2.2.8 Lingkungan  kimia
Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab kecelakaan  kerja.  Faktor  tersebut  dapat  berupa  bahan  baku  suatu  produks,
hasil  suatu  produksi  dari  suatu  proses,  proses  produksi  sendiri  ataupun limbah dari suatu produksi. Arifin, 2005
2.2.9 Beban Kerja
Tubuh  manusia  dirancang  untuk  dapat  melakukan  aktivitas  pekerjaan sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban
tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja,  jadi  definisi  beban  kerja  adalah  kemampuan  tubuh  pekerja  dalam
menerima  pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan  kognitif  maupun  keterbatasan  manusia  yang  menerima  beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik
dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja  mental dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian  dan  prestasi  kerja  yang  dimiliki  individu  dengan  individu  lainnya Manuaba,2000.
Everly  dkk  dalam  Munandar  2001  mengatakan  bahwa  beban  kerja adalah  keadaan  dimana  pekerja  dihadapkan  pada  tugas  yang  harus
diselesaikan  pada  waktu  tertentu.  Kategori  lain  dari  beban  kerja  adalah kombinasi  dari  beban  kerja  kuantitatif  dan  kualitatif.  Beban  kerja  secara
kuantitatif  yaitu  timbul  karena  tugas-tugas  terlalu  banyak  atau  sedikit,
sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas  atau   tugas tidak  menggunakan  ketrampilan  atau  potensi  dari  pekerja.
Beban  kerja  fisikal  atau  mental  yang  harus  melakukan  terlalu  banyak  hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.
2.2.11.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik Beban Kerja
Evaluasi  jumlah  panas  metabolik  tubuh  dapat  diperoleh  dengan menggunakan  estimasi  pengukuran  panas  metabolik  menurut  NIOSH  1986
yang dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik
A Body  position and movement
Kcalmin
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 -3.0
Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work
Average Kcalmin
Range kcalmin
Hand work Light
Heavy 0.4
0.9 0.2
– 1.2 Work one arm
Light Heavy
1.0 1.8
0.7 – 2.5
Work both arms Light
Heavy 1.5
2.5 1.0
– 3.5 Work whole body
Light Moderate
Heavy Very Heavy
3.5 5.0
7.0 9.0
2.5 – 9.0
C Basal metabolism
1.0 D
Sample calculation Average Kcalmin
Assembling work with heavy hand tools
0.6 3.5
Standing Two arm work
Basal metabolism
Total 1.0
5.1 kcalmin
For standard worker of 70 kg body weight 154 lbs and 1.8 m
2
body surface 19.4 ft
2
Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial screening
Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986 Selain  estimasi  pengukuran  panas  metabolik  menurut  NIOSH
1986,  panas  metabolisme  dapat  diukur  melalui  perhitungan  beban  kerja
berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian beban  kerja  dilakukan  dengan  pengukuran  berat  badan  tenaga  kerja,
pengamatan  aktifitas  tenaga  kerja  dan  kebutuhan  kalori  berdasarkan pengeluaran  energi  sesuai  tabel  perhitungan  beban  kerja.  Pengamatan
aktifitas  kerja  dilakukan  dengan  cara  pengamatan  pada  kategori  jenis pekerjaan  dan  posisi  badan  pekerja  setiap  jam,  kemudian  posisi  dan  lama
gerakan tersebut dicatat dan dihitung.
2.2.11.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja
Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil estimasi  pengukuran  panas  metabolisme  menurut  NIOSH  1986  sesuai
dengan kategori OSHA pada tabel 2.3. Vanani, 2008
Tabel 2.3 Tingkat Beban Kerja
No Pengukuran Panas
Metabolik Tingkat Beban
Kerja
1 200 kcaljam
Ringan 2
200 - 350 kcaljam Sedang
3 350 - 500 kcaljam
Berat 4
500 kcaljam Sangat Berat
Sumber : OSHA dalam Vanani, 2008
2.2.10 Penggunaan Alat Pelindung Diri APD
Menurut Suma’mur  1996,  APD  adalah  suatu  alat  yang  dipakai  untuk
melindungi  diri  atau  tubuh  terhadap  bahaya-bahaya  kecelakaan  kerja. Menurut  OSHA  atau  Occupational  Safety  and  Health  Administration,
pesonal  protective  equipment  atau  alat  pelindung  diri  APD  didefinisikan
sebagai  alat  yang  digunakan  untuk  melindungi  pekerja  dari  luka  atau penyakit  yang  diakibatkan  oleh  adanya  kontak  dengan  bahaya  hazards  di
tempat  kerja,  baik  yang  bersifat  kimia,  biologis,  radiasi,  fisik,  elektrik, mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung  diri  merupakan  metode  pengendali  bahaya  paling  akhir.  Artinya,
sebelum  memutuskan  untuk  menggunakan  APD  metode-metode  lain  harus dilalui  terlebih  dahulu,  dengan  melakukan  upaya  optimal  agar  bahaya  atau
hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai berikut:
1.  Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya. 2.  Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3.  Engineering  control,  artinya  bahaya  diisolasi  agar  tidak  kontak  dengan
pekerja.
4.  Administrative control, artinya  bahaya dikendalikan dengan  menerapkan instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap
bahaya.
5.  Personal  protective  equipment,  artinya  pekerja  dilindungi  dari  bahaya
dengan menggunakan alat pelindung diri.
2.2.11 Unit Pekerjaan
Unit  pekerjaan  mempunyai  pengaruh  besar  terhadap  resiko  terjadinya kecelakaan akibat
kerja Suma’mur, 1989. Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan
hasil peneltian  yang  dilakukan  oleh  Jawawi  2008  bahwa  terdapat  hubungan
yang  signifikan  antara  tempat  kerjaunit  dengan  kecelakaan  kerja  di  PT.  Hok Tong Pontianak Pabrik Crum Rubber dengan Pvalue sebesar 0,014
2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya. Akan tetapi kecelakaan  merupakan kejadian  yang dapat dicegah ILO,1989:14.