12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menurut Suma’mur 1996 adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. Bab I pasal 1 butir 6 .
2.1.1 Model Teori Kecelakaan Kerja
Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai
program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana
kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling 1990 telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut:
1 Teori Domino Heinrich Dalam buku The Origin of Accident 1928 Heinrich mengemukakan
bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar
kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang
berkontribusi 98 terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich 1931 berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi
sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:
a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak baik misalnya keras kepala yang diperoleh karena faktor keturunan,
pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-hati, dan banyak membuat kesalahan.
b. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah
dalam melakukan pekerjaan. c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang
berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.
d. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya disertai dengan kerugian.
e. Injury, kecelakaan mengakibatkan cederaluka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian.
Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab
kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki
kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.
Birds, memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan
yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan
kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau
unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan
penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen.
2 Human Error Model Russel Ferrel dalam Colling, 1990, menyatakan bahwa kecelakaan
merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab- penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini
disebabkan oleh salah satu dari 3 tiga situasi ini: a. Overload beban yang berlebihan yang merupakan ketidaksesuaian dari
kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya. b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan
ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan. c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak
tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko.
Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumber-
sumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban dari dalam diri sendiri dan beban situasi. Sumber dari beban ini kemudian
bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat
pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam
dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi. Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat
pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam
situasi kerja. Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-
bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di
dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi
untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat situasi.
3 Teori Kecelakaan Model Petersen Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2
dua kemungkinan penyebab kecelakaan seperti yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-
penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau keduanya.
Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3 tiga kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang
keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model. Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan
yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar.
Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka
mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka
berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori
ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu overload
sama dengan teori Ferell, ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan
keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak tidak aman.
4 Model Epidemiologi Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry
dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment
yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh
Suchman dan dikembangkan oleh Surry dalam Colling, 1990. Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan,
tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi host
pekerja, agent mesinpekerjaan, dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai
studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang menyebabkan penyakit.
Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri
tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan
faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan
yang digunakan untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan
beserta sekelompok orang korban kecelakaan, agen, dan faktor lingkungan.
Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990
a. Faktor pekerja, meliputi: - Umur
Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur
muda mempunyai kecepatan reaksirespon yang lebih tinggi Hunter, 1975. Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan,
pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun atau lebih.
PEKERJA
-Umur -Jenis Kelamin
-Masa Kerja -Tingkat Pendidikan
PEKERJAAN
-Unit Kerja -Waktu Kerja
LINGKUNGAN
-Fisik -Biologi
-Kimia
KECELAKAAN KERJA
Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler 1998 dalam Sukamto mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi
antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO 1989 dalam Arifin
menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih
kurang dalam pengalaman kerja. - Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam
analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh laki-laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita Surya, 1972.
- Masa kerja Pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap kejadian
kecelakaan sangat sulit untuk ditarik kesimpulannya, karena faktor- faktor yang berbeda yang mempengaruhi kecelakaan misalnya
kebanyakan pekerja yang tidak berpengalaman dan masih muda dengan pekerja yang berpengalaman dan sudah dewasa. Untuk
membedakan pengaruh karena umur dan pengalaman kerja ternyata sangat sulit. Berdasarkan berbagai penelitian, meningkatnya
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan kerja Suma’mur, 1981.
- Pendidikan Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya kecelakaan
karena akan berpengaruh pada pola berpikir dan cara menghindari terjadinya kecelakaan. Pendidikan juga berpengaruh terhadap lapangan
dan jenis pekerjaan. Masalah lain yang perlu diperhatikan masih beragamnya penempatan pekerja yang berasal dari sekolah teknik dan
non-teknik pada industri. Pekerja dengan latar belakang pendidikan teknik kecenderungan untuk mengalami kecelakaan lebih rendah
dibanding pekerja yang berlatar belakang non-teknik Simanjuntak, 1985.
- Kelelahan Kelelahan merupakan keadaan umum pada individu yang sudah
tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur 1985, kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan
penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Sedangkan Grandjean 1983, menyatakan bahwa kelelahan merupakan fenomena
kompleks fisiologis maupun psikologis yang sering menyebakan timbulnya kecelakaan. Kelelahan akan mengurangi kesiagaan yang
bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.
- Antropometri Kurniawan 1983 menyatakan bahwa dengan ukuran tubuh
manusia dapat dibuat suatu rancangan alat-alat kerja yang sepadansesuai bagi pekerja yang akan menggunakannya dengan
kemungkinan terciptanya kenyamanan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, serta estetika kerja. Ukuran antropometri berbeda
menurut bangsa, jenis kelamin, dan umur. - Kapasitas kerja
Kemampuan tiap pekerja berbeda-beda. Hal itu sangat tergantung pada keterampilan, keserasian keadaan gizi, jenis kelamin, umur, dan
ukuran-ukuran tubuh Sum a’mur, 1991.
b. Faktor pekerjaan, meliputi : - Beban kerja dan jenis pekerjaan
Menurut Sastrowinoto 1985, beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada seorang pekerja dan hal ini merupakan tanggung
jawab dari pekerja tersebut. Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan atau kegagalan dalam
pelakasanaannya. Sedangkan Suma’mur 1988 menyatakan bahwa jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan
jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja. - Lama jam kerja
Dalam hal ini, lama jam kerja adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.
Menurut Suma’mur 1987, orang bekerja dengan baik adalah 40 jam seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih
dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan
diikuti dengan
meningkatnya angka
sakit dan
kecelakaan Sastrowinoto, 1985.
- Waktu kerja Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam.
Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan
jumlah kelompok kerja. Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja
Achmadi, 1991. - Alat kerja
Pada perusahaan industri, peranan alat kerja mesin atau alat-alat merupakan hal yang penting disamping pekerjanya. Menurut Budiono
1989, terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena faktor selain manusia hanya 10.
c. Faktor lingkungan, meliputi - Faktor kimia
Faktor kimia dapat disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk faktor kimia
dapat digolongkan ke dalam zat-zat yang korosif, mudah terbakarmeledak, dan lain-lain.
- Faktor fisika a. Penerangan
Penerangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan cahaya. Penerangan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
tergantung dari jenis dan sifatnya. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 100-3.000 lux KepMenKes RI No.
1405MenkesSKXI2002 .
b. Suhu ruangan Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 18
– 28 0C. Temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima
oleh tubuh dalam ruangan. Hal itu akan memberikan efek aman bagi orang yang berada dalam ruangan KepMenKes RI No.
1405MenkesSKXI2002. c. Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Hal itu akan menimbulkan gangguan perasaan, komunikasi, hilangnya
pendengaran sementara atau menetap sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat. Tingkat kebisingan di
ruangan kerja yang diizinkan maksimal 85 dBA KepMenKes RI No. 1405MenkesSKXI2002
- Faktor biologi Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lain yang diperlukan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi atau hasil produksi.
5 Loss Causation Model Loss Causation Model
berisikan petunjuk yang memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting
dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain 1990 menjelaskan
bahwa suatu kerugian loss disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang
terdiri dari: 1 Lack of Control kurang kendali
Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam meneegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu:
a. Inadequate programe Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang
berhubungan dengan ruang lingkup. b.
Inadequate programe standards Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak
baik.
c. Inadequate compliance -with standards
Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering terjadi.
2 Basic Causes: penyebab dasar Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:
a. Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.
b. Job factor, tidak sesuainya design engineering. 3 Immediate Causes
Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard
dan faktor kondisi. Faktor substandard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti
kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird Germain 1990
LACK OF CONTROL
BASIC CAUSES
IMMEDIATE CAUSES
INCIDENT LOSS
Inadequate programe
Inadequate programe
standarad Inadequate
compliance with
sta
ndards
Personal factors
Job factors
Substandards Act
Substandard Conditions
Contact with
energy or substance
People
Property
Process
Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu
dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi combination Theori ILO, 1989.
2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja