Ketentuan Keterbukaan Informasi publik dalam undang-undang Nomor 14 Tahun

masyarakat yang transparan dan akuntabilitas yang tinggi sebagai salah satu prasyarat untuk mewujudkan demokrasi yang hakiki 3 . Dengan membuka akses publik terhadap Informasi diharapkan Badan Publik termotivasi untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Dengan demikian, hal itu dapat mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka yang merupakan upaya strategis mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN, dan terciptanya kepemerintahan yang baikGood Governance Prinsip utama Good Governance yakni 1. Akuntabilitas pertanggunggugatan politik, terdiri dari : Pertama, pertanggunggugatan politik yakni adanya mekanisme penggantian pejabat atau penguasa secara berkala, tidak ada usaha membangun monoloyalitas secara sisitematis, dan adanya definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan di bawah kerangka penegakan hukum. Kedua, pertanggunggugatan publik, yakni adanya pembatasan dan pertanggungjawaban tugas yang jelas. Akuntabilitas merujuk pada pengembangan rasa tanggung jawab publik bagi pengambil keputusan di pemerintah, sektor privat dan organisasi kemasyarakatan sebagaimana halnya kepada pemilik stakeholder. Khusus dalam birokrasi, akuntabilitas merupakan upaya menciptakan sisitem pemantauan dan mengontrol kinerja kualitas, infisiensi, dan perusakan sumber daya, serta transparansi manajemen keuangan, pengadaan, akunting, dan dari pengumpulan sumber daya. 3 Al Araf, Penunggang Gelap Demokrasi Disampaikan pada Diskusi Terbuka RUU Rahasia Negara dan Ancaman Kebebasan Informasi Publik Jakarta: 18 Februari 2008 2. Transparansi keterbukaan dapat dilihat 3 aspek : 1 Adanya kebijakan terbuka terhadap pengawasan, 2 Adanya akses informasi sehingga masyarakat dapatmenjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, 3 Berlakunya prinsip check and balance antarlembaga eksekutif dan legislatif. Tujuan transparansi membangun rasa saling percaya antara pemerintah dengan publik di mana pemerintah harus memberi informasi akurat bagi publik yang membutuhkan. Terutama informasi handal berkaitan masalah hukum, peraturan, dan hasil yang dicapai dalam proses pemerintahan; adanya mekanisme yang memungkinkan masyarakat mengakses informasi yang relevan; adanya peraturan yang mengatur kewajiban pemerintah daerah menyediakan informasi kepada masyarakat; serta menumbuhkan budaya di tengah masyarakat untuk mengkritisi kebijakan yang dihasilkan pemerintah daerah. 3. Partisipasi melibatkan masyarakat terutama aspirasinya dalam pengambilan kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, juga dilihat pada keterlibatanmasyarakat dalam implementasi berbagai kebijakan dan rencana pemerintah, termasuk pengawasan dan evaluasi. Keterlibatan dimaksud bukan dalam prinsip terwakilinya aspirasi masyarakat melalui wakil di DPR melainkan keterlibatan secara langsung. Partisipasi dalam arti mendorong semua warga negara menggunakan haknya menyampaikan secara langsung atau tidak, usulan dan pendapat dalam proses pengambilan keputusan. Terutama memberi kebebasan kepada rakyat untuk berkumpul, berorganisasi, dan berpartisipasi aktif dalam menentukan masa depan. 4. Supremasi hukum aparat birokrasi, berarti ada kejelasan dan prediktabilitas birokrasi terhadap sektor swasta; dan dari segi masyarakat sipil berarti ada kerangka hukum yang diperlukan untuk menjamin hak warga negara dalam menegakkan pertanggunggugatan pemerintah. Dengan terpenuhinya prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional Indonesia, diharapkan upaya penataan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik akan terwujud sejalan perkembangan peradaban masyarakat madani. Masyarakat madani adalah tatanan masyarakat yang memiliki nilai dasar ketuhanan, kemerdekaan, hak asasi manusia dan martabat manusia, kebangsaan, demokrasi, kemajemukan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan bersama, keadilan, supremasi hukum, keterbukaan, partisipasi, kemitraan, rasionalitas etis, perbedaan pendapat, dan pertanggungjawaban akuntabilitas, yang seluruhnya melekat pada setiap individu dan institusi yang memiliki komitmen mewujudkannya. 4 Dalam ketentuan umum UU No. 14 Tahun 2008 disebutkan begitu jelas mengenai terminologi-terminologi yang berkaitan dengan batasan-batasan serta ruang lingkup yang berkaitan dengan subyek dan obyek UU tersebut. Kecuali dalam hal tertentu yang disebutkan maka setiap informasi yang bersifat publik pada dasarnya bisa diakses oleh publik karena pada dasarnya implikasi dari keterbukaan informasi lebih memberikan implikasi positif dalam konteks penyelenggara negara maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian bahwa pengguna informasi pubik sama-sama mempunyai tanggungjawab menggunakan hasil informasi yang diperolehnya sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku serta mencantumkan sumber informasi baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan publikasi. Pada prinsipnya setiap badan publik wajib memberikan informasi yang diminta oleh pengguna informasi atau masyarakat kecuali dalam hal-hal tertentu dan bersifat sangat terbatas sebagaimana dalam pasal 6 ayat 3 dengan semua itemnya. Selain batasan dalam pasal tersebut terdapat katagorisasi yang secara jelas diberikan batasan pengecualian informasi yang tidak dapat diakses oleh pengguna informasi sebagaimana 4 Rocky Gerung, Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, danKepemimpinan Masa Depan,Jakarta:Kompas,2010, hal. 289-290 disebutkan dalam pokok pasal 17 yang hampir kesemunya berkaitan dengan strategi, keselamatan serta martabat negara hal itupun tidak bersifat permanen. Diluar yang dikecualikan tersebut segala informasi bisa diakses oleh pengguna informasi tau masyarakat dan menjadi kewajiban bagi Badan Publik baik itu pemerintah, BUMD, BUMN, Partai Politik maupun lembaga swadaya masyarakat. Bagi pengguna informasimasyarakat bisa mengakses informasi kepada badan publik sesuai dengan ketentuan UU dan PP nya serta aturan yang dikeluarkan oleh Komisi Informasi dengan tetap mengacu kepada Undang-undang. Dalam menjalankan UU tersebut dibentuk sebuah Komisi Informasi yang berada ditingkat pusat dan provinsi serta bila diperlukan bisa dibentuk di daerah kabupatenKota. Komisi Informasi adalah lembaga independen yang berfungsi menjalankan undang-undang serta peraturan pelaksanaanya dan menetapkan standar layanan informasi dan penyelesaian sengketa mellui mediasi serta Ajudikasi non litigasi. Kedudukan Komisi Informasi Provinsi berkedudukan di Ibu kota Provinsi. Berdasarkan pasal 25 bahwa untuk anggota Komisi Informasi di Provinsi berjumlah 5 lima orang sedangkan di tingkat pusat 7 tujuh orang. Tugas dari Komisi Informasi provinsi secara jelas adalah menerima, memeriksa dan memutuskan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi danatau Ajudikasi nonlitigasi sedangkan segala kewenanganya diatur dalam pasal 27 seperti memanggil pihak-pihak yang bersengketa sedangkan pertanggungjawaban diberikan kepada Gubernur dan DPRD. Dalam menjalankan tugas rutinya berkaitan dengan sekretariat Komisi Informasi provinsi dilaksanakan oleh pejabat yang bertugas dan wewenangnya dibidang komunikasi dan informasi di tingkat provinsi yang bersangkutan. Rekruitmen atau pengangkatan dan pemberhentian Komisi Informasi diatur dalam UU ini beserta PP nya. Hal-hal yang berkaitan dengan keberatan serta penyelesaian sengketa, ketentuan formil atau hukum acara yang berkaitan dengan mediasi dan Ajudikasi melalui Komisi Informasi secara jelas diatur dalam Undang-undang ini. Apabila putusan Komisi Informasi tidak memuaskan semua danatau salah satu pihak yang bersengketa maka para pihak mengajukan gugatan melalui pengadilan TUN apabila yang digugattermohon adalah Badan Publik negara dan melalui pengadilan negeri setempat apabila yang digugattermohon adalah Badan Publik selain Badan Publik negara. Apabila dalam putusan pengadilan tersebut terdapat pihak yang tidak puas maka bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah agung paling lambat 14 empat belas hari sejak diterimanya putusan salah satu atau kedua pengadilan tersebut. Ketentuan pidana yang digunakan untuk mengancam para pihak yang melawan hukum berkaitan dengan Undang-undang ini diberlakukan sesuai dengan ketentuan khusus berdasarkan ketentuan dalam pasal 56. 5 Dalam ketentuan pidana tersebut secara jelas mengancam para pihak baik pihak Badan Publik maupun pengguna informasi yang melakukan pelanggaran hukum sesuai dengan ketentuan dalam pasal 50 sampai pasal 55 dalam UU No 14 Tahun 2008 ini. Namun demikian tuntutan pidana dalam persoalan yang menyangkut keterbukaan informasi publik sesuai dengan Undang-undang ini merupakan delik aduan dan bukan delik laporan. Sedangkan dalam konteks mekanisme ganti rugi akan diatur dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan dari Undang-undang ini. Dalam rangka mewujudkan sistem pelayanan yang cepat, tepat, dan sederhana, setiap Badan Publik menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi; yang dalam pelaksanaan tugas serta tanggung jawabnya dibantu oleh pajabat fungsional. Pejabat Penyedia Informasi Publik melakukan tugas: 5 Disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan Komisi I DPR RIJakarta, 2 Juli 2009 1. Pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU Nomor 142008 dengan seksama dan penuh ketelitian sebelum menyatakan Informasi Publik tertentu dikecualikan untuk diakses oleh setiap Orang 2. Menyebarluaskan Informasi Publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami Proses perolehan informasi dari badan publik dapat dilakukan melalui media online dengan akses bebas maupun regristrasi dan media offline dengan Print out, Copy ke cakram disc, maupuan Copy ke flashdisk. Di sisi lain Badan Publik bisa mengirim informasinya melalui simpul tertentu seperti SKPD yang lain, DPRD, Perguruan TInggi, LSM NGO, Kelompok masyarakat, Pemesan Khusus. Kewajiban Badan Publik pasal 7, pasal 9 dan pasal 10 undang-undang ini adalah: 1. Menyediakan, memberikan danatau menerbitkan Informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan. 2. Menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan. 3. Membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. 4. Membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik, berupa memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, danatau pertahanan dan keamanan negara. 5. BadanPublik dapat memanfaatkan sarana danatau media elektronik dan non- elektronik. 6. mengumumkan Informasi Publik secara berkala yang meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik; b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; danatau d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 7. Memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat 6 dilakukan paling singkat 6 enam bulan sekali. 8. Menyebarluaskan Informasi Publik disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. 9. Mengumumkan dengan segera suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. 10. Membuat dan mengembangkan sistem penyediaan layanan informasi secara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standar layanan Informasi Publik yang berlaku secara nasional. Standar jenis informasi yang harus disediakan oleh Badan Publik milik pemerintah non badan usaha adalah: 1 Informasi mengenai Peraturan beserta turunan pelaksanaanya 2 Informasi mengenai segala bentuk pengadaan barang dan jasa mulai dari penjadualan, panitia serta pemenangan hingga alasan yang dipakai dalam pemenangan tersebut. 3 Informasi mengenai seputar masalah yang berkaitan dengan tupoksi. 4 Informasi mengenai rincian atau hasil perhitungan pemakaian anggaran Negara. 5 Informasi mengenai profil danatau jumlah kekayaan pimpinan maupun pejabat danatau pegawai . 6 Informasi mengenai program dan renstra serta anggaran yang diproyeksikan. Sedangkan standar informasi yang wajib disediakan oleh BUMNBUMD berdasarkan pasal 14 antara lain: 1 Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; 2 Nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan; 3 Laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit; 4 Hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya; 5 Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisarisdewan pengawas dan direksi; 6 Mekanisme penetapan direksi dan komisarisdewan pengawas; 7 Kasus hukum yang berdasarkan Undang-Undang terbuka sebagai Informasi Publik; 8 Pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; 9 Pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang; 10 Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; 11 Perubahan tahun fiskal perusahaan; 12 Kegiatan penugasan pemerintah danatau kewajiban pelayanan umum atau subsidi; 13 Mekanisme pengadaan barang dan jasa; danatau 14 Informasi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Daerah. Dari aspek hukum dan sosial, kemudahan memperoleh, memiliki, dan menyimpan informasi merupakan hak asasi yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 28F. Informasi menjadi landasan individu untuk menjalin komunikasi dengan sesamanya, mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya. Di sisi lain, secara politis, hak publik untuk memperoleh informasi merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka yang diatur dalam perundang-undangan. Hak atas informasi sangat penting karena dalam mewujudkan negara yang demokratis 6 semakin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, maka berarti penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan. Kemudahan untuk memperoleh informasi akan memicu partisipasi publik dan kualitas pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan negara dan proses pengambilan keputusan publik. Terbukanya akses publik terhadap Informasi akan memotivasi Badan Publik untuk bertanggung jawab dan berorientasi pada pelayanan rakyat yang sebaik-baiknya. Hal ini akan mempercepat perwujudan pemerintahan yang terbuka sekaligus upaya untuk mencegah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN dan terciptanya pemerintahan yang baik Good Governance Diberlakukannya UU 142008 sekaligus juga menunjukkan kemauan politik pemerintah untuk merespon gerakan kesadaran masyarakat sipil dalam mendukung penyelenggaraan negara yang baik dan transparan; sekaligus membuka dialog dengan elemen masyarakat seperti LSM, dan kelompok-kelompok masyarakat agar terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan publik. Secara politis dan hukum, pemberlakuan UU No. 142008 memberikan landasan bagi pemerintahan yang terbuka dan akuntabel. Sebagai UU yang memberikan napas bagi pemenuhan hak asasi manusia, maka UU keterbukaan Informasi Publik membawan konsekuensi dalam penerapannya. Saat ini telah ada 75 negara di dunia yang telah memiliki dan memberlakukan undang-undang akses informasi atau undang-undang kebebasan informasi. Meskipun demikian, praktek adopsi undang-undang di bawah standar terjadi di beberapa negara dengan tidak melaksanakan 6 Effendi Gazali, Komunikasi Politik dan Komunikasi Publik, Jakarta:Tiara Wacana, 1999, hal. 30 sepenuhnya dalam praktek. Aspek monitoring penerapan UU KIP sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dan badan publik untuk lebih responsif dan memenuhi hak atas informasi publik Keterbukaan informasi publik harus dipahami sebagai sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lain serta segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Indonesia menajdi negara ke-76 di dunia yang mengadopsi prinsip-prinsip kebebasan informasi. Potensi kelemahan dalam UU KIP kita adalah pasal sanksi dalam Pasal 51 UU KIP yang menyatakan bahwa “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan informasi publik secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun danatau pidana denda paling banyak 5 juta rupiah”. Perlu kejelasan mengenai pasal ini, bagaimana seseorang yang menggunakan informasi publik secara melawan hukum didefinisikan dengan lebih jelas.

B. Pandangan Hukum Islam Terhadap Ketentuan Informasi Keterbukaan Publik

Berangkat dari suatu pendirian bahwa Islam adalah al-din yang merupakan suatu totalitas yang mencakup dua ruang lingkup, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia serta alam lingkungan hidupnya atau hablun min Allah wa hablun min al-nas, 7 maka dapat diketahui bahwa hubungan agama dengan negara dan hubungan agama dengan hukum sangat erat sekali. Ia dapat diibaratkan seperti lingkaran konsentris. Kecuali itu, salah satu karakteristik hukum Islam tampak pada substansinya yang komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur aspek-aspek keperdataan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek publik, termasuk pula aspek keterbukaan informasi publik. Cara-cara atau sistem yang baik dan bermanfat sesuai dengan teori al-maslahat al- mursalah untuk kepentingan umum patut diperhatikan dan dipertimbangkan. Untuk 7 Tahir Azhary, Negara Hukum, jakarta: Kencana, 2004, hal. 207 menjaga suatu sistem keterbukaan di dalam masyarakat bisa untuk mengetahui informasi- informasi apa saja yang dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Karena pemerintahan modern, pada hakekatnya, adalah pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi juga untuk melayani masyarakat, menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap pengguna informasi publik meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. Hubungan antara pemerintah dan rakyat, al-Qur’an telah menetapkan suatu prinsip yang dapat dinamakan sebagai prinsip partisipasi rakyat. Prinsip itu ditegaskan di dalam QS.an-Nisa : 59                                “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah Al Quran dan Rasul sunnahnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya”. QS.an-Nisa : 59 Hazairin menafsirkan “menaati Allah”ialah”tunduk kepada ketetapan-ketetapan Rasul yaitu Nabi Muhammad saw. Dan “Menaati ulil amri” ialah tunduk kepada ketetapan – ketetapan petugas-petugas kekuasaan masing-masing dalam lingkungan tugas kekuasaannya. 8 Ketetapan Allah dijumpai dalam al-Qur’an dan ketetapan-ketetapan Rasul dijumpai dalam 8 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral, Jakarta: Tintamas, 1982, hal. 72 Sunnah. Hazairin menamakan ketetapan-ketetapan Rasul sebagai supplement bagi ketetapan- ketetapan Allah. 9 Syaikhul-Islam Imam Nawawi mengatakan, ghibah dalam ta’arif definisi “ghibah” berarti seseorang menyebut-nyebut sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, dunianya, jiwanya, akhlaknya,hartanya, anak-anaknya,istri-istrinya, pembantunya, gerakannya, mimik bicarnya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang bersifat mngejek baik dengan ucapan maupun isyarat. Termasuk ghibah adalah ucapan sindiran terhadap perkataan para penulis kitab contohnya kalimat: ‘Barangsiapa yang mengaku berilmu’ atau ucapan ’sebagian orang yang mengaku telah melakukan kebaikan’. Contoh yang lain adalah perkataa berikut yang mereka lontarkan sebagai sindiran, “Semoga Allah mengampuni kami”, “Semoga Allah menerima taubat kami”, “Kita memohon kepada Allah keselamatan”. Firman Allah Swt.                                     Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. QS. Al-Hujurat: 12 9 Ibid