Pendidikan dan Karir Hamka

dituduh menganut paham Mu’tazilah, Wahabi dan Khawarij, bahkan dikatakan telah zindiq, sesat dan menyesatkan. Minangkabau saat itu terbagi atas dua bagian, kaum muda yang dipimpi oleh Syekh Abdul Kasim Amrullah dan kawan- kawannya sementara kaum tua yang dipimpin oleh Syekh Sa’ad Munka. Puncaknya perselisihan ini terjadi pada tahun . Ditengah potret latar belakang seperti itulah seorang Hamka dilahirkan, dari salah satu dari ketiga tokoh pemuda tersebut. Yaitu Syekh Rasul Syekh Abdul Kasim Amrullah, yang berharap agar anaknya kelak mengikuti jejak ayahnya sebagai tokoh yang revolusioner dalam merubah kebekuan tradisi yang menghambat kemajuan umat dan bangsa. 43

B. Pendidikan dan Karir Hamka

Hamka atau pada waktu kecilnya dengan sebutan Abdul Malik memulai pendidikannya dengan membaca al-Qur’an dirumah orang tuanya, dan gurunya adalah ayahnya sendiri. Baru pada usia tujuh tahun, Hamka disekolahkan di sekolah yang ada di desa dimana Hamka tinggal. Mereka pindah dari Maninjau ke Padang Panjang pada tahun . 44 Pada tahun ketika Zainuddin Labai al-Yunusi mendirikan sekolah diniyah petang hari, di Padang Panjang pasar usang, Hamka dimasukkan ke 43 Hamka, Ayahku, Jakarta: Umminda, , Cet. Ke- , h. 44 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. sekolah tersebut. Sore hari aktifitas Hamka di sekolah, sementara malam harinya beliau di surau belajar mengaji bersama teman-teman sebayanya. 45 Kegiatan-kegiatan ini dilakukan Hamka setiap hari. Keadaan yang demikian membuat Hamka merasa jenuh, ditambah lagi sikap ayahnya yang keras dan otoriter, membuat Hamka merasa terkekang dan kehilangan kebebasan di masa kanak-kanaknya, sehingga sikap yang menyimpang dari Hamka adalah ia dikenal sebagai anak yang nakal. 46 Pada tahun saat ayahnya kembali dari perlawatan pertamanya ke tanah jawa, suarau jembatan besi, tempat Syekh Abdul Karim Amrullah memberikan pelajaran agama dengan sistem lama, yang kemudian diubah menjadi sebuah madrasah yang dikenal dengan nama Thawalib School. Dengan harapan dari sekolah ini agar anaknya kelak menjadi ulama’ seperti dia juga. Setelah selesai dari sekolah desa, Hamka di masukkan ke sekolah Thawalib School tersebut. Namun sistem belajar klasikal Thawalib School yang masih menggunakan kurikulum dan materi pelajaran lama, membuat Hamka cepat bosan. Keadaan seperti itu membuat Hamka lebih senang berada di dalam perpustakaan untuk membaca buku-buku cerita dan sejarah. Imajinasinya sebagai anak-anak mulai muncul, walaupun sesekali mendapat hambatan dari ayahnya yang lebih menginginkan Hamka menjadi seorang alim. 47 45 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. 46 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. 47 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. - Pada tahun Hamka merantau ke tanah jawa, Yogyakarta adalah tempat pertama dia merantau. Di tempat ini, Hamka menemukan semangat baru dalam mempelajari islam. Lewat pamannya yang bernama Ja’far Amrullah, Hamka mengikuti kursus yang diadakan oleh Muhammadiyah dan Sarikat Islam. 48 Pada kesempatan ini Hamka bertemu dengan Ki Agus Hadikusuma, dari pertemuan ini Hamka mendapat pelajaran tentang tafsir Al-Qur’an. Ia juga bertemu dengan HOS Cokrominoto. Dan sering mendengarkan ceramahnya tentang islam dan sosialisme. Disamping itu, ia juga sering bertukar pikiran dengan tokoh penting lainnya, seperti Haji Fachruddin dan Samsul Rijal tokoh jong islamited bond . Keberadaan Hamka di tanah jawa yang menumbuhkan semangat baru dan kesadaran dalam melihat islam. Hal ini membuat ia membandingkan dengan tanah kelahirannya, sebagaimana disinggung oleh para ahli islam, islam di minangkabau lebih banyak berhadapan dengan adat praktek ninang yang dipandang berbau Jahiliyah. Sebaliknya citra pembaharuan Islam di jawa kelihatannya lebih berorentasi kepada upaya memerangi keterbelakangan, kebodohan dan kemiskinan serta kristenisasi yang dapat sokongan dari kolonial. 49 Setelah beberapa lama di tanah jawa, Hamka pun kembali ke Minangkabau dalam usia tujuh belas tahun. Hamka telah tumbuh menjadi pemimpin ditengah-tengah lingkungannya. Ia sering berpidato ditengah-tengah masyarakat Minangkabau yang telah melahirkan dan membesarkannya itu. Ia juga 48 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. 49 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. - membuka kursus pidato bagi teman-teman sebayanya di suarau jembatan besi. Kemudian hasil pidato teman-temannya dia kumpulkan dan terbitkan dalam majalah yang diberi nama Khatibul Ummah. 50 Pada bulan Februari Hamka berangkat ke Makkah. Semangat pergerakan yang tertanam sejak tinggal di tanah jawa, tidak membuat Hamka tinggal diam di tanah suci. Menjelang ibadah Haji berlangsung, Hamka bersama beberapa jamaah haji lainnya mendirikan organisasi persatuan Hindia Timur yang bertujuan untuk memberikan pelajaran agama, terutama manasik haji kepada calon jamaah haji asal Indonesia. Sepulangnya dari Tanah Suci, Hamka telah menjadi seorang yang menggantikan ayahnya Syekh Abdul Karim Amrullah sebagai ulama yang menjadi panutan masyarakat Minangkabau. Semangat pergerakan tetap tertanam dalam jiwanya, karena itulah beberapa waktu setelah itu ia aktif sebagai pengurus Muhammadiyah cabang Padang Panjang, bahkan ia diserahi untuk memimpin sekolah yang diberi nama Tabligh School. 51 Demikianlah Hamka dalam menempuh hidupnya dengan pasti. Pengukuhan diri sebagai seorang tokoh dan pengajar islam telah ia guratkan dengan yakin dalam jiwanya. Setiap muktamar Muhammadiyah berlangsung Hamka selalu tampil sebagai pembicara atau pemberi ceramah. 52 Atas kepercayaan pimpinan pusat Muhammadiyah, Hamka diutus untuk menjadi Muballiqh di Makasar. Pada tahun 50 Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta: Bulan Bintang, , jilid. , h. . 51 M. Yunan Yusuf, Op. Cit, h. 52 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. , ia menghadiri muktamar Muhammadiyah semarang, dan setahun kemudian dia diangkat menjadi anggota majlis konsul Muhammadiyah Sumatra Tengah. 53 Sekembalinya dari Makasar Hamka mendirikan Kullyatul Mabilghien di Padang Panjang. Kemudian pada tahun di kota Medan, Hamka bersama M.Yunan Nasution menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat, majalah yang menurut Yunan Nasution memberikan andil besar bagi kepengarangan dan kepujanggaan Hamka di masa depan. Ketika Jepang mendarat di kota Medan pada tahun , segala bentuk perkumpulan dan perserikatan dilarang. Hampir semua masyarakat kecewa dengan keadaan ini, namun Hamka ditempatkan sebagai ”anak emas” oleh Jepang. Sebagai tokoh Muhammadiyah dan pemuka masyarakat, Hamka diangkat sebagai anggota Syusang Kai, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun . 54 Pada tahun , Hamka dipilih sebagai ketua Muhammadiyah melalui konferensi yang berlangsung di Padang Panjang. Dan pada tahun , Hamka dipercaya untuk menjadi ketua dari sekretaris FPN Front Pertahanan Nasional, sebuah badan yang dibentuk untuk membangkitkan semangat rakyat Sumatra Barat dalam perjuangan bersenjata menghalau pejabat ketika terjadi agresi Belanda yang pertama. Dan dalam waktu yang sama, Hamka menerbitkan majalah yang diberi nama Menara. 53 M.Yunan Yusuf, Op.Cit, h. 54 Fachri Ali, Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia: Catatan Pendahuluan dan Riwayat Perjuangannya Dalam Kenang-kenangan Tahun Hamka, Jakarta: Pustaka Panji Mas, , h. Hamka hijrah ke Jakarta pada tanggal Desember . Jakarta ternyata menawarkan sejuta kemungkinan buat Hamka. Beberapa lama kemudian, ia diterima sebagai anggota koresponden surat kabar Merdeka dan majalah Pemandangan. Dimasa ini juga Hamka terjun dalam politik praktis yaitu menjadi anggota Partai Islam Masyumi. 55 Pada tahun , Hamka terpilih sebagai anggota konstituante Partai Masyumi. Lewat konstituante, Hamka gigih memperjuangkan kepentingan islam. Hamka pernah mengusulkan untuk mendirikan negara berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Usulannya memang tidak diterima, namun ia telah menunjukan dengan gigih upayanya untuk berjuang demi Islam. Ketika menjadi pejabat tinggi dan Penasehat Departemen Agama, Hamka diundang pemerintah Amerika Serikat untuk menetap selama empat bulan di Amerika. Setelah itu, berturut-turut menjadi anggota misi kebudayaan ke Muangthai , mewakili Departemen Agama beliau menghadiri peringatan mangkatnya Budha ke di Myanmar ketika itu Burma, , ia juga diundang menghadiri Konferensi Islam di Lahore , dan oleh Universitas Al-Azhar Kairo Hamka diminta untuk memberikan ceramah tentang pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia. Ceramah tersebut menghasilkan gelar Doctor Honoris Causa bagi Hamka. 56 Ketika perkembangan polotik di Indonesia kian buruk akibat pengaruh Partai Komunis Indonesia PKI , Pancasila dan UUD hanya dijadikan 55 Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Op. Cit, h. 56 Ceramah tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia, Jakarta: Tintamas, semboyan belaka dan diganti dengan Nasakom Nasional Agama Komunis. Kemudian Partai Masyumi pun dibubarkan oleh Soekarno, namun Hamka sebagai tokoh masyarakat dan ulama tidak luput dari hasutan, yaitu dituduh mengadakan rapat gelap menyusun rencana membunuh Presiden Soekarno. Ia juga dituduh melakukan plagiat karya Mustafa Lutfi al-Manfaluti. Atas tuduhan perencanaan pembunuhan itu, Hamka dijebloskan ke dalam tahanan. Namun ketika Orde Baru bangkit, orang-orang yang ditahan atas hasutan PKI dibebaskan termasuk Hamka. 57 Hamka kemudian memusatkan perhatian pada kegiatan dakwah islam. Ia memimpin majalah Panji Msyarakat dan menjadi imam besar masjid Al-azhar. Hamka juga sering dipercaya mewakili Pemerintah Indonesia menghadiri pertemuan-pertemuan Islam Internasional, seperti Konferensi Negara-negara Islam di Rabat , Muktamar Masjid di Mekah , seminar tentang Islam dan peradaban di Kuala Lumpur, Upacara Peringatan tahun Muhammad Iqbal di Lahore dan Konferensi Ulama di Kairo . 58 Dengan usia yang semakin menua, kesehatan Hamka terganggu. Hamka pun tidak lagi banyak melakukan kegiatan ke luar negeri. Ia lebih banyak menunggu orang-orang yang datang kerumahnya untuk berkonsultasi tentang masalah-masalah agama dan persoalan kehidupan. Karir Hamka menjelang akhir hayatnya adalah sebagai Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia MUI . Dua bulan sebelum wafatnya, Hamka 57 Ibid, h. 58 Ibid, h. mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Pengunduran diri ini disebabkan adanya kontroversi dengan Mentri Agama Alamsyah Ratu Prawira Negara tentang menghadiri perayaan Natal bersama umat Islam. Saat itu Hamka dengan kapasitas sebagai Ketua MUI, memfatwakan haram hukumnya seorang muslim menghadiri perayaan Natal. Agaknya keputusan pengunduran diri tesebut merupakan sinyal bagi semua pihak untuk intropeksi diri, juga patanda bagi Hamka pamit untuk selama- lamanya dari dunia ini, karena dua bulan setelah itu Hamka berpulang ke Rahmatullah meninggal dunia, yang bertepatan pada tanggal Juli dalam usia tahun. 59 Hamka menutup mata dalam satu penyelesaian tugas, dengan predikat sebagai seorang Ulama.

C. Karya-Karya Hamka