67
3.1.5. Kualuh
Pada malam yang sama juga terjadi pembantaian di Istana Yang Dipertuankan Kualuh di Tanjung Pasir. Kira-kira pukul 12 malam, istana itu didatangi oleh berates-
ratus orang laskar yang tidak dikenal lengkap dengan senjatanya melepaskan tembakan berpuluh-puluh kali dan meminta pintu istana dibuka.Setelah dibuka,
masuklah beberapa orang bersenjata mengancam perempuan-perempuan yang ada di tengah malam itu.Dan mencari Sultan.Yang Mulia Tengku Manyur Syah ditembak
dengan senapan dan kena di lengannya, karena disangka telah mati, kemudian pemimpin perusuh itu pergi.Keluarga Sultan juga dibunuh.Kepala Tengku Darman
Syah dipenggal. Sementara Tengku Ibrahim, Kepala Distrik di situ juga turut disiksa. Ia ditembak di depan ratusan orang pada 5 Maret, setelah sebelumnya disiksa dalam
perjalanan menuju rumah sakit untuk menolong Tengku Mansyur Syah. Kemudian tubuhnya yang kelelahan dikubur hidup-hidup.Pada 7 Maret, Mr. Loeat Siregar,
Wakil Ketua PKI Sumatera sebagai Wakil Residen NRI dan Sarwono, Ketua Pemuda PKI sekaligus Kepala Pesindo Pusat Sumatera beserta pimpinan-pimpinan lain datang
ke Tanjung Pasir. Mr. Loeat Siregar menerangkan, bahwa penangkapan-penangkapan yang telah terjadi adalah pekerjaan “Revolusi Sosial” yang disetujui pemerintah dan
yang telah terjadi belumlah cukup dan masih akan berjalan terus, dan akan makan korban yang lebih banyak.
90
90
Ibid. Hal. 514-516
68
3.1.6. Langkat
Gesekan dan perang dingin antara Kerajaan Langkat dengan laskar-laskar pun terus terjadi, hingga ketegangan memuncak pada 3 Maret 1946. Malam itu, Bupati
Tengku Amir Hamzah beserta seluruh pembesar kerajaan diculik dan dibawa ke Kebon Lada daerah Pungai.Amir Hamzah adalah Pangeran Langkat Hilir sekaligus
seorang penyair besar yang turut menggelorakan gerakan anti kolonialisme melalui gagasan Indonesia.Mereka kemudian disiksa dan dipancung oleh algojo Mandor
Iyang, orang yang pernah mengabdikan diri di Istana Kerajaan Langkat.
91
Akan tetapi, Sultan Mahmud tak turut dibunuh.Ia ditangkap dan diasingkan hingga kemudian wafat karena sakit. Kedua putri Sultan Mahmud sempat diperkosa
di depan Sultan Mahmud sendiri, dan kisah pemerkosaan itu menjadi cerita turun temurun di keluarga mereka hingga saat ini. Pada memoar itu juga tercantum kutipan
dari Tengku Amaliah, istri Tengku Amir Hamzah, yang menceritakan kisah suaminya yang diculik.Kutipan itu diambil dari buku hariannya.
92
Di hari yang sama, sekitar dua jam dari Binjai, tepatnya di Istana Kesultanan Langkat, Tanjung Pura. Orang-orang dari kelompok yang sama menyerang serta
merampas harta Sultan Mahmud Abdul Jalil Rahmadsyah, Sultan Langkat masa itu. Ia dikumpulkan bersama penghuni istana lainnya. Mereka dibawa ke Hutan Sawit
Seberang.Di tengah perjalanan, rombongan ini dipecah dua.Kelompok pertama berisi pejabat istana dibawa ke sungai dekat Hutan Sawit Seberang.Mereka dibunuh di situ.
91
Ibid.Hal 494.
92
http:www.lenteratimur.commaret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam diakses 24 Maret 2015.Pukul
13.28 WIB.
69 Sedangkan Sultan Mahmud, istrinya dan ketiga putrinya lanjut dibawa ke Hutan
Sawit Seberang.
93
Di sanalah mereka bertemu dua orang dari PKI. Dari sana Sultan Mahmud akan dibawa lagi seorang diri. Istri dan putrinya seketika histeris.Tak terima.Kedua
komunis itu memanfaatkan situasi.Mereka bilang jika ingin selamatkan nyawa sultan, ketiga putrinya harus bersetubuh dengan mereka.Tapi dua putrid sultan yang remaja
memohon untuk melepaskan adik mereka yang masih di bawah umur.Permintaan pun disepakati.Sultan Mahmud hilang beberapa hari.Pasukan sekutu di Medan
memerintahkan dokter kesultanan Langkat dan pasukan sekutu di Langkat untuk mencarinya.Tahu hal itu, kedua komunis tadi malah membawa Sultan Mahmud dan
rombongan lebih jauh ke pedalaman, ke Perkebunan Namu Unggas. Di sana rombongan diserahkan ke laskar pimpinan Abu Daud. Dua minggu setelahnya
rombongan Sultan Mahmud dipindahkan ke Batang Serangan, lalu ke Tanjung Selamat. Di sini, rombongan Sultan Mahmud dibagi dua lagi: dua putrinya
dikembalikan ke Sawit Seberang. Sultan beserta istri dan putrid bungsunya dibawa ke Berastagi.Ikut juga bersama mereka beberapa tawanan Sawit seberang, berisi kerabat
Kesultanan Langkat.
94
Setelah mengetahui bagaimana kronologi gerakan yang terjadi di setiap daerah di Sumatera Timur, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data yang
3.2.Analisis Pola Gerakan Sosial Politik di Sumatera Timur pada Maret 1946
93
SUARA USU. 2014.Catatan Sejarah di Maret Berdarah.Majalah Pers Mahasiswa SUARA USU Ed. V.
94
Hasil wawancara dengan Tengku Zulkifli pada tanggal 23 Mei 2015 pukul 11.00 WIB.
70 diperoleh selama penelitian berlangsung dengan menggunakan teori struktur
kesempatan politik atau Political Opportunity Structures POS. Teori kesempatan struktur politik atau POS yang dipakai adalah model milik
Dough McAdam dan Peter Eisinger.Kedua model sama-sama menjelaskankesempatan struktur politik bukan satu-satunya variabel penjelas yang
relevan terhadap sebuah gerakan sosial yang terjadi. Namun, berbeda dengan Eisinger yang mengklaim bahwa ada beberapa faktor lain yang harus disertakan dalam
menjelaskan tindakan politik, model McAdam justru menunjukkan hanya satu faktor yang bisa menjelaskan. Namun, dalam diskusi tentang model McAdam menyebutkan
faktor-faktor lain juga. Misalnya, tidak hanya tingkat organisasi penduduk kekuatan organisasipribumi, tetapi tingkat organisasi dari penduduk yang dirugikan yang
tidak terwadahi organisasi apa pun. Dengan begitu, keluhan atau protes penduduk adalah faktor lain.Kita bisa menyimpulkan bahwa Eisinger serta McAdam percaya
bahwa di samping POS itu sendiri, ada beberapa variabel lain mempengaruhi tindakan politik.
71
Gambar 3.1 Diagram Sebab-Akibat Milik McAdam
Mekanisme POS yang dikemukakan Eisinger berupaya menjelaskan bahwa gerakan sosial terjadi disebabkan perubahan dalam struktur politik yang dilihat
sebagai kesempatan.
95
• The nature of the chief executive atau Sikap Kepala EksekutifPemerintahan
Aktor Ada empat hal yang menyajikan definisi sekaligus mendasari
POS, yaitu:
• The mode of aldermanic electionatau cara pemilihan legislatif daerah
• The distribution of social skill and statusatau distribusi dari kemampuan dan
status sosial. •
The degree of social disintegrationatau derajat dalam disintegrasi sosial.
95
Eisinger, Peter. 2009. Theories of Political Protest and Social Movement: A Multidisciplinary Introduction, Critique, and Synthesis. USA and Canada: Routledge.
72 Dalam preposisi yang diajukan seperti pada keterangan di atas terlihat bahwa
poinA dan B berbicara mengenai struktur, sedangkan poin C dan D berbicara mengenai agen atau aktor. Faktor-faktor tersebut, secara individu maupun kelompok,
merupakan faktor untuk mencapai tujuan politik atau bisa juga menghambat tujuan politik tersebut.Selain itu, terdapat pula faktor governmental responsiveness dan level
of community resources yang dapat membantu pencapaian tujuan politik. Eisinger menekankan bahwa protes adalah sebuah fungsi dari kesempatan
politik.Protes juga merupakan tahapan yang paling rendah sebelum terjadinya gerakan sosial.Ada dua hipotesa mengenai fungsi tersebut, yaitu model linier dan
model curvilinier. Dalam model linier, protes adalah bentuk dari frustrated response, ketika POS rendah maka protes akan tinggi, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka
protes akan menurun. Dalam model curvilinier, ketika POS rendah maka protes juga rendah, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka akan meningkatkan protes. Protes
pertama-tama akan meningkat dan kemudian menurun ketika POS meningkat. Hal ini disebabkan adanya ekspektasi yang meningkat akan terpenuhinya permintaan
individu terhadap politik. Menurut definisinya, Eisinger membagi POS menjadi dua, yaitu definisi
objektif dan definisi subjektif.Dalam definisi objektif, POS dikaitkan dengan struktur kesempatan sebagai variabel yang memengaruhi kemungkinan tercapainya tujuan
dari individu ketika kelompok-kelompok aktif secara politik.Perubahan lingkungan yang mengubah tujuan dari pencapaian tujuan tersebut.Kemungkinan secara objektif
ini dilihat berdasarkan pihak luar.Berbeda dengan definisi objektif, definsi subjektif
73 melihat tujuan tergantung pada indvidu.Faktor lingkungan dianggap memengaruhi
tindakan politik. Perubahan dalam lingkungan politik menaikkan perubahan dalam ekspektasi subjektif akan suksesnya pencapaian tujuan.
Eisinger mengemukakan pula variabel tentang sebuah kemunculan gerakan sosial yang mempergunakan mekanisme POS. Pertama, gerakan sosial muncul ketika
tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan.Kedua, gerakan sosial muncul ketika keseimbangan politik sedang tidak stabil dan
keseimbangan politik baru belum terbentuk.Ketiga, gerakan sosial muncul ketika para elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku
perubahan sebagai kesempatan.Keempat, gerakan sosial muncul ketika para pelaku perubahan bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan
perubahan.
96
96
Maka jika merunut pada penjelasan Eisinger tentang variable di atas, gerakan yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946 sudah dimulai sejak berita
kemerdekaan masuk ke Sumatera Timur pada Oktober 1945. Sebab, jika menilik proses pertama mekanisme POS milik Eisinger ini, pada masa tersebarnya kabar
kemerdekaan di Sumatera Timur, tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan. Keseluruhan dinamika politik yang yang biasanya diatur
Belanda melalui Kerajaan-Kerajaan yang ada mulai longgar keleluasaannya.
https:satwikobudiono.wordpress.com20130124struktur-kesempatan-politik-gerakan-perempuan-di- indonesia
. Diakses pada 28 Maret 2015.Pukul 10.04 WIB.
74 Kota Medan pada Agustus 1945 diselimuti oleh konflik politik dan sosial
yang jauh lebih serius dibandingkan dengan masa sebelumnya.Baik di Medan maupun di kota-kota lainnya di Sumatera Timur, tidak terdapat kepemimpinan
tunggal yang dapat mempersatukan semua golongan atau faksi yang bertikai.Sebagian masyarakat masih mengharapkan hasirnya kembali penguasa lama
dan mereka tidak ingin berlindung di bawah Republik yang belum jelas.Hal ini menyebabkan kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jawa baru bisa menyebar
pada Oktober 1945 di Sumatera Timur. Setelah proklamasi kemerdekaan, raja-raja Melayu bersikap tunggu dan
lihat.Namun, ada beberapa tokoh kerajaan yang berlangsung menunjukkan sikap simpati kepada Belanda, seperti Datuk Jamil dan Tengku Musa. Sultan Serdang,
Langkat, dan Asahan setelah berunding dengan para pemuda yang tergabung dalam BPI baru mau mengibarkan bendera merah putih. Sementara Sultan Deli secara
terang-terangan tidak mengakui kedaulatan Republik.
97
Hal-hal macam begini yang terlihat jelas sebagai sebuah keterbukaan lembaga-lembaga politik yang ada di Sumatera Timur.Para Sultan yang
melambangkan kekuatan eksekutif di keresidenan ini jelas memperlihatkan kegamangan sikap atas kabar kemerdekaan Indonesia.
98
97
Suprayitno. Op.cit. Hal 61.
98
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 27 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
Hal ini juga sekaligus menggambarkan poin kedua Eisinger, di mana keseimbangan politik tidak stabil dan
keseimbangan politik baru belum terbentuk.
75 Tanggal 10 Oktober 1945 tentara SekutuInggris dari Divisi India ke-26 di
bawah pimpinan Brigadir T.E.D. Kelly menduduki tiga kota penting di Sumatera yaitu, Medan, Palembang dan Padang. Kedatangan tentara Sekutu dan Netherlands
Indies Civil Administration NICA mempertebal semangat penentang Republik, yang sejak zaman Jepang mengkhawatirkan kelangsungan kekuasaannya. Di bawah
perlindungan NICAInggris mereka menganggap impiannya untuk membangun keadaan seperti sebelum Perang Dunia II akan tercapai. Sebaliknya pendukung
Republik memandang kerjasama sekutu, NICA, dan kerajaan sebagai ancaman terhadap Republik.Akibatnya berkobarlah sentiment anti-Belanda, antifeodal, dan
anti-asing.Meskipun demikian, dalam barisan Republik terdapat perpecahan antara golongan moderat dan radikal.Perpecahan itu bersumber pada kebijaksanaan
diplomasi yang diterapkan oleh golongan moderat.Tokoh-tokoh moderat seperti T.M. Hasan tetap mengikuti kebijaksanaan Pemerintah Republik di Jawa.Sementara para
pemuda yang tergabung dalam BPI, BKPI, National Control semakin tidak sabar dengan pendekatan Hasan yang hanya memberi napas lebih lama kepada NICA dan
kerajaan.Akibatnya, bentrokan hebat segera terjadi, setelah terang-terangan ada konspirasi antara NICA-Inggris dan kerajaan.Tercatat selama Oktober sampai
Desember 1945 telah terjadi bentrokan bersenjata antara pemuda-pemuda Republik dengan sekutu dan NICA.Di antaranya adalah Peristiwa Jalan Bali, Peristiwa Siantar
Hotel, Peristiwa Berastagi, dan Peristiwa Jalan Serdang.
99
99
Suprayitno. Op.cit. Hal 61.
Peristiwa Jalan Bali dan Siantar Hotel telah memicu semangat para pemuda untuk berdiri teguh di belakang
Republik.Bagi mereka peristiwa itu merupakan sinyal dimulainya perjuangan
76 melawan musuh-musuh Republik.Darah orang Belanda dan kaki tangannya harus
ditumpahkan demi Revolusi Nasional. Kemerdekaan Indonesia sendiri menciptakan paham-paham baru dalam
berbangsa. Islam, Komunisme, dan Sosialisme menjadi yang paling populer. Papan- papan baliho di sepanjang jalan di kawasan Sumatera Timur ini dipenuhi jargon-
jargon semacam “Darah orang Belanda dan kaki tangannya harus ditumpahkan demi Revolusi Nasional”.
100
Kemerdekaan telah menggoyahkan sistem politik yang berjalan selama ini sejak saat kolonialisme yang dilakukan Belanda dan masa
pemerintahan Jepang.Sementara sistem pemerintahan Indonesia belum jelas, sebab kesepakatan membentuk Negara Republik dilakukan sejumlah tokoh nasional saja.
Sementara tak semua daerah di Indonesia menginginkan hal yang sama, atau setidaknya belum siap seperti Keresidenan Sumatera Timur.
101
Lantas seperti poin ketiga mekanisme POS milik Eisinger, gerakan sosial muncul ketika para elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini
dipergunakan oleh para pelaku perubahan sebagai kesempatan.Volksfront yang merupakan gabungan dari sejumlah organisasi kemasyarakatan yang terbentuk sejak
zaman pra-kemerdekaan jelas melihat kondisi ini.Konflik elite politik memang jelas
100
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
101
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
77 terjadi di mana-mana, baik di pusat Jakarta, juga di daerah-daerah seperti Sumatera
Timur.
102
Volksfrontyang merupakan aliansi berbagai macam organisasi perjuangan di Sumatera Timur—di mana pejabat terasnya adalah pimpinan-pimpinan Gerindo,
Partai Komunis Indonesia PKI, dan Partai Nasional Indonesia PNI atau golongan pemuda radikal yang prorepublik.Masa antara 1945-1947 adalah masa–masa revolusi
fisik di mana jargon-jargon nasionalisme, antifeodalisme, dan imperialisme merupakan senjata untuk mencegah kembalinya kekuasaan penjajah.Para pemimpin
organisasi dan sebagian masyarakat memandang kekuasaan feodal sebagai penghalang revolusi nasional Indonesia yang mengandung nilai-nilai anti-
kolonialisme, antifeodalisme, nasionalisme, patriotisme, dan demokrasi merupakan gejolak-gejolak yang mendorong revolusi sosial.Golongan bawah yang merupakan
objek eksploitasi kolonial yang dihasilkan oleh kolaborasi pemerintah Hindia Belanda, planters, dan kaum bangsawan menganggap saat ini adalah waktu yang
tepat untuk melampiaskan dendamnya.Golongan ini sangat mudah memobilisasi.
103
Sementara konflik antara Pro-Republik dan pihak-pihak gamang makin jelas tampak terutama di Sumatera Timur, kelompok Volksfront jelas sekali memanfaatkan
kesempatan ini untuk bergerak.Mereka memanfaatkan konflik yang ada untuk
102
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
103
Sinuhaji, Wara. 2007. Ibid.
78 menekan pihak-pihak yang dianggap tidak pro kepada Republik, terutama raja-raja di
keresidenan Sumatera Timur yang sebagiannya jelas menolak.
104
Dari paparan teoritis ini, gerakan sosial politik muncul akibat adanya ketidakpuasan yang selanjutnya disulut oleh agitasi dan provokasi dari pihak-pihak
yang berkepentingan dengan menunjukkan kelemahan atau rasa kebencian pada rezim yang akan dijatuhkan. Artinya suatu revolusi tidak pernah berjalan spontan, dia
berada dalam posisi direncanakan secara rapi dengan memanfaatkan situasi ketidakpuasan publik.
105
Gerakan sosial dalam proses politik memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan struktur politik. Prosesnya melalui pembentukan identitas bersama yang
tersusun secara legal dan terlegitimasi.Perubahan struktur politik didalamnya mencakup banyak aspek.Diantaranya meliputi tradisi kebudayaan dan politik, rasa
kebersamaan, ideologi, serta praktik hegemoni.Teori proses politik dalam gerakan sosial menekankan pada isu sosial makro yang memungkinkan tumbuhnya gerakan
sosial. Menurut McAdam, ekonomi dan khususnya politik menjadi faktor utama yang berkepentingan dalam gerakan sosial.
Jadi sangat tidak benar bila dikatakan bahwa pembantaian massal di Sumatera Timur itu adalah suatu peristiwa yang berjalan spontan.
106
104
Hasil wawancara dengan Bapak Suprayitno pada tanggal 26 Juli 2015 pukul 13.37 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, USU.
105
Hasil wawancara dengan Bapak Phil Ichwan Azhari pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 12.59 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sejarah, Unimed.
106
Marc Hooghe. 2005. Ethnic Organisations and Social Movement Theory: The Political Opportunity Structure for Ethnic Mobilisation in Flanders. Routledge. Journal of Ethnic and Migration Studies
Vol. 31, No. 5, September 2005.
79 Sehingga dapat digambarkan, bahwa pola gerakan sosial politik yang terjadi
di Sumatera Timur pada Maret 1946 tersebut sesuai dengan pola gerakan sosial politik milik Eisinger dengan teori POS. Berikut adalah gambaran pola tersebut:
Gambar 3.2 Pola Gerakan Sosial Politik yang Terjadi di Sumatera Timur
Gerakan sosial politik di Sumatera Timur yang akhirnya meledakan peristiwa berdarah pada Maret 1946 sudah jelas bukanlah gerakan yang terjadi spontan.Semua
telah direncanakan oleh Volksfront sebagai pelakuaktor utama.Gerakan ini jelas dibangun dari sentimen pasca kemeredekaan yang muncul terhadap kerajaan-kerajaan
yang dianggap tidak pro kepada republik.Seperti gambar di atas, gerakan sosial yang terjadi bermula dari kekekuatan organisasi pribumi yang bersatu diwadahi
Volksfront.Melalui organisasi, isu-isu politis disampaikan agar terbentuk kekuatan
80 masa yang besar.Hal ini sesuai dengan model POS milik McAdam yang
menerangkan bahwa, kekuatan organisasi begitu besar dalam terjadinya sebuah gerakan sosial.Pasalnya, perekrutan dan pembekalan ilmu terjadi di sini.Sehingga
dapat membentuk pandangan baru bagi individu-individu.Dalam kasus gerakan sosial politik di Sumatera Timur ini, para aktor yang ikut membantai bangsawan sudah
terlebih dahulu dibekali pengetahuan dan doktrin-doktrin khusus dari Volksfront secara khusus dan organisasi-organisasinya sendiri secara umum.Misalkan, perkara
ekonomi.Sebagaimana kencangnya jargon menghalalkan darah NICA dan antek- anteknya, masalah ekonomi ini juga jadi isu yang turut diembuskan kencang.Bahwa
pihak kerajaan menikmati kekayaan mereka dari pajak yang diberikan para buruh perkebunan.
Di dalam organisasi itu pula, menurut McAdam, terjadi proses memperluas kesempatan politik. Di dalamnya, selain individu diberikan doktrin-doktrin tertentu,
juga sekaligus diajarkan keuntungan-keuntungan apa saja yang diberikan jika tujuan organisasi bisa tercapai. Hal inilah yang akhirnya bisa membentuk protes dari
individu-individu yang ada terhadap keadaan sosial politik yang tengah berlangsung.Sehingga jika protes-protes individu ini dikumpulkan, maka tak mustahil
sebuah gerakan sosial politik bisa terjadi. Maka dari itu, tak heran mengapa gerakan sosial politik yang terjadi di
Sumatera Timur itu dapat terjadi dengan begitu sistematis.Sebab, pola gerakannya juga terangkai begitu rapi jika dikaji dengan teori POS ini.
81
3.3. Bukan Sebuah Revolusi Sosial
Peristiwa berdarah pada Maret 1946 di Sumatera Timur jelas adalah sebuah gerakan sosial yang berlandaskan pikiran dan tindakan politis.Namun, gerakan ini tak
sepenuhnya bisa dikatakan sebuah revolusi sosial.Sebab, dalam teknis, terjadi begitu banyak keganjilan.Hal inilah yang peneliti temukan dari data pustaka dan hasi
wawancara yang telah dilakukan. Kekerasan yang terjadi selama bulan Maret 1946, telah melenyapkan semua
kerajaan di Sumatera Timur.Hegemoni Melayu yang dibangun sejak masa colonial Belanda, dalam tempo beberapa hari runtuh disapu ganasnya gerakan tersebut.Semua
hak istimewa atas tanah dicabut.Tanah-tanah perkebunan dibagikan kepada buruh- buruh dan petani non-Melayu.Para petani Melayu akhirnya terusir dari tanah
perkebunan yang mereka kerjakan berdasarkan kontrak sebelum perang.Hak istimewa orang Melayu terutama atas tanah Jaluran di perkebunan dicabut.Ketegangan etnis di
Sumatera Timur semakin meningkat. Hubungan kerajaan dengan Republik telah terputus sama sekali dan sebagian pemimpin kerajaan mengharapkan bantuan
perlindungan dari InggrisBelanda. Dengan dihapuskannya pemerintahan kerajaan, ribuan petani menduduki tanah-tanah perkebunan.
Di samping itu gerakan yang terjadi menyebabkan sebagian besr masyarakat Cina dan Indo-Eropa secara tegas menentang Republik.Demikian juga ada orang
Jawa, Batak, dan Ambon yang berpendirian moderat masuk ke dalam kubu kerajaan Belanda, karena mengkhawatirkan adanya dominasi kaum radikal dalam Pemerintah