Pendapatan Asli Daerah Tinjauan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah

Berbagai cara dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota untuk meningkatkan pendapatan daerahnya dalam upaya memenuhi kebutuhan belanja pemerintah daerah bagi pelaksanaan kegiatannya. Pertama, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota dapat memperoleh dana dari sumber-sumber yang dikategorikan Pendapatan Asli Daerah PAD. Kedua, memperoleh transfer dana dari APBN yang dialokasikan dalam bentuk dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, DAU dan DAK. Pengalokasian dana perimbangan ini selain ditujukan untuk memberikan kepastian sumber pendanaan bagi APBD, juga bertujuan untuk mengurangimemperkecil perbedaan kapasitas fiskal antar daerah. Ketiga, daerah memperoleh penerimaan dari sumber lainnya seperti bantuan dana kontijensi dan bantuan dana darurat. Keempat, menerima pinjaman dari dalam dan luar negeri. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pada tanggal 1 Januari 2001, maka Pemerintah Kabupaten dan Kota segera melakukan berbagai kegiatan guna menyongsong diberlakukannya otonomi daerah sebagai salah satu buah reformasi itu. Hal yang dapat dipandang penting adalah dilakukannya perubahan dan penyesuaian organisasi berbagai perangkat di setiap daerah. Perubahan ini tentunya sangat terkait erat dengan berbagai pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara isu dalam pelaksanaan otonomi daerah terutama sekali yang menyangkut dengan pelimpahan berbagai kewenangan baik dari Pemerintahan Pusat maupun dari Pemerintahan Provinsi. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, menekankan bahwa simpul penyelenggaraan otonomi daerah berada di tingkatan Kabupaten dan Kota. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten dan Kota menghadapi pelaksanaan otonomi daerah ini haruslah dengan suatu persiapan yang matang. Dengan tidak adanya lagi hubungan pertanggungjawaban vertikal dari Kabupaten dan Kota kepada Pemerintahan Pusat dan Provinsi, maka Pemerintah Kabupaten dan Kota merupakan daerah otonom yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan karakteristik, potensi dan sumber daya yang ada di daerahnya masing- masing. Kondisi ini jelas sangat berlawanan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, yang menempatkan pemerintah Kabupaten dan Kota baca Kotamadya sebagai daerah tingkat kedua Tingkat II setelah Provinsi yang berkedudukan sebagai daerah tingkat pertama Tingkat I, sehingga menciptakan adanya pemerintahan atasan dan bawahan dalam satu sistem pemerintahan, yang meliputi: Pemerintahan Tingkat Pusat, Pemerintahan Tingkat I, dan Pemerintahan Tingkat II. Perubahan yang menuju terlepasnya Pemerintah Kabupaten dan Kota sebagai bawahan Pemerintahan Provinsi dapat kita lihat ketentuannya dalam Pasal 4 ayat 1, 2, 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang menyebutkan: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara 1 Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 ditetapkan dengan Undang-Undang. 2 Undang-undang pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 antara lain mencakup nama, cakupan wilayah, batas kota, kewenangan menyelenggarakan urusan pemerintahan, penunjukkan pejabat kepala daerah, pengisian keanggotaan DPRD, pengalihan kepegawaian, pendanaan, peralatan, dan dokumen, serta perangkat daerah. 3 Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. 4 Pemekaran dari satu daerah menjadi 2 dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. PAD merupakan sumber dana terbesar Penerimaan Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 dan 2005. PAD merupakan salah satu sumber penerimaan yang harus dipacu pertumbuhannya secara berkesinambungan. Agar hal ini dapat dicapai, tentunya komponen-komponen yang berkaitan dengan itu harus ditindak lanjuti. Misalnya dengan memberikan pelayanan yang baik dan perbaikan-perbaikan fasilitas umum bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat turut merasakan manfaat pajak yang dibayarkan. Selanjutnya Penjelasan Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan: Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintahan Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Besarnya tekanan agar instansi Pemerintah meningkatkan kinerja dan akuntabilitas mempengaruhi praktek-praktek penyelenggaraan operasi entitas sektor publik untuk memberi tanggapan akan perubahan yang diinginkan oleh masyarakat, sebagai salah satu stakeholder. Lembaga-lembaga publik diharapkan memiliki kinerja yang baik. Kinerja yang baik akan menunjukkan stewardship dan akuntabilitas lembaga akan sumber daya-sumber daya publik yang dikelolanya, agar lembaga- lembaga negara menjalankan aktivitasnya dengan baik dan mampu memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat, maka dirancang sistem pengukuran kinerja agar peningkatan dan perbaikan kinerja instansi pemerintah dapat dilakukan secara berkesinambungan. 2.1.1.1. PAD sebelum otonomi daerah Sebelumnya telah dikemukakan bahwa PAD adalah penerimaan pemerintah atas pajak daerah, retribusi daerah, pembagian laba BUMD, dan lain-lain pendapatan, di mana keempat komponen di atas harus menjadi andalan utama bagi pembiayaan APBD sehingga mengharuskan penerimaan PAD dioptimalkan penggaliannya. Hal ini yang dikatakan meningkatnya kinerja keuangan daerah. UU RI Nomor 32 Tahun 2004, sumber pembiayaan daerah sangat didominasi oleh bantuan keuangan pemerintah pusat yang dikategorikan menjadi pendapatan yang diserahkan kepada pemerintahan daerah dan subsidi kepada pemerintahan daerah. Dalam Pasal 55 UU tersebut dikatakan bahwa sumber pendapatan daerah otonom, yaitu: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara 1. Pendapatan Asli Daerah Sendiri PADS yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. 2. Pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah pusat yang terdiri dari sumbangan pemerintahan pusat serta subsidi rutin dan pembangunan. Subsidi daerah otonom sebagai bagian dari bantuan pemerintah pusat terus mengalami perubahan dan disesuaikan dengan sasaran pemberian bantuan yang disebut juga dengan istilah Dana Rutin Daerah dan Dana Pembangunan Daerah. 3. Lain-lain penerimaan yang sah. 4. Penerimaan pembangunan sebagai komponen penerimaan yang bersumber dari pinjaman yang dilakukan pemerintahan daerah. 5. Dana sektoral, jenis dana ini tidak termuat dalam APBD, namun masih merupakan jenis penerimaan daerah dalam bentuk bantuan dari pemerintah pusat untuk membantu pembangunan, sarana dan prasarana. Dari keterangan di atas diketahui bahwa sebelum adanya UU otonomi daerah Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 1999, sistem pembiayaan daerah adalah perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pengeluaran daerah dan pengaturan belanja diatur melalui Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975, No. 6 Tahun 1975 dan Peraturan Mendagri No. 2 Tahun 1994 Jo. Tahun 1996 yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah, akan dikemukakan PAD sebelum otonomi daerah oleh: pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara a. Pengeluaran rutin terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja angsuran, sumbangan dan bantuan, pengeluaran tidak termasuk bagian lain, serta pengeluaran tidak tersangka. b. Belanja pembangunan merupakan belanja yang dialokasikan untuk membiayai pekerjaan baik fisik maupun non fisik. c. Dalam jenis belanja rutin berupa belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan perjalanan dinas terdiri dari sub jenis pengeluaran yang tertera dalam sistem digit. d. Belanja rutin, terdapat belanja dengan sebutan pengeluaran tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak tersangka yang tidak jelas tujuan penggunaan dan pertanggungjawabannya. Prosedur pencairan pengeluaran ini ditentukan oleh kebijakan kepala daerah masing-masing. e. Pembiayaan belanja rutin didanai dari kemampuan PAD dan belanja pembangunan didanai dari subsidi pemerintahan pusat. f. Belanja pembangunan terdiri dari pekerjaan fisik dan non fisik. Dan terhadap pekerjaan non fisik hanya dapat dipertanggung jawabkan oleh bukti yang memadai. 2.1.1.2. PAD sesudah otonomi daerah PAD adalah salah satu sumber penerimaan yang harus selalu terus menerus dipacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan juga pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu pertumbuhan investasi di Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara perlu diprioritaskan karena nantinya diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian regional. Pada otonomi daerah sumber pembiayaan daerah diharapkan didominasi oleh PAD, sementara sebelum otonomi daerah pembiayaan daerah didominasi oleh bantuan keuangan pemerintah pusat yang dikategorikan sebagai pendapatan daerah UU No. 574, Pasal 55. Dalam penjelasan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 dikemukakan bahwa agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya maka kepadanya perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Tetapi dikarenakan tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun yang termasuk sumber-sumber pendapatan daerah menurut UU No. 5 Tahun 1974 Pasal 55 yaitu PADS yang terdiri dari beberapa pos pendapatan yaitu: pajak daerah, retribusi daerah bagian laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sehubungan dengan objek penelitian di lingkungan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara, maka komponen PAD akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pos Pajak Daerah. 2. Pos Retribusi Daerah. 3. Pos Laba Perusahaan Milik Daerah. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara 4. Pos Lain-lain PAD Yang Sah. Sehubungan dengan hal di atas, untuk kemandirian suatu daerah otonomi, maka kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara sangat dituntut melalui peningkatan PAD. Jika PAD naik maka dapat dikatakan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota tersebut naik meningkat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecilnya kontribusi PAD tersebut terhadap total penerimaan daerah. a. Adanya sumber pendapatan potensial yang digali dari suatu daerah provinsi, tetapi masih berada di wewenang Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. b. Badan Usaha Milik Daerah pada umumnya belum beroperasi secara efisien yang tercermin pada laba bersih yang dihasilkan. c. Kurangnya kesadaran masyarakat membayar pajak, retribusi, dan pungutan lainnya. d. Masalah peraturan-peraturan PAD yang perlu disesuaikan dan disempurnakan lagi. e. Rendahnya tingkat dan ekonomi masyarakat yang biasanya hal ini tercermin dalam pendapatan masyarakat. Kemandirian pemerintah dalam membiayai daerahnya dapat diukur dari besarnya PAD dibandingkan dengan pembelanjaan daerah. Kenyataannya semua daerah otonom masih menerima dana dari pusat baik itu Dana Alokasi Umum DAU maupun Dana Alokasi Khusus yang diperuntukkan untuk membiayai pembangunan pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara daerah. Dengan melihat kenyataan ini perlu upaya maksimal atau kinerja pemerintah ditingkatkan untuk peningkatan PAD Kabupaten dan Kota. PAD menurut Halim 2002: 64 merupakan “Semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa PAD merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, penerimaan lain-lain yang sah dan bukan dari pajak. Lebih besar kontribusi PAD untuk membiayai pembangunan dan pelayanan masyarakat maka dapat dikatakan ada peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah.

2.1.2. Belanja Modal