Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial telah menjadi perhatian Nasional. Diasumsikan bahwa kemajuan bangsa ataupun keberhasilan pemerintah tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari keberhasilan dari pembangunan nasional. Kegiatan pembangunan telah dilakukan oleh beberapa pemimpin pemerintahan sejak pasca kemerdekaan tahun 1945. Namun demikian, harus diakui setelah beberapa kali pemerintahan berganti, taraf kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkannya. Kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Seperti penanganan masalah kemiskinan, kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan sosial. Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang masalah sosial di atas, tidak dapat terlayani dengan baik. Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan ekonomi pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu menjamin kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan pengalaman negara maju dan berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan pada kemajuan ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi. Namun sering pula gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan kesenjangan sosial. Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang baru. Oleh karenanya penanganan masalah kemiskinan harus didekati dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Masalah kemiskinan dewasa ini bukan saja menjadi persoalan bangsa Indonesia. Kemiskinan telah menjadi isu global dimana setiap negara merasa berkepentingan untuk membahas kemiskinan, terlepas apakah itu negara berkembang maupun sedang berkembang. Negara sedang berkembang di sebagian wilayah Asia dan Afrika, sangat berurusan dengan agenda pengentasan kemiskinan. Sebagian besar rakyat di kawasan ini masih menyandang kemiskinan. Sementara bagi negara maju, mereka pun sangat tertarik membahas kemiskinan. Ketertarikan itu karena kemiskinan di negara berkembang berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik mereka. Pada akhirnya kemiskinan menjadi urusan semua bangsa dan menjadi musuh utama common enemy umat manusia di dunia. Konsekuensinya kemiskinan dibahas semakin meluas intensif dan berkesinambungan di manapun dan oleh siapapun. Menurut laporan Human Development Report tahun 2005, jumlah penduduk miskin terbesar di Asia Tenggara adalah di Indonesia, yaitu sebesar 38,7 juta orang diikuti pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara oleh Vietnam 17,38, Kamboja 13,01, dan Myanmar 10,84. Tingginya tingkat kemiskinan Indonesia, membuat negara ini memiliki kualitas sumber daya manusia SDM yang masih rendah. Dari data Indeks Pembangunan Manusia IPM, Indonesia menempati urutan 110, lebih rendah dibanding negara di Asia Tenggara lainnya seperti Singapura 25, Brunei 33, Malaysia 61, Thailand 73, dan Filipina 84. Gubsu mengajak seluruh bupati dan wali kota yang merupakan “tangan kanan” provinsi untuk sama-sama bertekad dan bekerja mengurangi angka kemiskinan yang hingga kini masih ditemui di Provinsi Sumut. Di Sumut saat ini, bukan hanya kemiskinan yang ditemui, tetapi juga masalah gizi buruk atau kelaparan yang seharusnya tidak boleh terjadi di daerah kita. Untuk mengatasinya, pemberdayaan masyarakat miskin agar menjadi lebih mandiri dan berdaya secara ekonomi, perlu dicari solusinya, yang antara lain bisa ditempuh melalui program pembangunan yang dibarengi dengan akurasi data di mana kantong kemiskinan berada dan berapa jumlahnya, sehingga program yang dijalankan tidak sia-sia. Untuk masalah pendidikan kebodohan, Gubsu menekankan bahwa pendidikan anak sekolah bukan lagi sekedar gerakan wajib belajar sembilan tahun, tetapi sudah merupakan hak belajar sembilan tahun. Soal kesehatan, Gubsu melihat peningkatan akses masyarakat miskin terhadap bidang kesehatan menjadi kata kunci sebagai sebuah solusi. Karena, masalah kesehatan masyarakat, sebagaimana halnya pendidikan, juga sangat terkait dengan kemiskinan dan kebodohan. Terkait masalah anggaran, Gubsu tak menampik, bahwa sampai kini sumber keuangan bagi daerah masih terbatas. Oleh karenanya, alokasi anggaran lebih baik diprioritaskan untuk pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara pembangunan yang mendasar di bidang ekonomi kerakyatanUKM, pendidikan, dan kesehatan yang menjangkau sebagaian besar masyarakat. Dan sebagai apresiasi, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan memberikan dukungan anggaran dan juga penghargaan kepada kabupaten dan kota yang memberi perhatian lebih terhadap program pendidikan, kesehatan, ketersediaan pangan, dan pemberdayaan UKM, apalagi bila ada terobosan yang manfaatnya dirasakan masyarakat Berita Sore, 2008. Seluruh daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa sumber keuangan daerah yang dipergunakan untuk menjalankan aktivitas daerah yaitu yang terdiri dari: 1. Pendapatan Asli Daerah. 2. Dana Perimbangan. 3. Pinjaman Daerah. 4. Lain-lain penerimaan yang sah. Pendapatan Asli Daerah PAD terdiri dari: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah BUMD yang diperoleh dan lain-lain, PAD yang sah yaitu hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadan barang danatau jasa oleh daerah Bab V Pasal 6 ayat 2, UU No. 33 Tahun 2004. Sejak tahun 1997 telah terjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dampak dari krisis tersebut terlihat pada sektor swasta seperti pasar modal dan pada pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara sektor publik pemerintah. Berbagai dampak negatif seperti bertambahnya pengangguran dan peningkatan kemiskinan bermunculan. Pengaruh negatif krisis moneter juga terjadi pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN yang pada gilirannya berdampak pula pada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Sektor pendapatan sangat labil atau faktor ketidakpastian akan penerimaan dari Pemerintah pusat menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut lebih memperhatikan pada daerah yang PAD rendah. Dengan PAD yang rendah berarti ketergantungan kepada pemerintah pusat lebih tinggi. Pajak dan retribusi daerah yang menjadi komponen utama dari PAD juga terpengaruh akibat terjadinya krisis ekonomi. Menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat akibat adanya krisis ekonomi menyebabkan terganggunya penerimaan masyarakat yang kemudian mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah yang mengakibatkan pendapatan daerah menjadi lebih rendah dan tidak menentu. Dengan keadaan pemerintah yang mengalami tekanan keuangan mengakibatkan penyusunan APBD menjadi tidak pasti sehingga menyebabkan kemungkinan adanya pergeseran pada komponen-komponen pendapatan dan belanja daerah. Tekanan keuangan Fiskal Stress berakibat pada tidak stabilnya kesiapan Pemerintah Kabupaten dan Kota terutama pada segi keuangannya, kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur dari kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah. Sehubungan dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menuntun kemandirian daerah maka upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan IPM dibuat dan dipopulerkan oleh Program Pembangunan PBB atau UNDP sejak pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara tahun 1990 dalam seri laporan tahunan yang diberi judul “Human Development Report”. Indeks ini disusun sebagai salah satu dari indikator alternatif, selain pendapatan nasional per kapita, untuk menilai keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara. Indeks Pembangunan Manusia ini meranking semua negara dengan skala 0 nol sampai 1 satu. Angka nol menyatakan tingkat pembangunan manusia yang paling rendah dan angka 1 menyatakan tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi. Ada tiga indikator yang dijadikan tolok ukur untuk menyusun IPM. Pertama, usia panjang yang diukur dengan rata-rata lama hidup penduduk atau angka harapan hidup di suatu negara. Kedua, pengetahuan yang diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang bisa membaca diberi bobot dua pertiga dan rata-rata tahun sekolah diberi bobot sepertiga. Ketiga, penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan daya belinya untuk tiap-tiap negara. Berdasarkan IPM yang telah disusun, maka bisa ditetapkan tiga kelompok negara. Pertama, negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah bila IPM-nya berkisar antara 0 sampai 0,5. Negara yang masuk kategori ini sama sekali atau kurang memperhatikan pembangunan sumber daya manusia. Kedua, negara dengan tingkat pembangunan manusia sedang jika IPM-nya berkisar antara 0,51 sampai 0,79. Negara yang masuk dalam kategori ini mulai memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya. Ketiga, negara dengan tingkat pembangunan manusia tinggi jika IPM- nya berkisar antara 0,80 sampai 1. Negara yang masuk dalam kategori ini sangat memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Selain ditampilkan sebagai indikator tunggal, IPM biasanya juga ditampilkan bersama-sama dengan ranking pendapatan per kapita, hasilnya bisa bervariasi. Ada negara yang ranking pendapatan per kapitanya masuk ranking atas, tetapi IPM-nya masuk ranking rendah. Ini artinya hasil pembangunan yang tampak dari pendapatan per kapita tinggi tidak dipakai untuk mengembangkan sumber daya manusia. Ada negara yang pendapatan per kapitanya masuk ranking bawah tetapi IPM-nya masuk ranking yang tinggi. Artinya, meskipun masuk ke dalam negara yang miskin, tetapi dengan pendapatan yang kecil itu negara atau pemerintah memakainya untuk mengembangkan sumber daya manusia. Ada pula negara yang konsisten antara ranking pendapatan per kapita dan urutan IPM nya, dimana urutan IPM-nya ranking atas dan pendapatan per kapitanya ranking atas pula. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah pendapatan perkapita. Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan bukti keberhasilan pembangunan yang merupakan salah satu tugas pemerintah. Pendapatan perkapita menunjukkan rata-rata tingkat pendapatan masyarakat pada suatu daerah. Pemerintah pusat dalam rangka desentraliasi kewenangannya memberikan dana transfer kepada pemerintah daerah Pemda. Data Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal BM tahun 2005 dan 2006 serta pengaruhnya terhadap IPM tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1. Data Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal BM Tahun 2005 dan 2006 serta Pengaruhnya terhadap IPM Tahun 2006 dan 2007 No. KabKota PAD dalam Jutaan BM dalam Jutaan IPM 2005 2006 2005 2006 2006 2007 1 Kab. Asahan 22,624.38 29,143.50 64,159.83 134,811.20 70.70 71.16 2 Kab. Dairi 4,555.50 7,966.49 14,173.66 41,063.06 71.30 71.49 3 Kab. Deli Serdang 52,540.86 66,776.41 31,423.77 159,719.88 73.20 73.76 4 Kab. Tanah Karo 11,379.87 17,007.16 21,815.69 50,956.10 73.50 74.01 5 Kab. Labuhan Batu 25,178.21 32,162.85 59,565.27 84,488.16 72.00 72.54 6 Kab. Langkat 15,884.49 18,640.50 84,881.03 99,643.81 71.50 71.83 7 Kab. Simalungun 16,899.37 26,803.26 38,554.30 104,069.39 71.70 72.13 8 Kab. Tapanuli Utara 4,349.70 14,100.31 36,418.71 84,680.33 72.60 72.99 9 Kab. Toba Samosir 3,596.92 13,596.24 17,479.77 76,245.14 75.20 75.33 10 Kota Binjai 8,890.59 10,308.30 24,041.26 49,143.41 75.30 75.51 11 Kota Medan 303,383.07 312,862.35 194,497.82 215,676.83 75.60 76.22 12 Kota Pematang Siantar 13,517.78 16,207.94 35,617.17 64,387.44 75.90 76.52 13 Kota Sibolga 5,467.17 7,831.43 35,752.74 40,307.19 73.70 73.93 14 Kota Tanjung Balai 9,530.90 10,319.73 44,225.25 67,636.55 71.90 72.80 15 Kota Tebing Tinggi 9,457.10 13,385.95 39,270.30 62,267.55 75.00 75.27 16 Kota Padang Sidempuan 5,485.30 7,262.13 24,768.28 36,859.27 73.60 73.79 17 Kab. Nias Selatan 1,497.07 8,893.62 4,744.34 17,748.43 64.50 65.06 18 Kab. Humbang Hasundutan 4,653.01 6,332.87 30,016.19 95,099.67 70.50 70.79 19 Kab. Serdang Berdagai 12,037.53 21,676.72 33,109.40 94,015.00 71.50 72.20 Sumber: http:www.djpkpd.or.id data olahan Melihat dari fenomena yang terjadi di atas bahwa masalah kemiskinan masih merupakan masalah utama yang terjadi baik di daerah, nasional maupun negara- negara saat ini, dan IPM erat kaitannya terhadap kesejahteraan masyarakat ataupun tingkat kemiskinan. Di mana IPM juga merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan suatu daerah maupun negara. Menurut peneliti ada pengaruh dari pada kebijakan pemerintah terhadap bagaimana pengelolaan BM yang pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara diterima dari pemerintah pusat terhadap penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana pelayanan publik dalam rangka peningkatan IPM pada setiap daerah. Dan PAD yang tentunya merupakan bagian dari lingkaran perekonomian yang terkait dengan pendapatan perkapita, pengeluaran pemerintah maupun aktivitas perekonomian daerah yang juga berperan dalam meningkatkan IPM. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari pada PAD dan BM terhadap IPM pada KabupatenKota di Sumatera Utara.

1.2. Rumusan Masalah