Pemeriksaan Densitometri Tulang DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS 1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

defisiensi vitamin D atau kurang terpapar sinar matahari, penyakit saluran cerna, penyakit reumatik, riwayat haid menopause dan lain-lain. 4,9 Pemeriksaan fisik dengan melihat pada tulang vertebra dengan melihat adanya deformitas kiposis, nyeri, tanda-tanda fraktur, adanya fraktur, penurunan tinggi badan dan adanya tanda-tanda penyakit yang dijumpai pada anamnesis. 4,9 Pemeriksaan fisik hendaknya menyeluruh, misalnya pembesaran tiroid pada pasien dengan sangkaan parathyroidism. Fraktur adalah merupakan manifestasi lanjut dari osteoporosis. Daerah yang sering mengalami fraktur adalah vertebra, pergelangan tangan, colum femoris clan proksimal humerus. Munculnya Dowagers Hump curvatura punggung pada pasien tua menunjukkan adanya fraktur multipel pada vertebra dan adanya penurunan volume tulang. 4,9 Aktivitas tubuh yang kurang apalagi sejak usia muda cenderung menimbulkan osteoporosis. Orang yang pekerjaannya selalu dalam posisi duduk lebih sering menderita osteoporosis dibandingkan orang yang selalu sibuk dan sering bergerak. Wanita pasca menopause berumur 60 tahun sering kali disertai adanya osteoporosis. 4,9

2. Pemeriksaan Densitometri Tulang

DEXA Dual Energy X-ray Absorbsimetry masih merupakan pemeriksaan gold standart untuk mendiagnosis osteoporosis. Dengan bone mass densitometri atau bone mineral content suatu kelompok kerja WHO yang telah membuat suatu klasifikasi yang praktis sebagai berikut: 1,2,4,8,9,20,33,37 • BMD orang normal BMD diatas -1 SD rata-rata nilai BMD orang dewasa muda normal T-score Universitas Sumatera Utara • BMD rendah osteopenia BMD antara -1 SD sampai -2,5 SD • Osteoporosis BMD -2,5 SD • Osteoporosis Berat BMD ≤ -2,5 SD disertai adanya fraktur Klasifikasi tersebut di atas sebenarnya hanya ingin memberikan peringatan bahwa derajat bone mineral density tertentu, seseorang menunjukkan resiko untuk mengalami fraktur. Semakin rendah densitas mineral tulang maka semakin besar resiko untuk mengalami fraktur. 1,2,4,8,9,20,33,37 Tidak semua daerah, maupun rumah sakit di Indonesia dilengkapi dengan fasilitas DEXA dan jikapun ada biaya untuk pemeriksaan dengan alat ini cukup mahal. Dengan adanya hambatan tersebut di atas maka dicoba untuk mencari alternatif pemeriksaan yang mungkin lebih sederhana lebih murah dan tepat sebagai petunjuk adanya osteoporosis. Beberapa alat yang dipakai adalah: 13,16,33,43 • Quantitative Computed Tomography • Peripheral QCT • Ultrasonometry Prinsip dasar Densitometri Penilaian dan pengukuran densitas tulang Bone mineral density test merupakan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif. Densitas tulang dilaporkan dalam satuan mgcm 2 . WHO membagi densitas tulang ke dalam : a lebih dari 833 mgcm 2 adalah normal. b antara 648-833 mgcm 2 adalah dimasukkan kedalam osteopenia, sedangkan c kurang dari 648 mgcm 2 adalah osteoporosis. Hasil pemeriksaan densitometri dapat dibaca dalam bentuk T-score. 4,13,16,43 Selain untuk diagnosis awal osteoporosis, densitometri juga dapat dipergunakan untuk follow up pasca pengobatan. Banyak metode yang telah Universitas Sumatera Utara diperkenalkan dan semuanya berada dalam ruang lingkup radiologi mulai dari pemanfaatan radio isotop SPA dan DPA, X-ray DEXA, CT scaning QCT clan bahkan yang terakhir adalah penggunaan ultrasonografi yang paling belakangan diakui oleh FDA, dan Bone Sonometer tahun 1998. Tehnik yang sering paling sering digunakan adalah dengan dual-energy x-ray absorptiometry DEXA, dan tehnik ini lebih sensitif dan akurat dalam menilai densitas mineral tulang. 4,13,16,43 Empat metode tersebut yang diukur adalah tingkat kepadatan mineral tulang Bone mineral density. Pemeriksaan densitometri tersebut bersifat non invasif dengan akurasi dan presisi yang tinggi. 44 Tipe pemeriksaan densitas mineral tulang. 44 ƒ DEXA Dual Energy X-ray Absorptiometry, mengukur tulang belakang, panggul atau total tubuh. ƒ pDEXA peripheral Dual Energy X-ray Absorptiometry, mengukur pergelangan, tumit. atau jari. ƒ SXA single Energy X-ray Absorptiometry, mengukur pergelangan atau tumit ƒ QUS Quantitative Ultrasound menggunakan gelombang suara untuk mengukur densitas pada tumit dan lutut. ƒ QCT Quantitative Computed Tomography, banyak digunakan pada pemeriksaan tulang belakang. ƒ pQCT Peripheral Quantitative Computed Tomography mengukur persendian. ƒ RA Radiographic Absorptiometry, menggunakan x-ray pada tangan dan metal kecil untuk menghitung densitas tulang. Universitas Sumatera Utara ƒ DPA Dual Photon Absorptiometry, mengukur tulang belakang, panggul atau total tubuh. ƒ SPA Single Photon Absorptiometry, mengukur pergelangan.

a. Single Photon Absorptiometry SPA

Alat ini memanfaatkan isotop yang dengan poton monoenergic biasanya 1- 125. Tulang yang dijadikan tempat pengukuran adalah tulang-tulang di perifer pada 13 distal os radius. 10,13,35,39 Tidak sensitif untuk melihat perubahan pada tulang trabekular dimana destruksi pada tulang trabekular lebih tinggi dibanding tulang kortikal. Keuntungan utama SPA adalah relatif lebih mudah dan adekuat untuk melihat penurunan massa korteks tulang. Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan berkisar sekitar 10-15 menit, dengan tingkat presisi 1-2 clan paparan radiasi 2-5 mrem. 10,13,35,39

b. Dual Photon Absorptiometry DPA

Dengan alat ini tulang yang dinilai adalah tulang axialsentral yaitu tulang vertebra lumbal. Berbeda dengan SPA, sistem ini memakai isotop 2 energi, yaitu dengan radio nuklir, Gadolinium-153. Dari banyak laporan, pengukuran dengan DPA, terlihat hasil lebih efektif untuk menentukan ada tidaknya osteoporosis pada kasus yang diperiksa. Metode ini mempunyai nilai presisi 1,1-3,7 dan akurasi 90- 97. Mampu mengukur material radio-opak yang dilalui oleh sinar misalnya osteofit, perkapuran dalam aorta atau ligamen. Karena harganya yang mahal dan membutuhkan waktu yang lama dalam pemeriksaan, alat ini tidak digunakan untuk Universitas Sumatera Utara