan lebih cepat
datang atau kemampuan bekerja akan cepat menurun jika kondisi ruang kerjanya tidak cocok bagi pekerja tersebut.
3. Apakah ukuran kursi dan meja telah disesuaikan dengan tubuh pekerja ?
Ukuran kursi dan meja harus disesuaikan dengan ukuran – ukuran tubuh yang memakainya sehingga tidak akan terjadi hambatan –
hambatan yang ditunjukkan oleh tidak cocoknya ukuran – ukuran kursi dan meja tersebut.
Untuk jenis pekerjaan yang berlainan, kadang – kadang harus dirancang berbentuk kursi yang berlainan. Hal ini harus diteliti dengan
seksama. 4. Apakah posisi kerja yang terbaik telah ditentukan ?
Harus diteliti apakah suatu pekerjaan lebh baik dilakukan sambil duduk atau berdiri. Hal ini tergantung pada pengaturan tata letak kerja
dan ketahanan tubuh menghadapi suatu posisi kerja. 5. Apakah untuk beban – beban yang berat sudah digunakan peralatan
mekanik ? Tubuh manusia sangat terbatas kemampuannya, termasuk untuk
mengangkat suatu objek yang berat. Jadi pembebanan terhadap tangan harus dipertimbangkan batas kemampuannya, hal yang sama untuk
bagian tubuh yang lain 6. Apakah gizi makanan pekerja sudah mencukupi ?
Dibawah ini ada beberapa tingkat tipe pekerjaan dengan kebutuhan kalori per harinya :
Pekerjaan ringan sekali : 2400 kalori Pekerjaan ringan : 2700 kalori
Pekerjaan menengah : 3000 kalori Pekerjaan berat : 3600 kalori
Sumber : Tekhnik Tata Cara Kerja, Suthalaksana, Tahun 1979, Hal 106 .
2.8. Beberapa Segi Mengenai Faktor – Faktor Diri