Pertanggungjawaban Negara BATASAN INFORMASI PUBLIK
warga negara maupun sebagai pribadi. Negara memperkuat kewajiban untuk memberikan hak memperoleh informasi dengan telah diratifikasinya Kovenan ICCPR: International
Covenant on Civil and Political Rigts, 1966 dimasukkan dalam hukum 1976. Kofenan ini menerangkan lebih detail tentang hak sipil dan politik yang menyebutkan lebih awal dalam
Deklarasi Universal HAM dan secara hukum mengikat pada Negara-negara yang telah meratifikasinya. Bersama yakni ICCPR, ICESCR, dan UNDHR yang kita ketahui sebagai
International Bill of Rights. ICCPR meliputi 1. Hak untuk hidup
2. Hak bebas dari siksaan dan perbudakan, 3. Hak kemerdekaan kebebasan dan aman
4. Hak bebas dalam gerakan, berkumpul, berpikir, beragama dan berekspresi 5. Persamaan hak hukum
6. Hak Keleluasaan pribadi 7. Hak Persamaan dalam perkawinan
8. Hak Menikmati kebudayaan Dengan demikian sebagai bentuk pertanggungjawaban negara dalam melaksanakan
mandat masyarakat, pemerintah harus mengundangkan RUU KMIP. Keberadaan keterbukaan informasi publik akan mendorong terwujudnya negara ideal di mana akan terwujud clean
government dan good governance. Di satu sisi KMIP memang akan menguntungkan bagi pihak luar untuk berinvestasi karena semuanya transparan. Pada sisi ini kekuatiran bahwa
KMIP hanya akan menguntungkan kaum pemodal dapat diterima. Namun di sisi lain, transparansi yang akan tercipta dengan adanya KMIP dapat digunakan sebagai alat untuk
menekan penyelewengan yang biasanya dilakukan karena adanya kolusi antara penguasa dan pengusaha. Kasus impor beras, misalnya. Indonesia tidak pernah memiliki data base
mengenai ketersediaan beras dan peta rawan pangan. Akibatnya, masyarakat tidak bisa mengontrol apakah kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras tepat atau tidak. Juga
kebijakan kenaikan BBM yang selalu kontroversi karena masyarakat tidak pernah bisa ikut berpartisipasi mengawasi pengelolaan informasi perihal BBM. Masyarakat tidak pernah bisa
menilai apakah kebijakan pengelolaan BBM yang dilakukan pemerintah sudah tepat atau belum. Termasuk penetapan harga satuan BBM yang ada. Wajar jika setiap ada kebijakan
yang dianggap merugikan, masyarakat akan selalu bereaksi. UU KMIP juga memiliki arti penting bagi akselerasi pelayanan publik yang lebih baik. Contoh kasus, masyarakat di
Semarang sudah berani mempertanyakan pembangunan jalan tol di sana yang tidak sesuai dengan perda
Pemerintahan adalah sebuah sistem dan proses untuk menjalankan sebuah negara. Sedangkan Pemerintah adalah sebuah organisasi yang diberikan mandat oleh pemilik
kedaulatan di negara tersebut. Di Indonesia pemegang kedaulatan adalah rakyat Indonesia. Dengan kata lain, pemerintah adalah sekelompok orang yang diberikan mandat oleh rakyat
Indonesia untuk menjalankan sistem, menegakkan hukum, melakukan distribusi kesejahteraan, dan menjaga ketertiban bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tiap pekerjaan mutlak memerlukan adanya pertanggungjawaban. Selama ini pertanggungjawaban dilakukan hanya kepada atasan saja. Tidak banyak yang merasa
bertanggung jawab kepada masyarakat. Seharusnya, karena penggunaan anggaran dari masyarakat, maka badan publik harus bertanggung jawab kepada masyarakat tentang
pelaksanaan tugasnya, penggunaan dana apa kekurangannya, bagaimana harapan bantuan dan dukungan masyarakat untuk berpartisipasi. Banyak pengalaman yang menyatakan
bahwa jika pemerintahan dikelola secara terbuka dan siap bekerjasama, akan mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang
diperlukan dalam usaha peningkatan pelayanan mereka.
Untuk dapat mencapai hal tersebut perlu diterapkan konsep Transparansi Keterbukaan dan Akuntabilitas. TransparanTerbuka, hal ini diperlukan dalam rangka
menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Akuntabel berhubungan dengan pertanggungjawaban untuk melaporkan, menjelaskan dan membuktikan kebenaran sebuah kegiatan atau keputusan kepada pemangku kepentingan.
Masih maraknya kasus korupsi dan pungutan liar di negara Indonesia menunjukkan masih terdapat informasi yang tidak disampaikan kepada masyarakat secara komplit. Korupsi
terjadi karena ada informasi yang berbeda antara pemegang informasi dan pengguna informasi. Pihak pemegang informasi mengetahui dengan pasti detail informasi tersebut,
sedangkan pengguna informasi tidak mengetahui sama sekali. Informasi tersebut bisa berupa kebijakan, program, maupun anggaran. Sehingga pihak yang menguasai informasi dapat
dengan leluasa ”memainkan” informasi untuk bisa menguntungkan dirinya sendiri. Pemegang informasi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pemegang mandat untuk melaksanakan
jalannya negara ini, dalam hal ini pengelola badan publik. Sedangkan pengguna informasi adalah pemberi mandat dan pemegang kedaulatan tertinggi di negara ini, yaitu masyarakat
Indonesia.
40