Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara

(1)

Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas

Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Sumatera Utara

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi DIAJUKAN :

O L E H Said Andri

060922007

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Said Andri Nim : 060922007 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan Komunikasi Horizontal Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumut

Medan, Juli 2011

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A NIP. 196208281987012001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU,

Prof. Dr, Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

ABSTRAKSI

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.

Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah. swt atas segala karunia dan rahmat yang di berikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini mengenai “ Peranan komunikasi horizontal terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara “

Skripsi ini merupakan masterpiece (maha karya) kedua setelah sebelumnya penulis menamatkan kuiah di jurusan Manajemen Informatika di STMIK Budi Luhur (D-III). Banyak hal yang dikorbankan baik tenaga, waktu, materi bahkan perasaan dalam demi rampungnya skripsi ini. Ditengah-tengah jadwal tugas yang padat penulis berusaha untuk bias menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh banyak pihak, baik berupa bimbingan, kritik, saran serta pengarahan, oleh karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah dengan tulus membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah di berikan kepada penulis. Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Prof.Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen pembimbing, saya benar-benar bersyukur untuk


(5)

segala dukungan, kesediaan waktu dan kesabaran yang tiada habisnya yang Ibu berikan kepada saya, sekali lagi terima kasih Bu

3. Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis 4. Keluarga tercinta, Papa, Mama, yang tiada pernah henti mendoakan setiap

hari yang kujalani, kalian adalah orang paling berharga di hidupku , serta kedua adikku Ika dan Fahrin, you have to be better than me bro

5. Abangda H. Zulkarnain, SH, M.Si, tanpamu mungkin aku takkan pernah memulai studi ini apalagi menyelesaikannya

6. Asri Martha, orang yang paling sering mempertanyakan kapan skripsi ini akan selesai, orang yang paling setia menemaniku dalam senang maupun susah, dan orang yang membuatku lebih bertanggung jawab, thanks a lot hun, you make everythings possible to me

7. Untuk Bang Pungkut Thamrin dan Bang Ngadimin Hambali, of course i never walk alone, terima kasih banyak ya Bang

8. Untuk staf jurusan Ilmu Komuniasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sumatera Utara : Kak Ros, Kak Icut, Bang Ria dan Maya yang telah banyak membantu dan memperlancar pengerjaan skripsi ini

9. Untuk teman-temanku di ekstension : kocek, Dani, Imam dan sahabatku Yahmen, semoga kita akan selalu berteman dan bersahabat selamanya

10.Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara : Arwin Susilo, S.Sos, Andhika Anshori, M.Riza, and last but not least Abangda Pardamean Lubis, SE


(6)

Terima Kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 24 Juli 2011 Penulis,

Said Andri

NIM. 060922007


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Pembatasan Masalah ... 8

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

I.4.2 Manfaat Penelitian ... 9

I.5. Kerangka Teori ... 9

I.5.1 Komunikasi ... 10

I.5.2 Komunikasi Organisasi ... 11

I.5.3 Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi ... 14

I.5.4 Komunikasi Horizontal Dalam Organisasi ... 16

I.5.5 Efektifitas Kerja ... 19

I.6. Model Teoritis ... 20

I.7. Kerangka Konsep ... 20


(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Komunikasi ... 23

II.1.1. Pengertian Komunikasi ... 23

II.1.2. Komponen Komunikasi ... 25

II.1.3. Tujuan Komunikasi ... 32

II.1.4 Proses Komunikasi………. 35

II.2. Komunikasi Organisasi ... 37

II.2.1.Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi ... 42

II.3. Komunikasi Horizontal ... 44

II.4. Efektivitas Kerja ... 48

II.4.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas .. 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian ... 54

III.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 54

III.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 55

III.3.1. Populasi ... 55

III.3.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 55

III.4 Instrumen (Alat Pengumpul data) ... 56

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57


(9)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.1. Dinas Kelautan Dan Perikanan ... 59

Provinsi Sumatera Utara IV.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ... 59

IV.1.2. Struktur Organisasi ... 60

IV.2. Gambaran Kinerja Dinas Kelautan dan ... 63

Perikanan Provinsi Sumatera Utara IV.2.1 Visi ... 63

IV.2.2. Misi ... 64

IV.2.3. Tujuan ... 65

IV.2.4. Sasaran ... 65

IV.2.5. Strategi ... 66

IV.2.6. Kebijakan……….. .. 67

IV.3. Pelaksanaan Dan Pengumpulan Data ... 68

IV.4. Penyajian Dan Analisis Data ... 69

IV.4.1 Data Karakteristik Responden ... 69

IV.4.2 Variabel Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan……… 102


(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Biodata

- Lembar Bimbingan - Kuesioner

- Tabel FC - Surat Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 56

Tabel 2 ... 66

Tabel 3 ... 70

Tabel 4 ... 71

Tabel 5 ... ... 72

Tabel 6 ………… ... 73

Tabel 7 ... 75

Tabel 8 …… ... 77

Tabel 9 ……….. ... 78

Tabel 10 ………... 79

Tabel 11 ………... 81

Tabel 12 ………... 82

Tabel 13 ………... 83

Tabel 14 ………... 84

Tabel 15 ………... 86

Tabel 16 ………... 87

Tabel 17 ………... 88

Tabel 18 ………... 89

Tabel 19 ………... 90

Tabel 20 ………... 91

Tabel 21 ………... 92


(12)

Tabel 23 ………... 95

Tabel 24 ………... 96

Tabel 25 ………... 97

Tabel 26 ………... 98

Tabel 27 ………... 99

Tabel 28 ………... 100


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ……….. ... 15 Gambar 2 ……….. ... 20


(14)

LAMPIRAN

1. Biodata 2. Kuesioner

3. Tabel Fotron Cobol 4. Surat Penelitian

5. Surat Keterangan Penelitian


(15)

ABSTRAKSI

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera serta untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan dalam hal ini kebijakan yang tertuang dalam bentuk aktifitas komunikasi horizontal di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara yang membentuk efektivitas kerja.

Hasil penelitian tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I .1. Latar Belakang Masalah

Dari semua pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki, pengetahuan dan keterampilan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri tentang segala sesuatu, mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dan menyiapkan pesan-pesan yang akan kita sampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri kepada orang lain. Apakah kepada pimpinan, teman sekerja, teman seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadi kita membina, memelihara, kadang-kadang merusak (dan ada kalannya memperbaiki) hubungan pribadi kita.

Pada sisi lain, setiap individu merupakan bagian dari kelompok, organisasi maupun ikatan dalam masyarakat yang setiap saat berinteraksi membentuk pola komunikasi. Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambang-lambang tertentu yang mengandung arti tertentu dan langsung untuk mengubah tingkah laku individu. Meskipun semua organisasi harus melakukan dengan beragai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistem pesan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi. Untuk organisasi berskala kecil mugkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untuk perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang rumit.


(17)

Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi yang nantinya akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi.

Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Pola komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat dilihat dalam bentuk aktivitas rapat umum suatu organisasi. Dimana pola komunikasi yang terdapat dalam rapat umum tersebut banyak dipengaruhi oleh jaringan kelompok.

Berkenaan dengan komunikasi organisasi pada lembaga pemerintah, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara merupakan bagian dari organisasi yang juga melakukan komunikasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Melalui dinas kelautan dan perikanan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 tahun 2001 tanggal 31 Juli 2000, Dinas Kelautan dan Perikanan mempuyai tugas otonomi dan tugas dekonsentrasi dibidang perikanan dan kelautan. Pengelolaan kelautan dan perikanan memfokuskan pada kegiatan usaha dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang berwawasan lingkungan dengan memberdayakan peran serta masyarakat untuk peningkatan taraf hidupnya.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dibidang kelautan dan perikanan, organisasi ini mengemban misi yang merupakan arah bagi tujuan dan sasaran yang ingin diwujudkan sehingga dapat memberikan program kegiatan yang dilaksanakan. Misi yang ditetapkan untuk mewujudkan visi Dinas Kelautan dan


(18)

Perikanan Provinsi Sumatera Utara antara lain (sesuai Lakip Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara,2010) yaitu :

1. Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir. 2. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara efisien

dan berkelanjutan.

3. Meningkatkan persediaan bahan pangan sumber protein dan bahan baku industry di dalam negeri serta eksport.

4. Memantapkan system pendukung, yang terdiri dari teknologi, permodalan sarana dan prasarana kelembagaan serta iklim usaha yang kondusif.

Penjabaran dan implementasi visi dan misi yang akan dicapai dijadikan tujuan Dinas Kelautan dan Perikanan antara lain adalah :

1. Meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan pembudidaya ikan, nelayan dan masyarakat pesisir.

2. Meningkatkan pelestarian dan pengendalian sumber daya perikanan. 3. Meningkatkan konsumsi ikan masyarakat

4. Mendorong pertumbuhan industry dan ekspor hasil perikanan.

5. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang produktif.

Sebuah organisasi mempunyai hirarki dan pembagian kerja, maka pada sebuah organisasi birokrasi akan terdapat tingkatan-tingkatan tertentu yang pada akhirnya akan membuat individu-individu yang ada didalamnya terbagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil sesuai dengan jenjang dan pembagian kerjanya dalam sebuah organisasi. Dalam kenyataannya akan terdapat jabatan atau posisi-posisi didalam organisasi yang akan ditempati individu-individu yang memiliki syarat-syarat tertentu sehingga dianggap mampu untuk melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan utama organisasi tersebut. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi akan terdapat staff, pimpinan, karyawan, dan lain-lain. Seiring dengan jenjang/jabatan yang melekat pada individu pada sebuah organisasi, maka akan muncul pula rasa tanggung jawab akan pekerjaan/peran yang melakat pada dirinya.


(19)

Dalam sebuah organisasi birokrasi, tidak bisa dipungkiri, seluruh unsur Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara selalu melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Komunikasi ibaratnya “darah” bagi kehidupan organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka sebuah lembaga akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya.

Pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dimana terdapat individu yang terbagi dalam divisi-divisi/bagian selevel sangat variatif dalam menjalankan komunikasi. Bagi organisasi pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan publik, penyampaian informasi kepada segenap bagian dalam organisasi merupakan suatu pekerjaan yang rumit dan membutuhkan penanganan serius. Model komunikasi yang diterapkan tidak lagi memadai hanya mengandalkan komunikasi tatap muka (face to face) semata, namun masih memerlukan model lain yang lebih sesuai.

Dalam menjalin relasi dengan orang lain, kita membutuhkan komunikasi. Dalam dunia kerja, komunikasi merupakan satu hal yang paling penting dan menjadi bagian dari tuntutan profisiensi (keahlian). Kadang-kadang penyebab rusaknya hubungan antar individu dalam suatu organisasi, misalnya antara staf itu sendiri adalah adanya miskomunikasi yang terjadi. Untuk bisa berkomunikasi dengan baik dibutuhkan tidak hanya bakat, tapi terutama kemauan untuk melakukan proses belajar yang kontinu.

Berdasarkan konsep tentang komunikasi dan organisasi diatas maka komunikasi organisasi dapat kita maknai secara sederhana sebagai komunikasi antar manusia (human communication) dalam konteks organisasi. Dalam aplikasinya akan terdapat 3 jenis komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi, yaitu vertikal keatas, vertikal kebawah dan horizontal. Ketiga jenis komunikasi ini muncul seiring


(20)

dengan proses komunikasi didalam organisasi yang sebelumnya telah memiliki jenjang-jenjang dan kedudukan tertentu. Vertikal kebawah berarti komunikasi ini dilakukan oleh individu berkedudukan yang lebih tinggi dari komunikan, sebagai contoh atasan memberi perintah kepada bawahan. Vertikal keatas merupakan kebalikan dari Vertikal kebawah, yakni individu berkedudukan lebih rendah yang menjadi komunikator, sebagai contoh seorang staf pegawai/kepala bagian/kepala seksi melaporkan pekerjaannya kepada atasan. Komunikasi horizontal adalah komunikasi dimana komunikator dan komunikan memiliki kedudukan/jabatan yang sama didalam sebuah organisasi. Sebagai contoh diskusi antar pimpinan, obrolan staf/pegawai, dan lain-lain. Komunikasi ini lebih sering digunakan individu untuk memecahkan sebuah masalah atau mengoptimalkan pekerjaannya.

Komunikasi horizontal dalam suatu organisasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan arus vertikal. Mengapa demikian ? Salah satu alasannya karena komunikasi horizontal lebih terbuka dan lebih efektif dengan orang-orang di lingkungannya, serta yang mempunyai kedudukan yang sama dibandingkan dengan orang yang kedudukannya lebih tinggi.

Implementasi dari model komunikasi tersebut dalam konteks Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumnatera Utara juga tidak dapat terlepas, dimana upaya pencapaian kinerja dan tujuan organisasi senantiasa dicapai dengan upaya komunikasi organisasi, khususnya komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal memiliki fungsi strategis manakala dinas Perikanan dan kelautan memiliki personil yang sangat banyak yaitu 188 orang dengan jangkauan tugas yang sangat luas serta fungsi yang berbeda-beda. Melalui komunikasi horizontal diharapkan terjadi pertukaran informasi


(21)

untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi dinas perikanan dan kelautan sehingga tujuan organisasi secara paripurna dapat dicapai.

Sejauh pengamatan penulis, komunikasi yang formal selama ini antara atasan kepada bawahan dikantor lebih banyak dilakukan dalam konteks pelaksanaan pekerjaan. Memang melalui komunikasi vertikal ini banyak sekali tugas-tugas kantor dapat diselesaikan. Namun jika ditilik lebih lanjut, upaya penyelesaian tugas tersebut tidak terlepas dari kegiatan komunikasi antar pejabat setingkat dalam bentuk koordinasi dan mencari solusi dari upaya penyelesaian tugas tersebut. Oleh sebab itu, tanpa menghilangkan pentingnya komunikasi vertikal, ternyata komunikasi horizontal menjadi faktor kunci efektif dan efesiennya sebuah tugas yang dibebankan oleh organisasi.

Pola komunikasi horizontal menjadi penting pada organisasi birokrasi, khususnya pada dinas perikanan dan kelautan, karena pola komunikasi vertikal telah terlaksana dengan baik dimana setiap instruksi yang diberikan akan segera difahami dan dilaksanakan oleh para bawahan. Akan halnya hubungan antar staf atau antar pejabat setingkat yang berbeda fungsi akan sulit mencapai efektivitas karena perbedaan kepentingan dan kebutuhan. Melalui komunikasi horizontal, maka kesefahaman kepentingan organisasi dimana orang pada level yang sama saling tukar informasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pada intinya komunikasi model horisontal memfokuskan pada penyampaian informasi kepada orang-orang yang berada pada level atau otoritas yang sama/sederajat.

Komunikasi antar pegawai yang setingkat kedudukannya dalam suatu organisasi diperlukan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan integrasi atas fungsi-fungsi organisasi yang berbeda. Karena mekanisme yang ada selama ini, biasanya


(22)

tidak menempatkan komunikasi horizontal dalam desain organisasi. Hubungan antar rekan sejawat dilepaskan dan diserahkan secara langsung kepada masing-masing individu. Padahal komunikasi horizontal diperlukan untuk koordinasi dan juga bisa memberikan kepuasaan akan kebutuhan sosial.

Disini, komunikasi horisontal memiliki fungsi memperlancar aktivitas organisasi dalam melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan, menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama, memfasilitasi tercapainya pemahaman bersama atas perbedaan-perbedaan yang muncul, menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam organisasi, memberikan dukungan dalam hubungan kerja yang produktif.

Upaya untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan kinerja Dinas Kelautan dan perikanan melaui pendekatan komunikasi horizontal perlu terus diupayakan melalui bentuk-bentuk komunikasi antar personal antara lain melalui obrolan waktu senggang, telpon, forum rutin, diskusi. Selain fungsi koordinatif, komunikasi model ini dapat dioptimalkan untuk sharing informasi, problem solving maupun resolusi konflik yang mungkin terjadi dalam organisasi.

Oleh sebab itu, dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam konteks efektifitas kerja, dibutuhkan model komunikasi yang disesuaikan dengan lingkungan kerja, yang dalam hal ini organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara yang memiliki visi dan misi dengan pola komunikasi horizontal yang perlu untuk diteliti.

I .2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(23)

Bagaimanakah peranan Komunikasi Horizontal terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitan sehingga lebih terarah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Horizontal dalam organisasi yang akan akan diteliti adalah pertukaran pesan yang berlangsung di antara para pegawai ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti Memperbaiki koordinasi tugas, Upaya pemecahan masalah, Saling berbagi informasi, Upaya pemecahan konflik, Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

b. Efektivitas Kerja terbatas pada aspek pencapaian kinerja sesuai dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja instansi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010.

c. Objek penelitian adalah kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

d. Penelitian dilakukan mulai bulan April 2011-selesai.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1) Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan penelitian ini yang memiliki tujuan sebagai berikut:


(24)

a. Untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi horizontal yang terjadi pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

b. Untuk mengetahui apakah komunikasi horizontal berperan terhadap efektifitas kerja pegawai di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera.

1.4.2) Manfaat penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai komunikasi horizontal dalam organisasi.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I. 5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995 : 40).

Menurut Kerlinger, teori merupakan himpunan konstruk (konsep), yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dan menjabarkan relasi diantara variable untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. (Rakhmat, 2004 : 6).

Dengan adanya kerangka teori akan membantu peneliti dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi

2. Komunikasi Organisasi


(25)

4. Komunikasi Horizontal dalam Organisasi 5. Efektifitas Kerja

I.5.1) Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Komunikasi hakikatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua adalah lambing (symbol), Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambing adalah bahasa (Effendy,1993:28).

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in Society (dalam Effendy, 1993:253), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima, yaitu:

1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (Message)


(26)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient) 5. Efek (Effect, impact, influence)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi (dalam Ruslan,1998:79) adalah:

- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan

- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.


(27)

- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing.

Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (dalam Effendy, 2000:18)

I.5.2) Komunikasi Organisasi

Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.


(28)

Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:

1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.

2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).

Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman (1997:18) dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:


(29)

a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)

c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)

d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik

e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

I.5.3) Jaringan Komunikasi dalam Organisasi

Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota organisasi. Beberapa jaringan yang berbeda beroperasi di dalam organisasi kerja.


(30)

Gambar 1.

Jaringan komunikasi (dalam Golghaber, Gerald, M, 1990:56)

Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang dan dua orang lainnya—satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri.

Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi dan lebih bawah. Meskipun rantai tersebut hanya memiliki kapasitas dua-jalur, ini digunakan terutama untuk komunikasi kebawah. Jaringan roda memasukkan satu orang yang berkomunikasi dengan masing-masing dari sejumlah orang lainnya.

Jaringan Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokkan. Pada jaringan ini, seperti pada jaringan rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi disentralisasi/dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja.

Pada jaringan pinwheel, seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi dengan setiap orang lainnya. Pinwheel ini memberikan contoh suatu struktur komunikasi yang terdesentralisasi. Jaringan terpusat/sentralisasi dan disentralisasi


(31)

memiliki kegunaan yang berbeda. Sebagai contoh, struktur desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif, sedangkan strukur desentralisasi lebih bagus untuk pergerakan informasi yang cepat.

I.5.4) Komunikasi Horizontal dalam Organisasi

Komunikasi horizontal menurut Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss (1996:167) terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.

Tujuan dari komunikasi horizontal (dalam Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss 1996 : 167) adalah :

1. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan 3. Untuk memecahkan masalah

4. Untuk memperoleh pemahaman bersama

5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan 6. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona

Bentuk komunikasi horizontal yang paling umum mencakup semua jenis kontak antar pesona. Bahkan bentuk komunikasi horizontal tertulis cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lingkaran kualitas.

Mengapa pendelegasian dari atasan ke bawahan seringkali tidak berhasil baik? Mengapa banyak iklan yang tidak sukses mempromosikan produknya? Mengapa sering kali kesepakatan bisnis terhambat dan gagal? Mengapa seringkali pergaulan tidak berkembang? Semua hal ini mungkin terjadi karena cara kita berkomunikasi yang tidak jelas, ambigius atau kurang strategis.


(32)

Yang dimaksud dengan komunikasi horizontal disini adalah komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan yang sama, posisi yang sama, jabatan se-level, eselon yang sama, dll. Untuk berkomunikasi dengan baik antar sesama rekan kerja atau teman yang notabene-nya memiliki tingkat, latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang relatif sama dengan kita, ada beberapa hal yang harus diingat.

Pertama, tentang pemilihan dan penggunanaan diksi yang sesuai dengan orang yang tengah kita ajak bicara. Jangan menggunakan kata-kata teknis yang kerap kita gunakan di bidang/departemen yang kita geluti. Hal ini bukan hanya menimbulkan ketidakmengertian orang-orang dari lintas departemen yang kita ajak bicara, melainkan juga bisa menuai rasa antipati karena dianggap terlalu menyombongkan diri dengan penggunaan kata-kata tersebut (walaupun hal itu tidak diniatkan).

Kedua, yang harus diperhatikan dalam komunikasi di level yang sama ini adalah faktor psikologis orang yang kita ajak bicara. Artinya, jangan memberikan sebuah informasi dengan cara ’menggurui’ seolah-olah orang yang kita ajak bicara itu tidak mengerti. Pemahaman situasi psikologis ini akan menyebabkan kita memilah dan memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang sejajar tersebut.

Ketiga, bahasa tubuh yang digunakan tidak boleh yang bersifat agresif dan invasif. Setiap gerak tubuh harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga tidak ada pihak yang merasa tersenggol ’ego’-nya secara negatif dan destruktif. Ketiga faktor berkomunikasi secara horizontal ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal kepada penuturnya jika dicamkan dan dilaksanakan dengan baik pada saat berkomunikasi dengan pihak manapun yang kita anggap paralel, apakah itu dalam hal


(33)

status ekonomi, posisi kerja, pengalaman dan pengetahuan, dll. (Stewart L.Tubbs-Sylvia Moss 1996 : 168)

Lateral atau horizontal communication mengambil tempat satu level dalam organisasi. Sebagai contoh, di dalam tim, diantara kepala departemen dan diantara pengkoordiansi dan peranan penghubung. Terkadang, semakin cepat dan semakin efektif sebuah pesan terkirim secara horizontal daripada upward maupun downward.

Horizontal communication yang bagus sering menghalangi persaingan, perilaku teritorial, dan spesialisasi fungsi pekerjaan yang berlebihan, yang dapat semakin mempertegas batas in group/out group, penggunaan jargon ataupun meniadakan kode-kode dan keseganan untuk membagi informasi.

Komunikasi lateral atau horisontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan kerja mereka. Karena jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi lateral ini lebih cepat daripada komunikasi ke atas atau ke bawah secara hirarkis. Komunikasi horisontal terjadi antara orang-orang yang pada tingkat yang sama atau orang-orang yang pada tingkat yang berhubungan pada divisi yang berbeda dalam suatu organisasi.

Komunikasi horisontal yang efektif dapat membantu orang-orang untuk mengkoordinasikan proyek menyelesaikan masalah, memberikan pemeriksaan informasi, memecahkan konflik-konflik dan membuka jalan bagi terciptanya hubungan-hubungan bisnis. Seringkali komunikasi horisontal terhalang karena kecemburuan, hambatan spesialisasi teknis, atau lokasi yang terpisah dan terlalu banyak arus informasi yang diterima pegawai untuk memproses data secara tepat. Sebagi contoh, orang-orang pada suatu unit mungkin merasa bahwa mereka bersaing dengan staf produksi untuk semua jenis „rembesan“ bonus, informasi, posisi baru, dan


(34)

sebagainyap dan mungkin berupaya membatasi jumlah informasi yang dibagikan. Oleh karena itu manajer yang berwawasan luas akan menciptakan suatu lingkungan yang lebih menghargai suatu bentuk kerjasama daripada persaingan jadi. Mereka berupaaya meningkatkan lingkungan komunikasi seluruh organisasi. Pengenalan dan penghargaan terhadap suatu kelompok-suatu tim- pegawai adalah satu cara untuk mendorong rasa jiwa kerja sama.

1.5.5) Efektivitas kerja

Efektivitas kerja pegawai yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Adapun pengertian efektivitas menurut para ahli diantaranya sebagai berikut :

Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut : “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelas bila sasaran atau tujuan yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka pekerjaan akan efektif, sebaliknya bila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.


(35)

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus: “Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target= 1, jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai”.

Efektivitas kerja terdiri dari dua kata yaitu efektivitas dan kerja. Menurut Richard M. Steers (1980 : 1), efektivitas yang berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

I.6. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sabagai berikut:

Gambar 1.2 Model Teoritis

1.7. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil peneltian yang dicapai dapat mengantar peneliti pada rumusan hipotesa.

KOMUNIKASI

HORIZONTAL

EFEKTIVITAS

KERJA


(36)

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konsep yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal yaitu terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempuyai atasan yang sama.

b. Efektivitas Kerja

efektifitas kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas itu diselesaikan, dan tidak terutama menjawab bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Diukur dengan indikator kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan, teknik penyelesaian pekerjaan, keterampilan melaksanakan proses pekerjaan, mutu/kualitas pekerjaan yang dihasilkan, kemampuan, menyelesaikan pekerjaan

Konseptualisasi

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Komponen

Komunikasi Horizontal •

Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

• Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan

• Untuk memecahkan masalah

• Untuk memperoleh pemahaman bersama

• Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan


(37)

Komponen Efektifitas kerja

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran telah tercapai

1. kuantitas, 2. kualitas, 3. waktu

1.8. Deskripsi Operasional Variabel

Secara operasional variabel perlu didefinisikan yang bertujuan untuk menjelaskan makna variabel penelitian. Singarimbun sebagaimana dikutip Ridwan (2004) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.:

1. Variabel Komunikasi Horizontal

Variabel Komunikasi Horizontal terdiri dari: a. Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

b. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan c. Untuk memecahkan masalah

d. Untuk memperoleh pemahaman bersama

e. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan f. Untuk menumbuhkan dukungan antar pesona

2. Variabel Eefektifitas Kerja

terdiri dari: efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai.

1. kuantitas, 2. kualitas, 3. waktu


(38)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Komunikasi

II.1.1) Pengertian Komunikasi

Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan komunikasi akan timbul jika seorang manusia mengadakan interaksi dengan manusia lain, jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi timbul sebagai akibat dari adanya hubungan social. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Wiryanto,2004:5)

Harold laswell dalam karyanya Strukture and Function of Communication in Society (Effendy, 2000:10), mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima, yaitu:


(39)

2. Pesan (Message) 3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communicant,communicate,receiver, recipient) 5. Efek (Effect, impact, influence)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, keragu-raguan, kekawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses komunikasi adalah:

- Sender (komunikator), yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding (penyandian), yaitu proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

- Message (pesan), merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media (Saluran), yaitu tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan

- Decoding (pengawasandian), yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

- Receiver, yakni komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response (tanggapan), yaitu seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

- Feedback (umpan balik), yaitu tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise, yaitu gangguan yang tidak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertauan dengan proses pengawasandian oleh komunikan. Wilbur Schramm melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang pengalaman (Field of experience) komunikator dengan bidang pengalaman


(40)

komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Komunikator akan dapat menyandi dan komunikan akan dapat mengawasandi hanya dalam istilah- istilah pengalaman yang dimiliki masing-masing.

Dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Jadi, meskipun antara komunikator dengan komunikan terdapat perbedaan dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan, ideologi, dan lain-lain, jika komunikator bersikap empatik, komunikasi tidak akan gagal. Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat dan pendengarnya. (Effendy, 2000:18)

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

II.1.2) Komponen Komunikasi a. Lingkungan komunikasi

Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi: 1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau

berwujud.

2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,


(41)

3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.b. Sumber-Penerima Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.


(42)

c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya


(43)

kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e. Pesan

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.f. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).g. Umpan Balik


(44)

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

h. Gangguan

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.i. Efek Komunikasi


(45)

yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.j. Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan. Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan


(46)

memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang


(47)

setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

II.1.3) Tujuan Komunikasi

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a. Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak


(48)

jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."

Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.


(49)

b.Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.

c. Untuk meyakinkan

Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.


(50)

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.

II.1.4) Proses Komunikasi

Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:

1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.


(51)

2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dance menegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.

Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak.

Sekarang kita mencoba memahami proses komunikasi antarmanusia yang disajikan dalam suatu model berikut:

Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:

1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. 2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber

menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa


(52)

lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar.

3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki.

4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.

5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi.

II.2. Komunikasi Organisasi

Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama.


(53)

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi (2000:50), komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:


(54)

1. Komunikasi antar pribadi

Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama.

2. Komunikasi kelompok

Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.

3. Komunikasi massa

Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.

Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:

1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.

2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.


(55)

3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.

Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:

3. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan.

4. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.

Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).

Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald


(56)

Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)

c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)

d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.


(57)

3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik

e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.

II.2.1) Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:

1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi


(1)

Tabel 29

Komunikasi untuk menumbuhkan dukungan antar pesona diantara Bidang yang ada di Kantor dapat membantu untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai

waktu yang ditentukan

No Uraian Frekuensi (%)

1 2 3 4 5 Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

24 11 - - - 68,6 31,4 - - -

JUMLAH 35 100,0

Sumber : Angket Penelitian, 2011

Berdasarkan tabel 29 di atas menunjukkan data tentang Komunikasi untuk menumbuhkan dukungan antar persona diantara bidang yang ada di kantor untuk dapat membantu untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebesar (68,6 persen), yang menjawab setuju sebanyak (31,4 persen).

Uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam bentuk menumbuhkan dukungan antar persona yang dilakukan ternyata berpengaruh terhadap cepatrnya pekerjaan yang diselesaikan. Artinya efektifitas kerja dalam dimensi waktu dapat terbantu dengan adanya bentuk dukungan antar persona.


(2)

B A B V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian pada bagian terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan tentang peranan komunikasi horizontal dan efektivitas kerja pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut :

1. Komunikasi Horizontal sangat intens dilakukan oleh pegawai pada kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

2. Komunikasi horizontal yang dimaksudkan disini adalah bentuk komunikasi horizontal yang bertujuan untuk :

a) Untuk mengkordinasikan penugasan kerja

b) Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan c) Untuk memecahkan masalah

d) Untuk memperoleh pemahaman bersama

e) Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan f) Untuk menumbuhkan dukungan antar persona

3. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk untuk pengkoordinasian

penugasan kerja sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

4. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara


(3)

5. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk untuk memecahkan masalah sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

6. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk untuk memperoleh pemahaman

bersama sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas

Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara

7. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk untuk mendamaikan, berunding,

dan menengahi perbedaan sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja

pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

8. Peranan komunikasi horizontal dalam bentuk Untuk menumbuhkan dukungan antar persona sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.

9. Peranan komunikasi horizontal sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara

V.2. Saran-saran

Untuk lebih meningkatakan Efektifitas Kerja kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Peningkatan pemahaman pegawai/aparatur tentang komunikasi organisasi, budaya

organisasi yang berorientasi pada kepentingan dan tuntutan masyarakat atau pengguna jasa publik.

2. Meningkatkan responsivitas perilaku aparatur birokrasi terhadap tuntutan pengguna jasa publik atau masyarakat yang semakin meningkat sejalan dengan perkembangan keadaan saat ini.


(4)

3. Penerapan kebijakan yang implementatif dalam arti yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di Sumatera Utara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Astrid S. Susanto-Sunarto, 1995, Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta.

communication theory, Allyn and Bacon, 916 halaman

Charles V. Larson, 1986, Persuasion: Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing Company, California.

Deborah Tannen, 1996, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Effendi, Onong Uchyana , 1993, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, CV. Remaja Karya, Bandung

_______________________, 2000, Dimensi-Dimensi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

Golghaber, Gerald, M, 1990, Organisation Comunication, Brown Publisher, USA Handoko (1997, Organisasi Perusahaan: Teori dan Praktek, BPFE, Yogyakarta Hasibuan, SP, M. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hatch, Mary Jo, 1997. Organization Theory: Modern, Symbolic, and Postmodern

Perspective. Oxford University Pers.

Joseph A. Devito,1997, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta.

Larry King, Bill Gilbert, 2002, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Miftah Thoha, 1996, Perilaku Organisasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Nawawi, Hadari, 1995, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Yogyakarta, Gajah Mada

Universitas Press.

Nur Cahya, 1986, Kamus Administrasi Perkantoran, Yogyakarta

Pitzberg dan Cupach, 1989, Handbook of Interpersonal Competence Research

Prasetyo Budi Saksono (1984 Dunia Ekuin Dan Perbankan, Volume 9,Masalah 23-24,

Rakhmat, Jalalluddin, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung


(6)

Richard & M. Steers,1980, Organizational effectiveness: a behavioral view

Richmond, Virginia P. & James C. McCroskey. 1992. Organizational Communication for Survival. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Robbins, Stephen P.,dan Judge, Timothy A.2008. Perilaku Organisasi 1. Jakarta: Salemba Empat.

____________________________________,2008. Perilaku Organisasi 2. Jakarta : Salemba Empat.

Ronald Adler dan George Rodman, Understanding Human Communication, 1997 Ruslan, Rosady,1998, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta. Schermerhorn, 1998, Management, Willey inc.

Sondang P. Siagian, 2001, Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Singarimbun, M dan Effendi. S, (1989), Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES. Sutarto (1978:95 Dasar-dasar Organisasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss, 1994, Human Communication, PT. Remaja

Rosdakarya, Bandung

R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung.