“…kadang aku berusaha untuk menenangkan diri aja. Anak-anak aku, cuman itu lah, mungkin.”R3.W2.b.2040-2043.h.40
“Aku bersyukur Din, jujur aja, aku bersyukur kali. Disaat aku muda. Aku umur dua puluh Sembilan itu, udah ngalamin itu. Fisik aku masih kuat,
kondisi aku masih bagus la, otak pun sudah diperas. Jadi aku siap gitu.”R3.W1.b.1189-1194.h.23
B. Interpretasi
1. Responden I
Pernikahan Tia dan suaminya dirasakan bahagia selama tujuh belas tahun pernikahan mereka. Saat menginjak usia pernikahan ke lima belas, suami Tia
mulai sibuk berkegiatan diluar. Ketika usia pernikahan memasuki usia tujuh belas, Tia mendapati bahwa suaminya telah menikah lagi. Pernikahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kondisi rumah tangganya. Holmes dan Richard dalam Calhoun Acocella, 1990 menemukan bahwa peristiwa
perkawinan, pertambahan anggota keluarga baru, dan perubahan kondisi kehidupan merupakan peristiwa hidup yang membutuhkan penyesuaian diri.
Perubahan dalam kondisi pernikahan Tia dengan hadirnya istri muda suami menuntutnya untuk melakukan penyesuaian diri. Darajat 1983 mengatakan
bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang digunakan individu untuk mengatasi tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.
Berita pernikahan kedua suaminya membuat Tia merasa tertekan, ia merasa sangat terkejut dan tidak terima dengan kondisi pernikahannya, ia juga merasa malu
dan selama beberapa bulan menutup dirinya dari orang lain. reaksi penolakan yang dilakukan Tia dilanjutkan dengan melampiaskan rasa marahnya pada suami seperti
saat suaminya datang menemuinya di rumah ia selalu mengusirnya. Hal ini sejalan
Universitas Sumatera Utara
dengan yang dikatakan oleh Kubller-Ross 1969 dalam tahapan penyesuaian diri bahwa pada awalnya individu akan melakukan penolakan terhadap kenyataan yang
tidak diinginkannya yang kemudian digantikan dengan kemarahan. Tia tidak mengalami perubahan kondisi kesehatan hanya saja dirinya mengalami
gangguan pada nafsu makan serta semangat untuk bekerja. Hal tersebut dialaminya selama tiga tahun belakangan ini. Sesuai dengan yang dikemukakan Lazarus dan
Folkman dalam Morgan, 1986 bahwa penyesuaian diri individu dipengaruhi salah satunya oleh stres. Stres adalah tekanan yang disebabkan oleh tuntutan fisik
terhadap tubuh seperti kondisi sakit, latihan, temperatur ekstrim, dan lain-lain atau disebabkan oleh situasi sosial atau lingkungan yang dianggap
membahayakan, tidak dapat terkontrol atau melewati batas kemampuan seseorang untuk menghadapinya. Tia mengalami stres karena pernikahan kedua suaminya
yang terlihat dari adanya gangguan nafsu makan pada dirinya, dan dalam situasi sosial ia menjaga jarak dengan menutup diri dari orang-orang disekelilingnya.
Setelah Tia mengetahui kabar pernikahan suaminya, emosinya menjadi naik turun, Tia marah setiap kali suaminya pulang ke rumah karena menyangka
suaminya pulang sehabis menjumpai istri muda. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et.al, 2006 ditemukan bahwa pernikahan dalam
bentuk poligami berdampak negatif terhadap para istri dalam pernikahan tersebut. Penelitian tersebut mengatakan bahwa istri yang berasal dari keluarga poligami
cenderung mengalami distres psikologis gangguan somatisasi. Selain itu, kecemasan dialami oleh Tia sehabis dirinya mengusir suaminya, jantungnya
berdebar setiap kali ia pulang dan melihat keberadaan barang-barang suaminya.
Universitas Sumatera Utara
Sundari 2005 mengatakan manusia terkadang mengalami kegagalan. Individu yang gagal dalam menyesuaikan diri akan menjadi tidak tenang bila menghadapi
suatu masalah, tidak mampu mengendalikan emosi, mengalami frustasi, konflik atau kecemasan. Beruntung Tia memiliki seorang teman tempatnya mengadu dan
mencurahkan seluruh isi hatinya sehingga ia tidak berlama-lama memendam perasaan sakitnya. Selain itu, pihak keluarga Tia juga mendukungnya sehingga ia
mampu melewati hari-harinya dengan baik. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Daradjat 1983 bahwa keluarga merupakan salah satu lingkungan sosial tempat
seseorang hidup yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang . Yuliantini, dkk 2008 menyatakan konflik dalam pernikahan poligami
merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Adanya perempuan lain dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu sumber yang menyulut terjadinya konflik
dalam pernikahan karena memicu munculnya rasa cemburu. Setelah Tia mengetahui bahwa suaminya menikah lagi, ia selalu mengeluarkan amarahnya
pada suami setiap kali suami pulang ke rumah ia merasa cemburu pada istri muda karena setiap kali suaminya pulang pasti dirinya menyangka bahwa suami baru
saja mengunjungi istri mudanya. Ia juga berkali-kali meminta cerai pada suaminya karena menolak untuk dipoligami
Selama menjalani kehidupan poligami Tia tidak pernah bertemu dengan istri muda suami. Dari awal ia mengenal wanita tersebut Tia memiliki penilaian yang
negatif. Ketika ia mengetahui bahwa suaminya menikah dengan wanita tersebut Tia pun semakin tidak menyukainya dan membencinya. Namun kemarahannya
pada istri muda suami tidak membuatnya melakukan hal-hal yang tidak logis. Ia
Universitas Sumatera Utara
tetap mampu mengontrol keinginannya untuk tidak menjumpai istri muda. Ia merasa tidak pantas melakukan hal-hal yang akan memalukan dirinya karena
dirinya berasal dari keluarga dengan kelas sosial yang baik dan berpendidikan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Lazarus dan Folkman dalam Morgan,
1986 bahwa pendidikan dan status ekonomi sosial dapat mempengaruhi nilai dan cara pandang seseorang terhadap suatu masalah dan tekanan sosial. Semakin
tinggi pendidikan dan tingkat ekonomi seseorang maka akan semakin baik penyesuaian dirinya terhadap suatu lingkungan atau hal baru. Tia adalah seorang
yang berpendidikan, latar belakangnya sebagai seorang guru dan berasal dari keluarga yang berpendidikan membuatnya lebih berpikir logis dalam menghadapi
masalah yang dialaminya. Penyesuaian terhadap sikap masyarakat juga harus dilewati oleh Tia.
Kondisi lingkungan sekitar tidak membuatnya merasa peduli lagi ketika ia ingin melampiaskan kemarahan pada suami. Ia tidak peduli dengan pendapat orang-
orang sekitarnya yang melihat keributannya dengan suami. Hal ini bertentangan dengan yang dikatakan Darajat 1983 mengenai penyesuaian sosial. Penyesuaian
sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-
nilai yang individu patuhi. Tia tidak peduli dengan omongan orang sekitarnya dan memilih untuk mengacuhkan dari pada menanggapi komentar mereka. Tia tidak
Universitas Sumatera Utara
ingin ambil pusing dengan apa yang dibicarakan tetangganya. Ia juga menjaga interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.
Hubungan Tia dengan anak-anaknya juga berjalan dengan baik, hanya pada awal mengetahui suaminya berpoligami, ia memilih untuk tidak berinteraksi
dengan anaknya karena takut tidak mampun mengendalikan emosinya saat itu. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Al-Mohannadi dalam Al-Qatari, 2009
bahwa istri yang dipoligami mengalami stres yang terlihat dari cari istri memperlakukan anak-anaknya.
Keretakan keluarga yang terjadi dalam rumah tangga terlihat dari hubungan formal antara suami dan istri masih tetap ada namun tidak berjalan sebagaimana
mestinyaDaradjat, 1983. Setelah tiga tahun lebih menunggu dan berharap suaminya akan membuat keputusan bijak, Tia mulai merasa lelah dengan kondisi
rumah tangganya yang tidak juga membaik, akhirnya ia membuat sikap tegas dengan tidak membiarkan suaminya tinggal lagi di rumah. Keputusan Tia untuk
tidak menjalin komunikasi dan tinggal terpisah dengan suaminya tersebut membuat dirinya merasa lebih tenang. Individu yang mampu menyesuaikan diri
akan mampu menyeimbangkan antara kebutuhan internal dan eksternal, mampu memecahkan masalah dengan rasio dan emosi yang terkendali serta bersikap
realistis dan objektif Sundari, 2005. Saat ini tia lebih mampu menyesuaikan diri, ia mampu mengendalikan emosi serta bersikap lebih realistis dengan tidak
menunjukkan amarah pada suami dan tidak berharap bahwa suaminya akan meninggalkan istri muda.
Universitas Sumatera Utara
2. Responden II
Tike dan suami adalah sepasang suami istri yang telah menjalani biduk rumah tangga selama lebih dari 33 tahun. Perkenalannya dengan suami berawal
dari perjumpaannya saat ia bekerja sebagai tukang masak di perbatasan Aceh. Perkenalan yang hanya memakan waktu empat bulan membuat mereka
memutuskan untuk menikah. Awal rumah tangganya bersama suami berjalan lancer sampai ketika Tike melahirkan anak pertama, perilaku suaminya berubah
menjadi kasar dan sering memukul, Tike mengalami kekerasan dalam rumah tangganya. Namun hal yang paling membuatnya tidak terima adalah ketika usia
pernikahan mereka mencapai 23 tahun, suaminya menikah lagi. Kontan Tike merasa terkejut sampai ingin bunuh diri. belum habis penderitaannya akibat
perilaku kekerasan yang dialaminya selama ini, ia telah dihadapkan dengan kondisi poligami sehingga ia merasa sangat terpukul.
Penelitian yang dilakukan Achate et.al dalam Elbedour, Bart, Hektner, 2003 menunjukkan adanya rasa kecemburuan, konflik, stres emosional,
ketegangan, kegelisahan dan kecemasan yang besar pada istri dalam keluarga poligami. Yuliantini, dkk 2008 menyatakan konflik dalam pernikahan poligami
merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Adanya perempuan lain dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu sumber yang menyulut terjadinya konflik
dalam pernikahan karena memicu munculnya rasa cemburu. Tike ketika pertama sekali mengetahui dirinya dipoligami mengalami stress emosional, ia menangis
Universitas Sumatera Utara
bahkan sampai berpikir untuk melakukan bunuh diri. Selain itu, meski ia merasa kasihan pada istri muda disisi lain juga merasa cemburu sehingga ia memilih
untuk membiarkan dirinya yang membantu istri muda melahirkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et.al, 2006 menemukan bahwa
pernikahan dalam bentuk poligami berdampak negatif terhadap para istri dalam pernikahan tersebut. Penelitian tersebut mengatakan bahwa istri yang berasal dari
keluarga poligami cenderung mengalami distres psikologis gangguan somatisasi. Hal ini terlihat saat Tike sudah tidak mampu menahan rasa kesal dan tidak tahu
harus melampiaskan kepada siapa ia menyakiti dirinya sendiri dengan membenturkan kepalanya ke dinding. Daradjat 1983 menyatakan bahwa
keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi
dirinya. Selanjutnya Daradjat 1983 mengatakan kehidupan kejiwaan ditandai dengan
tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Tike sudah
delapan tahun menjalani kehidupan dipoligami, dirinya yang sejak awal memang kurang menyukai suaminya semakin merasa tidak puas dan mengeluh dengan nasib
yang dialaminya, apalagi ia mengalami kekerasan dalam rumah tangganya yang membuat dirinya semakin merasa tidak bahagia dalam kehidupan rumah tangganya.
ikan Namun Tike tidak terlarut dalam keluh kesahnya, ia menjadikan anak-anaknya sebagai motivasi untuk tetap bertahan dalam rumah tangganya dan tidak menyesali
apa yang telah dialaminya. Selain itu, pengetahuan dan keimana terhadap agama
Universitas Sumatera Utara
membuat dirinya lebih bisa menerima semua yang dialami olehnya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Al-Krenawi dan Nevo 2006 bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya istri dalam menyesuaikan diri adalah faktor agama, keyakinan bahwa poligami sebagai aturan dari Tuhan atau takdir.
Saat keluarga Tike mendengar kabar pernikahan suaminya, kontan membuat mereka marah dan menjadi tidak suka dengan suaminya. Sedangkan keluarga dari
pihak suaminya menyayangkan tindakan suaminya yang menikah lagi. Meskipun keluarga dari pihak Tike merasa akan lebih baik jika Tike berpisah dengan
suaminya, mereka tidak memaksakan hal itu pada Tike dan tetap memberikan dukungan. Begitupun dari pihak keluarga suami yang tetap mendukungnya
sehingga Tike tetap bertahan dalam rumah tangganya sampai saat ini. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Daradjat 1983 bahwa keluarga merupakan salah
satu lingkungan sosial tempat individu hidup yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang.
Begitu pula hubungan Tike dengan istri muda suaminya, merasa bahwa kesalahan terletak pada suaminya tidak membuatnya menyalahkan istri muda
suaminya secara keseluruhan, bahkan ia menyayangkan tindakan istri muda suaminya yang usianya tak jauh berbeda dengan usia anak pertamanya. Meskipun
dilain pihak terkadang ia merasa cemburu dengan istri muda suaminya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Darajat 1983 bahwa dalam penyesuaian
sosial dikatakan individu mampu membuat hubungan sosial yang menyenangkan dengan orang yang berhubungan dengannya. Tike dalam hal ini mampu
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi dengan istri muda suami, bahkan ia yang membantu proses kelahiran sang bayi.
Pemberitaan mengenai pernikahan kembali suaminya juga diketahui oleh lingkungan sekitarnya. Beragam komentarpun muncul dari mulut tetangganya.
Komentar negatif yang disampaikan tetangganya terkadang membuatnya rendah diri. Hanya saja ia tidak membatasi ataupun menjaga interaksinya dengan
lingkungan sekitar. Ditambah lagi dengan dukungan positif yang juga ia dapatkan dari orang-orang sekitar tempat tinggalnya, membuatnya mampu bertahan dan
tidak membuatnya menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan yang dikatakan Lazarus dan Folkman dalam Morgan, 1986
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah tuntutan fisik dan tuntutan sosial, dalam hal ini sangat dituntut penyesuaian diri dan juga
responnya agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan. Dalam kehidupan, individu perlu mempersiapkan diri melakukan tindakan pencegahan untuk
mengendalikan kesehatan fisik, mempelajari lingkungan tempat individu hidup, mempelajari apa yang terjadi dan bagaimana mengantisipasinya untuk dapat
menyesuaikan diri dan tetap dapat bertahan hidup. Meskipun Tike merasa rendah diri dengan lingkungannya, ia tetap berinteraksi dengan lingkungan, ia mampu
menyesuaikan diri dan tetap bertahan dengan kondisi lingkungannya yang terkadang berkomentar negatif.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri Lazarus Folkman dalam Morgan, 1986 seseorang terhadap lingkungan salah satunya yaitu kelas sosial
yang mencakup pendidikan dan status ekonomi sosial. Kebutuhan rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
yang mendesak membuat Tike harus bekerja demi menafkahi keluarganya, suami yang seharusnya menjadi pencari nafkah tidak menjalankan kewajibannya sebagai
suami sehingga Tikelah yang menjadi tulang punggung keluarga saat ini.
3. Responden III
Pernikahan Indah dan suaminya berlangsung pada tahun 1998, dari hasil pernikahannya mereka dikaruniai dua anak perempuan. Sedikit berbeda dengan
pernikahan pasangan lainnya, di awal pernikahannya dengan suami, Indah sudah mulai merasakan adanya perubahan pada perilaku suaminya. Suaminya menjadi
orang yang kurang perhatian, hanya saja saat itu Indah tidak menjadikan hal itu sebagai persoalan besar dan menganggap sebagai hal biasa. Namun saat usia
pernikahan mereka memasuki usia ke lima, Indah dikejutkan dengan hadirnya istri muda dalam kehidupan rumah tangga mereka, suami Indah telah berpoligami.
DeGenova 2008 mengatakan suatu keluarga poligami adalah sebuah keluarga yang didasarkan pada pernikahan satu orang dengan dua atau lebih pasangan.
Sebenarnya Indah sudah sering mendengar berita mengenai hubungan suaminya dengan perempuan lain, hanya saja ia tidak ingin mempercayai hal
tersebut. Baginya ia hanya percaya dengan omongan suaminya. Ternyata suaminya sendiri telah mengakui bahwa ia telah menikah lagi sehingga Indah
jatuh pingsan ketika mendengar hal tersebut. Hal yang paling menyakitkan Indah adalah saat ia mengetahui bahwa
suaminya membanding-bandingkan dirinya dengan istri muda sehingga ia menjadi tidak percaya diri dan merasa tidak diinginkan. Hal ini sejalan dengan yang
Universitas Sumatera Utara
dikatakan oleh Daradjat 1983 bahwa individu yang gagal dalam penyesuaian pribadi ditandai dengan adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab,
dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Ia merasa bahwa suaminya tidak lagi menginginkannya karena tubuhnya tidak sebagus dulu. Indah
merasa remeh akan dirinya, ia tidak puas terhadap dirinya dan tidak percaya diri yang dalam istilah Darajat 1983 disebut sebagai ketidaksesuaian pribadi. Berada
dalam pernikahan poligami menurut Al-Mohannadi dalam Al-Qatari, 2009 membuat istri merasa tidak diinginkan, hal ini menyebabkan sejumlah stres. Indah
sering kali menjerit dalam mobilnya ketika merasa tidak mampu lagi menahan perasaan sakit hati yang dirasakannya karena ulah suaminya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et.al, 2006 ditemukan bahwa pernikahan dalam bentuk poligami berdampak negatif terhadap para istri dalam
pernikahan tersebut. Berita pernikahan kedua suami Indah tersimpan rapi dalam dirinya. Tidak ada yang mengetahui bahwa suaminya telah menikah lagi. Hal ini
semakin membuat dirinya tertekan, selain rasa tidak terima yang harus ia tanggung, ia juga harus menyimpan berita ini agar tidak merusak nama baik
keluarga. Selain itu, berita pernikahan kedua suaminyapun ia rahasiakan dari keluarganya. Indah menyadari bahwa ketidaksetujuan ibunya saat Indah akan
menikahi suaminya telah terbukti. Tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya membuat Indah harus menyesuaikan diri.
Darajat 1983 mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang digunakan individu untuk mengatasi tekanan-tekanan yang terjadi pada
dirinya. Apabila usaha mengatasi tekanan tersebut berjalan dengan baik, maka akan
Universitas Sumatera Utara
tercipta kepribadian yang sehat. Akan tetapi apabila usaha mengatasi tekanan tersebut kurang memadai, maka akan tampak pada kepribadian individu berbagai tingkat
patologis. Rahasia pernikahan suaminya yang ia simpan sendiri membuatnya tidak bisa mencurahkan segala perasaannya pada siapapun. Bahkan ketika ia berada di
lingkungan pekerjaannya ia harus bisa menjaga raut wajahnya sehingga tidak ada yang menyadari ia tengah mengalami penderitaan. Satu-satunya cara Indah menenangkan
diri adalah dengan shalat dan berdoa. Namun karena tidak sanggup dengan tekanan- tekanan yang dialaminya, setiap kali ia selesai shalat, ia selalu menangis dan
mengalami muntah yang terjadi berulanng-ulang setiap kali ia selesai beribadah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozkan et.al, 2006 mengatakan bahwa istri yang
berasal dari keluarga poligami cenderung mengalami distres psikologis gangguan somatisasi.
Saat Indah tengah berusaha menutupi kabar pernikahan suaminya, ternyata istri muda suaminya membeberkan kabar pernikahan tersebut. Hal itu terjadi
karena ulah suaminya yang menikah untuk yang ketiga kalinya. Indah sangat terpukul dengan berita tersebut. Ia merasa tidak berdaya dan sudah tidak tahu lagi
harus berbuat apa, dirinya menjadi tidak percaya diri, dan hanya menjalani hidup apa adanya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Daradjat 1983
mengenai individu yang gagal dalam menyesuaikan diri bahwa individu tersebut akan mengalami kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa
cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Individu tidak menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan
Universitas Sumatera Utara
kekurangannya dan tidak mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Rahasia yang ia pendam Selama ini tengah diketahui orang banyak, apalagi suaminya adalah anggota legislatif, tentulah membuat nama baik keluarga
menjadi rusak. Sejak saat itu, Indahpun mulai menutup diri dari lingkungan sekitarnya. Ia lebih memilih untuk menghindar karena ia merasa sangat malu dan
rendah diri dengan tetangganya. Belum lagi komentar-komentar lingkungan yang tidak sanggup ia dengar sehingga ia lebih memilih untuk diam dan menjaga jarak.
Indah tidak mampu membuat hubungan sosial yang menyenangkan dengan orang- orang lingkungan sekitar yang berhubungan dengannya yang oleh darajat 1983
disebut sebagai ketidaksesuaian sosial. Begitu pula saat Indah mencoba untuk bercerita dan meminta pembelaan dari keluarga suaminya, ia malah semakin
terpukul karena dirinya disalahkan atas peristiwa tersebut sehingga ia tidak ingin lagi mencari dukungan dari pihak keuarga suami dan menjaga jarak dari keluarga
suaminya. Berbeda saat ia berada di lingkungan pekerjaannya, meskipun ia merasa
rendah diri dan malu ia tetap mampu menjalani pekerjaannya dengan baik, bahkan sikapnya dahulu yang sangat menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan
pekerjaannya kini lebih baik. Ia merasa lebih santai dan tidak terlalu menjaga sikap. Kemampuan individu dalam pekerjaannya, individu mampu menyesuaikan
antara kemampuannya dengan pekerjaan, ia mampu menghadapi kesukaran dalam hubungan sosial dengan teman-teman dan atasan dalam pekerjaan. Hal tersebut
oleh Darajat 1983 disebut sebagai penyesuaian jabatan.
Universitas Sumatera Utara
Perihal hubungan Indah dengan istri-istri muda suami, Indah hanya menjalin komunikasi pada istri kedua suami dalam upaya mengembalikan kondisi rumah
tangganya, namun hal itu gagal. Selain itu, rasa tidak terima akan penolakan istri muda untuk meninggalkan suaminya membuat Indah marah sehingga emosi yang
selama ini ditahan akhirnya terluapkan. Yuliantini, dkk 2008 menyatakan konflik dalam pernikahan poligami merupakan sesuatu yang sangat mungkin
terjadi. Adanya perempuan lain dalam rumah tangga bisa menjadi salah satu sumber yang menyulut terjadinya konflik dalam pernikahan. Selanjutnya, Sundari
2005 mengatakan individu yang gagal dalam menyesuaikan diri akan menjadi tidak tenang bila menghadapi suatu masalah, tidak mampu mengendalikan emosi,
mengalami frustasi, konflik atau kecemasan. Faktor usia yang masih dikatakan muda membuat Indah lebih tahan
menghadapi segala masalah yang dialaminya, ia merasa bahwa usianya yang masih muda memberikannya kekuatan fisik yang lebih baik. Hal ini sejalan
dengan teori yang dikatakan Lazarus dan Folkman dalam Morgan, 1986 mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu tuntutan
fisik. Tuntutan fisik adalah tuntutan yang berasal dari diri individu dalam menghadapi kondisi fisik dan lingkungan. Dalam hal ini sangat dituntut
penyesuaian diri dan juga responnya agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan. Selanjutnya juga dikatakan bahwa faktor kelas sosial dalam hal ini berhubungan
dengan ekonomi juga mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Indah yang bekerja sebagai PNS mampu memenuhi kebutuhan diri dan keluargnya sehingga
ia tidak mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dari segi ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Rangkuman Analisa Antar Responden
Berdasarkan analisa masing-masing responden yang telah dilakukan sebelumnya, maka dalam tabel berikut ini akan dijelaskan dengan lebih ringkas
rangkuman analisa antar ketiga responden.
Universitas Sumatera Utara
No Dimensi
Responden I Responden II
Responden III Alasan
poligami Suami dijebak
Suami memang berkeinginan
menjalin hubungan
dengan wanita lain
Suami memang
berkeinginan menjalin
hubungan dengan wanita lain
Penyesuaian pribadi
penyesuaian terhadap diri
sendiri awal Responden
menolak kenyataan bahwa
dirinya telah dipoligami. Pada
saat responden mengetahui
dirinya telah dipoligami ia
merasa malu dan memilih untuk
menutup diri dari semua orang
Berpikir bahwa suaminya telah
dijebak oleh istri muda bukan
keinginan suaminya
Responden menolak
kenyataan bahwa dirinya telah
dipoligami. Pada saat responden
mengetahui dirinya telah
dipoligami ia merasa sedih,
Berpikir bahwa hal ini memang
keinginan suaminya
Responden menolak
kenyataan bahwa dirinya telah
dipoligami. Pada saat responden
mengetahui dirinya telah
dipoligami ia merasa sedih dan
merahasiakan hal ini dari semua
orang Rasa percaya yang
diberikan pada suami menjadi
hilang Membenarkan isi
hati selama ini yang awalnya
telah curiga pada suami
Merasa hal ini karena dirinya
yang sibuk bekerja sehingga waktu
mengurus keluarga
berkurang dan fisik yang tidak
sebagus dahulu
Penyesuaian sosial
Penyesuaian terhadap istri
muda Responden
merasa marah dan membenci
istri muda. Responden
merasa cemburu, marah namun
juga kasihan Responden merasa
marah pada istri muda.
Respoden menilai
Universitas Sumatera Utara
Menilai bahwa istri muda suami
adalah orang yang tidak baik
perilakunya dan penyebab
rusaknya rumah tangga dirinya
dengan suami Responden ingin
meluapkan emosinya jika ia
bertemu dengan istri muda
pada istri muda Responden
menilai istri muda merupakan
korban rayuan suaminya
Responden ingin istri muda
meninggalkan suaminya
istri muda suami seorang yang tidak
baik dan penyebab rusaknya rumah
tangga dirinya dengan suami
Responden berharap istri
muda akan meninggalkan
suaminya
Penyesuaian terhadap
keluarga Dukungan
didapat responden dari
keluarganya sendiri, hanya
saja keluarganya tidak berani kut
campur karena hubungan
responden dan suami yang
kadang terlihat baik-baik saja
Adanya dukungan dari
keluarga responden
sendiri dan juga dari keluarga
suami membuatnya
tetap bertahan dengan kondisi
rumah tangganya.
Responden merasa tidak disukai oleh
keluarga suami karena dirinya
jarang berinteraksi dengan keluarga
suami. Dukungan
keluarga respoden sendiri yang
membuatnya tetap bertahan dengan
kondisi rumah tangganya
Responden tidak lagi ingin
berinteraksi dengan keluarga
suami karena sikap baiknya
tidak disambut baik oleh pihak
keluarga suami
Penyesuaian terhadap anak
Awalnya responden tidak
ingin menemui anaknya karena
takut terkena dampak emosi
yang dirasakan pada suaminya
Hubungan Hubungan
responden dengan anaknya
tetap baik, tidak ada perbedaan
perlakuan sebelum dan
selama poligami Responden
bersikap keras pada anaknya agar
tidak memberitahukan
apapun yang berhubungan
dengan suaminya pada orang lain.
Universitas Sumatera Utara
responden dan anaknya tetap
baik, responden tetap membiarkan
anaknya berinteraksi
dengan suaminya.
Responden tetap berusaha
membangun komunikasi antara
anaknya dengan suami.
Meski merasa sedih, responden
tetap bersikap tegar di depan
anak-anaknya. Merasa kasihan
pada anaknya karena tidak
mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari suaminya ayah
anak-anaknya.
Penyesuaian terhadap
lingkungan pekerjaan
Kesamaan pengalaman
hidup dipoligami yang dialami
salah seorang teman dekatnya
membuat responden
berhubungan dekat dengan
rekannya tersebut dan
menjadikannya sebagai tempat
berbagi cerita lingkungan kerja
dekat dengan rumah responden
sehingga sebagian besar
berinteraksi dengan orang
yang sama. Tamu yang
datang berkunjung ke
loket terkadang menjadi
tempatnya berbagi cerita,
namun sering terganggu karena
terkadang suami ikut
berkomentar. Interaksi
responden dengan para rekan kerja
sebelum mengetahui suami
berpoligami kini lebih dekat,
interaksi reponden dengan rekan
kerjanya lebih akrab dan tidak
kaku seperti sebelumnya.
Penyesuaian terhadap
lingkungan tempat tinggal
responden tidak memperdulikan
komentar- komentar yang
muncul dilingkungan
tempat Merasa minder
dengan komentar salah seorang
tetangganya namun tetap
berinteraksi baik dengan orang-
Merasa minder sehingga
mengurangi interaksi dengan
tetangga
Universitas Sumatera Utara
tinggalnya. ia merasa apa yang
dialaminya tidak ada hubungannya
dengan tetangganya
sehingga tidak mau tetanggnya
mencampuri urusan rumah
tangganya orang
disekitarnya. Menurutnya
tetangganya bersikap seperti
itu karena tidak mengalami hal
yang serupa dengan dirinya
Penyesuaian terhadap diri
sendiri sekarang
Responden merasa suaminya
tidak menyayanginya
lagi. Responden mulai
menghilangkan harapan
suaminya akan kembali padanya
Responden berharap
suaminya dapat mengambil
keputusan perihal rumah tangga
mereka Responden
merasa lebih tenang setelah
suaminya tidak lagi tinggal di
rumah Responden ingin
pergi ke suatu tempat untuk
menenangkan pikirannya
sejenak. Menjalani hari-
harinya seperti biasa
Berharap agar anak-anaknya
tidak mengalami hal yang sama
dengan dirinya Berharap
suaminya akan meninggalkan
istri-istri mudanya dan kembali
padanya Responden merasa
lelah dengan kondisi rumah
tangganya Responden hanya
mengikuti kata hatinya dalam
menjalani hari- harinya sekarang,
fokus bekerja demi
kelangsungan hidup dirinya dan
anak-anak
Faktor mempengaruhi
penyesuaian diri
Stress Tidak makan dan
mengurung diri di kamar selama
berhari-hari Membenturkan
kepala untuk melepaskan rasa
marah yang tidak berani diutarakan
pada suami Menangis sampai
mengalami muntah-muntah
Tuntutan fisik Tidak sakit,
namun selera Kondisi fisik yang
masih sehat
Universitas Sumatera Utara
makan berkurang membuat
responden lebih tahan dalam
menghadapi permasalahan
yang dialami
Tuntutan sosial Menutup diri dari orang-orang
selama beberapa bulan
Tetap berinteraksi
dengan lingkungan
Mengurangi interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal, namun
lebih terbuka dan mau berinteraksi
dalam lingkungan pekerjaan
Etnis -
- -
Usia -
- Usia yang masih
muda membuatnya
merasa lebih kuat dalam menghadapi
masalah rumah tangganya, dan
membuatnya berpikir bahwa
kesempatannya untuk
memperbaiki keadaannya masih
ada.
Kelas sosial pendidikan
dan status ekonomi sosial
pandangan terhadap profesi
guru yang disandang
responden membuatnya
mengurungkan niat untuk
menjumpai istri muda demi
menjaga harga dirinya, apalagi
dari segi ekonomi mereka jauh lebih
baik dari keluarga istri
muda sehingga Ekonomi yang
kurang baik membuat
responden harus bekerja lebih
keras untuk menafkahi
keluarga karena suami tidak
memberikan nafkah
pada keluarga lagi
Dari segi ekonomi memiliki
kemampuan karena memiliki
pekerjaan, sehingga tidak
bermasalah dalam mencukupi
kebutuhan sehari- hari.
Universitas Sumatera Utara
dirinya tidak khawatir
mengenai kebutuhan rumah
tangganya
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN DISKUSI
Bab ini akan menyimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Selanjutnya, kesimpulan didiskusikan berdasarkan teori dan hasil penelitian
sebelumnya. Pada akhir dari bab ini juga dikemukakan saran-saran praktis dan metodologis yang berguna bagi penelitian dengan tema penyesuaian diri pada istri
yang dipoligami.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan interpretasi maka diambil kesimpulan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan oleh ketiga responden merupakan akibat
dari tekanan yang dialami responden selama dipoligami. Penyesuaian yang dilakukan ketiga respoden yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.
1. Responden I
Pada responden I kabar pernikahan suami membuat dirinya tertekan. Tekanan yang dialaminya selama berpoligami dirasakan oleh responden berasal dari dirinya
sendiri yang menolak dipoligami. Sikap suami yang tetap bertahan untuk berpoligami membuatnya tidak dapat menjalani hari-harinya dengan tenang. Oleh sebab itu,
responden melakukan penyesuaian pribadi untuk mengatasi tekanan yang dialami. Responden mulai menghilangkan harapan agar suaminya meninggalkan istri muda,
dan meminta suaminya untuk tidak lagi tinggal bersama dirinya. Penyesuaian sosial
Universitas Sumatera Utara