Konsep Perilaku Kerja Landasan Teori

b. Kedalaman, budaya kerja yang kuat mampu menjelma menjadi nilai yang dianut oleh para individu didalam perusahaan. Nilai ini secara tidak disadari mengatur perilaku kerja mereka. c. Cakupan, budaya kerja yang kuat mampu menjangkau sebanyak mungkin individu dan aspek pekerjaan. Semakin banyak individu menganut budaya dimaksud dan semakin banyak aspek pekerjaan yang mengacu padanya, semakin kuat budaya tersebut. Menurut Deal dan Kennedy 1982 ada lima unsur pembentuk budaya kerja, yaitu : a. Lingkungan usaha; b. Nilai-nilai; c. Pahlawan; d. Ritual; e. Jaringan budaya.

2.1.4 Konsep Perilaku Kerja

Perilaku adalah segala sesuatu atau apa-apa yang kita lakukan. Dari apa- apa yang kita lakukan akan membentuk suatu kebiasaan, watak, karakter, tingkah laku, atau perilaku. Kebiasan yang selalu dilakukan karyawan dalam suatu perusahaan disebut dengan perilaku karyawan. Menurut Ajzen dan Fisbhein Ndraha, 1997:28 perilaku kerja adalah kecenderungan tingkah laku yang didasari oleh proses evaluatif dalam diri individu terhadap suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Azwar 1995 sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik, buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap objek sikap. Sedangkan menurut Robbins 2002 menjelaskan bahwa perilaku kerja merupakan suatu karakteristik dan tingkah laku yang terdapat dalam setiap individu atau suatu perusahaan yang terdapat dinamika kepemimpinan. Perilaku kerja meliputi kepribadian, harga diri, pemantauan diri, dan kecenderungan untuk menanggung resiko. Perilaku kerja lebih cenderung kepada pokok kepribadian, karena kepribadian menggambarkan perilaku seorang individu. Karakteristik mencakup perasaan malu, keagresifan, sikap patuh, kemalasan, ambisi, kesetiaan, dan sifat takut dan malu. Karakteristik ini bila diperagakan dalam sejumlah besar situasi, disebut ciri-ciri kepribadian. Semakin konsisten karakteristik itu dan semakin sering terjadi dalam berbagai situasi, maka disebut dengan perilaku. Karakteristik tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Karakteristik yang bersifat positif akan menguntungkan bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya, namun sebaliknya karakteristik yang negatif akan merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu mereka harus dibina dan diberikan suatu motivasi. Motivasi yang dimaksud adalah motivasi menyangkut reaksi berantai, yaitu dimulai dari kebutuhan yang dirasakan, lalu timbul keinginan yang hendak dicapai, kemudian menyebabkan usaha-usaha mencapai keinginan tersebut, yang berakhir dengan pemuasan.

2.1.5 Perilaku Kerja