8
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Kompetensi Profesional Guru
Pengertian Kompetensi
Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu “Competency” yang berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan
pengert ian sebagai berikut : “competence” ordinaliry is defined as
Adequency for a task “or as” posession of require knowledge, skill and abilities” disini dapat diartikan “kompetensi sebagai suatu tugas yang
memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”.
1
Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar.
Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah “The ab
ility of a teacher to responsible perform has or her duties approriately” yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.
2
1
Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara, 1989, h.18
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996, cet ke-3, h.230
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kompetensi berasal dari kata “kompeten” yang berarti cakap, berkuasa,
memutuskan menentukan sesuatu.
3
Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai : “pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang
yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-
baiknya.”
4
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan knowledge; yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan
identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran
terhadap peserta
didik sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Pemahaman understanding; yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru
yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta
didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
3. Kemampuan skill; adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan
kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik.
4. Nilai value; adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain.
3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, h. 518
4
E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung: Rhineka Cipta, 2002, h. 38
5. Sikap attitude; yaitu perasaaan senang-tidak senang, suka- tidak suka atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang
datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap upahgaji dan sebagainya.
6. Minat interest; adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu perbuatan.
Misalnya minat
untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
5
Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : “kompetensi atau kemampuan
dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek yang tidak tampak.”
6
Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang
tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kompetensi Guru
Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki
kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat
dicermati pendapat Johnson 1974 yang mengatakan kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan :
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
”.
7
5
E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi…, h. 38
6
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, h. 34
7
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta : Gaung Persada Press, 2006, cet. Ke-2, h. 215
Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan
kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tuawali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
8
Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper 1990, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya,
peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan decision maker. Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran yakni : 1. Sebagai perencana program pembelajaran
a. Mengembangkan indikator hasil belajar; b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan
indikator hasil belajar; c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang
strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan skenario pembelajaran;
d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan
e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil
belajar.
8
Martinis Yamin, Sertifikasi Pro fesi Keguruan………….., h. 250
2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program pembelajaran
a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran; b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus;
c. Kemampuan bertanya; d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran
melalui bahasa yang komunikatif; e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap
respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran
baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik.
3. Sebagai evaluator Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan
dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk
menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.
9
Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus mempunyai kompetensi yang harus dimiliki pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial sehingga guru dapat mengintegrasikan peran utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus
dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan profesinalitasnya dalam mengajar.
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan daya pikir, sikap daya kalbu, dan keterampilan daya fisik yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi
merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,
9
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana, 2010, cet. Ke-2, h. 10-12
sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan
guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas- tugas profesionalnya.
Rumusan kompetensi di atas mengandung tiga aspek 1 kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pengelaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi cirri dan karekteristik seseorang dalam menjalankan tugas. Aspek ini menunjuk pada kompetensi sebagai
gambaran subtansi atau materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk dikasai oleh guru dalam menjalankan pekerjaannya.
Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja secara profesional;
2 ciri dan karekteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata manifest dalam tindakan, tingkah laku dan
unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran untuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan
tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai. Seseorang dapat saja berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek
material kompetensi yang diajarkannya dan dipersyaratkan. Namum begitu jika dalam praktek tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan
tidak sesuai dengan standar kualitas yang dipersyaratkanya maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkompeten atau tidak piawai;
3 hasil unjuk kerjanya yaitu memenuhi kriteria standar kualitas tertentu. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai hasil out put dan atau out
come dari unjuk kerja. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan atau perilaku serta mahir dalam menjalankan tugas untuk menghasilkan
tindakan kerja yang efektif dan efisien.hasilnya merupakan produk dari kompetensi seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.
10
Dalam hubungannya
dengan pembelajaran,
kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi
spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan
“bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi
merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati. Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi
yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan profesional.
Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum sekolah adalah :
1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai
warga yang bertanggungn jawab. 2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian
dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah.
3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugas-
tugas profesinya pada tingkat tertentu.
11
Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponen- komponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu
satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan
bagian tertentu dari kompetensi.
10
Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009, cet. Ke-1, h. 23-24
11
W. Gulo, Strategi…, h. 30
Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan
menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan
bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran
dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya
secara bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut
para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu :
1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara
mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan,
pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya.
2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan
profesi. 3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau
perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi kelas dan sebagainya.
12
Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan
profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun
demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi perilaku.
12
A. Samana, Profesionalisme Keguruan, Yogyakar Kanisius, 1994, cet ke-1, h. 3
Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan,
kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini wajar
karena sosialisasi
manusia dapat
dipandang sebagai
pengejewantahan pribadinya. Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan
pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik, profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan
menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan juga menjadi tauladan di luar kelas.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan
tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah :
a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup termasuk nilai moral dan keimanan
b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab. c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam
lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah. d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan
siapapun demi tujuan yang baik. e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan
pengembangan budaya masyarakat. f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan
prinsip dan nilai yang diyakininya. g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik
dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru terampil secara pantas dan rapi
j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam
keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya. k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya di luar
tuntutan tugas keguruannya secara bijaksana dan produktif.
13
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam… , h.54-57
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas
tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan
rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat
menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik.
Pengertian Profesional
Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan
sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang professional mempunyai kebermaknaan ahli expert dengan pengetahuan
yang dimilki
dalam melayani
pekerjaannya. Tanggung
jawab responsibility atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan
memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan
pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri self concept,
idea yang muncul dari diri sendiri self idea dan realita atau kenyataan dari diri sendiri self reality.
Dalam kehidupan sehari- hari “profesional dan profesi” telah
menjadi kosa kata umum. Sering sek ali terdengar orang mengatakan “Cara
orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional” atau “Pak mekanik itu mengerjakan usaha bengkelnya tidak profesional, saya tidak
mau memperbaiki mobil saya ke bengkelnya karena cara kerjanya kurang bermut
u” dan sebagainya. Kini sangat banyak yang menganggap bahwa setiap orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan
dapat memuaskan orang lain. Cara kerja yang demikian itu disebut sebagai telah menyelesaikan pekerjaan secara profesional. Sehingga hampir
kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar profesional.
14
Dalam Al- Qur’an Surah al-Qashash cerita-cerita ayat 26, Allah juga
telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai berikut :
……….
Artinya : “………, karena sesungguhnya orang yang paling baik
yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
15
Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum
ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syu’aib dan Musa
menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya Nabi Syu’aib agar
mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syu’aib
dengan potongan ayat diatas. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia
mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang. Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya
agar meyerahkan suatu urusan pekerjaan harus kepada ahlinya, karena apabila suatu urusan pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan
ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana haditsnya sebagai berikut :
14
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona l Guru………………, h. 1-2
15
Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung :
Gema Risalah Press, 1992, h. 613
.......... ةعاَّلارظتْناف هلْهارْيغ ىلإرْماْلا ِّوا إ
.
Artinya : “…………….., “Apabila suatu urusan pekerjaan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah
terhadap datangnya
saat kiamat,
kehancuran ”. HR. Bukhari
16
Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan
ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya,
akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan. Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti
menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut “professio” yang digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh
seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai
kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang
itu dalam hal melaksanakan tugasnya. Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1
bahwa : “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memilki tanggung
jawab atas
pelaksanaan tugas
keprofesionalan; f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
16
Zainuddin Hamidy, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Jakarta : Bumirestu, 1992, jilid. 1, cet. Ke-13, h. 40
h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru ”
17
Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang
amatir tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah
dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki
pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan
masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari
wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.
18
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas
keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 – 1980 telah
merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan rumusan P 3 G Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru, antara lain :
1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan
pengajaran. 5. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Mengelola interaksi belajar-mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
8. Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan
di sekolah. 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
17
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan……………, h. 214
18
Syaiful Sagala, K emampuan Profesional Guru dan………….., h. 2-3
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
19
Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia
telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi
tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.
Profesional Guru
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan,
berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4
tahun 2005 Pasal 1 ayat 1 menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada
kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan
pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
20
Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat 2
menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat 2
seorang pendidik berkewajiban a menciptakan suasana pendidikan yang
19
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta. Raja Grafindo Persada, 1996, cet ke-6, h. 162-178
20
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009, cet. Ke-1, h. 39
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
c memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
21
Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki
kompetensi keguruan yang cukup, pandai dalam merencanakan pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap
berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003. Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran
tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk
memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu,
guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.
Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu
seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta
merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman.
22
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki
kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.
21
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, cet. Ke-4, h. 20 21
22
E. Mulyasa., Menjadi Guru Profesionai, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009, cet. Ke-8, h. 21 22
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari sub-
kompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut. 1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk
mengajar; 2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran
yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP;
3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar;
4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari.
23
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala, dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian
berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru
profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional.
23
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesiona l Guru………………….., h. 39-40
2. Efektivitas Proses Pembelajaran Pengertian Efektivitas