WIB. Gerakan Sosial Politik: Studi Deskriptif “Revolusi Sosial” Sumatera Timur

4 Republik Indonesia. 6 Banyak bangsawan meregang nyawa dengan cara brutal. Dan yang paling ‘berdarah’ adalah Kerajaan Langkat, juga Asahan. 7 Namun, dalam penelitian ini, istilah Revolusi Sosial akan diganti dengan istilah Pembantaian Massal. Hal ini disebabkan makna revolusi sosial tak sesuai dengan fakta sebenarnya yang terjadi pada Maret 1946 tersebut. Menurut Kepala Peneliti Pusat Studi Ilmu Sejarah Pusis Universitas Negeri Medan Phil Icwan Azhari, istilah Pembantaian Massal jauh lebih tepat digunakan. Sebab gerakan sosial politik yang terjadi bukanlah revolusi sosial, melainkan sebuah gerakan yang akhirnya kebablasan. 8 Secara teoritis, revolusi adalah wujud perubahan sosial paling spektakuler; sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulangmanusia. Revolusi tidak menyisakan apapun dari keadaan sebelumnya. 9 Perihal Langkat, terjadinya pembantaian tersebut bermula saat Sukarno-Hatta menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta. Kabar tersebut sampai di Langkat setelah utusan dari Sumatera, M. Amir dan Tengku Hassan kembali dari Jawa. Setelah informasi kemerdekaan tersebut menyebar di Sumatera Timur, barulah pada 4 Oktober 1945 bendera Merah Putih dikibarkan di Sehingga memperkuat, bahwa pembantaian ini sukar disebut sebagai sebuah revolusi sosial. 6 Kahin, George McTurnan. 2003. Nasionalism and Revolution in Indonesia.Cornell University Press.Hal 412. 7 http:www.lenteratimur.commaret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam diakses 24 Maret 2015.Pukul

13.28 WIB.

8 Hasil wawancara dengan Bapak Phil Ichwan Azhari pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 12.59 WIB di Kantor Prodi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sejarah, Unimed. 9 Sztompka, Piotr. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial.Jakarta: Prenada Media. TerjHal. 357. 5 Sumatera dan sekitarnya. 10 Selanjutnya, sejak tanggal 22 Oktober 1945, beberapa tentara Sekutu menduduki beberapa tempat penting untuk melucuti senjata dan memulangkan tentara Jepang.Operasi tersebut dimulai dari Gebang, Berahrang, hingga ke beberapa tempat lainnya.Lalu pada akhir tahun saat tentara Sekutu melakukan razia di Tebingtinggi, mereka juga sempat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Sultan Langkat yang saat itu sebagai penguasa daerah.Kaum Komunis dan Kaum Kiri lainnya menggunakan peristiwa ini sebagai fitnah adanya konspirasi bahwa Sultan Langkat adalah orang yang anti Republik. Pada 5 Oktober 1945, Sultan Mahmud yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Istana Kerajaan Langkat kemudian menyatakan penggabungan negaranya dengan Negara Republik Indonesia. 11 Walaupun, pada beberapa literatur mengatakan penyebab pembantaian ini adalah lalainya para Sultan dan Raja menjalankan sistem pemerintahan baru, yaitu demokrasi yang telah dijanjikan sesuai dengan Undang- undang Republik Indonesia. 12 Gesekan dan perang dingin antara Kerajaan Langkat dengan laskar-laskar pun terus terjadi, hingga ketegangan memuncak pada 3 Maret 1946. Malam itu, Bupati Tengku Amir Hamzah beserta seluruh pembesar kerajaan diculik dan dibawa ke Kebon Lada daerah Pungai.Amir Hamzah adalah Pangeran Langkat Hilir sekaligus seorang penyair besar yang turut menggelorakan gerakan anti kolonialisme melalui 10 Pandji Ra’jat. 1947. Akibat Revoloesi Sosial di Soematera Timoer, 43 Familie Sultanaat Langkat Diboenoeh. 11 Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Op. cit. Hal 492-493. 12 Prihantoro, Moegi. 1984. Perang Kemerdekaan di Sumatera 1945-1950. Medan: Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan Tinggi. 6 gagasan Indonesia.Mereka kemudian disiksa dan dipancung oleh algojo Mandor Iyang, orang yang pernah mengabdikan diri di Istana Kerajaan Langkat. 13 Akan tetapi, Sultan Mahmud tak turut dibunuh.Ia ditangkap dan diasingkan hingga kemudian wafat karena sakit. Kedua putri Sultan Mahmud sempat diperkosa di depan Sultan Mahmud sendiri, dan kisah pemerkosaan itu menjadi cerita turun temurun di keluarga mereka hingga saat ini. Pada memoar itu juga tercantum kutipan dari Tengku Amaliah, istri Tengku Amir Hamzah, yang menceritakan kisah suaminya yang diculik.Kutipan itu diambil dari buku hariannya. 14 Itulah alasan mengapa Aziddin dalam bukunya Revolutie Antie Sociaal mengatakan bahwa hari itu adalah hari yang tidak boleh dilupakan oleh seluruh rakyat Indonesia.Ia menyebutnya sebagai hari paling jahat dan paling kejam yang dilakukan oleh Volksfront. Selain dimotori oleh PKI, mereka juga kerap disebut-sebut berasal dari Nasional Pelopor Indonesia Napindo, Pemuda Sosialis Indonesia Suatu pagi di Bulan Maret 1946. Serombongan Barisan Pemuda berbaris sambil bernyanyi-nyanyi lewat di depan Istana Binjai. Sore, beberapa orang datang ke istana mengambil Amir dengan alasan ‘dipinjam’ sebentar. Nanti akan dibawa kembali…. Kini, jika berkunjung ke Mesjid Azizi di Tanjung Pura, kita akan menemukan makam Tengku Amir Hamzah dan petinggi Kerajaan Melayu lainnya, yang telah dipindahkan dari kuburan korban pembantaian di Kebon Lada pada tahun 1948 lalu. 13 Basarshah II, Tuanku Luckman Sinar. Op. cit. Hal 494. 14 http:www.lenteratimur.commaret-berdarah-di-sumatera-timur-67-tahun-silam diakses 24 Maret 2015.Pukul

13.28 WIB.

7 Pesindo, Ku Tui Sin Tai Barisan Harimau Liar, Hizbullah, dan buruh-buruh Jawa dari perkebunan serta kaum tani. 15 Pembantaian ini tak hanya melanda Langkat. Seluruh residen dalam kawasan Sumatera Timur juga mengalami hal yang sama dalam rentang 3-4 Maret 1946. Wilayah kesultanan Melayu di Sumatera Timur terbentang dari perbatasan Aceh Tamiang sampai Siak kini propinsi Riau. Oleh pemerintah Hindia Belanda, disebut sebagai wilayah “keresidenan Sumatera Timur, yang terdiri dari wilayah kerajaan Langkat yang berbatasan dengan Residensi Aceh, kerajaan Deli, Kerajaan Serdang wilayahnya kini dalam Kabupaten Deli-Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, kerajaan Asahan, kedatukan di Batubara, kerajaan Panai, kerajaan Bilah, kerajaan Kota Pinang dan kerajaan Kualuh-Leidong di Kabupaten Asahan dan kabupaten Labuhan Batu, kerajaan Simalungun dan kerajaan-kerajaan di Tanah Karo. Kecuali kesultanan Serdang, seluruh kesultanan Melayu di Sumatera Timur dibantai oleh segerombolan pemuda yang mengatasnamakan berbagai kelompok. 16 Jalannya gerakan sosial politik menurut para sosiolog berada dalam sepuluh tahapan, yang pertama sekali didahului oleh kondisi khas yang disebut “revolutionary prodrome” yang ditandai oleh ketidakpuasan, keluhan, kekacauan, dan konflik yang disebabkan krisis ekonomi atau fiskal. Selanjutnya menjalar pada perpindahan 15 Loc. cit. 16 http:ikhti.blogspot.com201306revolusi-sosial-di-sumatera-timur.html . Diakses pada 26 Maret 2015. Pukul: 16.53. 8 kesetiaan intelektual sebagai hasil agitasi kelompok tertentu dengan cara-cara tertentu seperti penyebaran pamflet atau doktrin yang menentang rezim yang lama. 17 Dari paparan teoritis ini, gerakan sosial politik muncul akibat adanya ketidakpuasan yang selanjutnya disulut oleh agitasi dan provokasi dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan menunjukkan kelemahan atau rasa kebencian pada rezim yang akan dijatuhkan. Artinya suatu revolusi tidak pernah berjalan spontan, dia berada dalam posisi direncanakan secara rapi dengan memanfaatkan situasi ketidakpuasan publik. Jadi sangat tidak benar bila dikatakan bahwa pembantaian massal di Sumatera Timur itu adalah suatu peristiwa yang berjalan spontan. Kasus revolusi sosial yang pertama sekali diungkapkan oleh dr. Amir yang terjadi di Sumatera Timur itu betul-betul suatu gerakan yang sudah direncanakan secara matang oleh kelompok-kelompok yang punya kepentingan dengan pembantaian para kaum bangsawan dan cendekiawan Sumatera Timur itu. Untuk kasus di Sumatera Timur, sudah jelas otak di balik serangkaian tindakan kejam di luar perikemanusiaan itu adalah Markas Agung yang dilaksanakan Volksfront dengan pimpinan utama Sarwono Sastro Sutardjo, Zainal Baharuddin, M. Saleh Umar, Nathar Zainuddin, dan Abdul Xarim MS yang bekerja di balik layar. 18 Sementara, motif lain pembantaian kaum aristokrat dan cendekiawan Sumatera Timur dianggap lebih dominan pada intrik politik dan balas dendam, menurut salah satu saksi mata Maxinius Hutasoit, “Sudah tentu bahwa dalam revolusi 17 Sztompka, Piotr. 2005. Ibid. Hal. 364 18 Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, volume 1 Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, Hal. 628. 9 sosial itu terselundup pula segala macam hal yang sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya secara obyektif dengan persoalan feodal. Kepentingan-kepentingan sendiri diboncengkan, dendam pribadi dibalas, nafsu rendah memperoleh pelampiasannya”. 19 Tidak banyaknya sumber yang bisa menjadi rujukan, menyebabkan peristiwa yang terjadi pada Maret 1946 ini masih diliputi misteri. Sulit mencari apa sebenarnya yang terjadi, bagaimana kronologisnya, siapa aktor yang bergerak dan apa yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Bahkan dalam kajian sejarah di sekolah-sekolah, peristiwa ini tak tersentuh dalam kurikulum. 20 Kejadian ini telah berlangsung lama, sehingga pelaku langsung banyak yang telah berpulang ke Ilahi. Kalaupun ada, kendala utama lainnya cukup jelas: ingatan selalu ada batasnya. 21 Kebanyakan literatur yang ada fokus pada pengungkapan keping-keping sejarah.Mengungkap kronologis pembantaian tersebut.Para peneliti lebih sering datang dari ilmu sejarah.Dan sedikit sekali yang fokus meneliti gerakan sosial yang terjadi.Misalnya, dari politik yang melatarbelakangi terjadinya revolusi sosial ini. Atau bagaimana gerakan ini bisa “sukses” terjadi dan berhasil menewaskan 140 orang, termasuk para penghulu, pegawai didikan Belanda, dan sebagian besar kelas tengku. 22 19 Hutasoit, Marnixius. 1986.Percikan Revolusi di Sumatera. Jakarta: BPK Gunung Mulia.Hal. 46. 20 http:ikhti.blogspot.com201306revolusi-sosial-di-sumatera-timur.html . Diakses pada 26 Maret 2015. Pukul: 16.53. 21 SUARA USU. 2014.Sejarah Kabur, Sejarah Mungkin Terulang. Majalah Pers Mahasiswa SUARA USU Ed. V. 22 Wara Sinuhaji.2007. Op. cit. 10 1.2.Perumusan Masalah Gerakan sosial politik merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam politik yang memiliki pengertian yang berbeda dengan partai politik maupun kelompok kepentingan. Gerakan sosial politik mempunyai pengertian “social movement are collective challenges by people with common purposes and solidarity in sustained interaction with elites, opponents and authorities”. 23 Pengertian tentang gerakan sosial politik juga dikemukakan oleh Rudorf Haberle bahwa gerakan sosial mengandung pengertian gerakan bersama, yaitu suatu bentuk kekacauan di antara manusia, kegelisahan, serta usaha bersama untuk mencapai tujuan yang divisualisasikan, khususnya suatu usaha untuk merubah dalam kelembagaan sosial tertentu. Gerakan sosial ini muncul dikarenakan adanya ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan atau yang biasa dikenal dengan nama deprivasi relatif.Gerakan sosial dapat berkembang meliputi berbagai aspek kehidupan masyrakat.Gerakan ini dapat disisipkan dalam aktivitas ekonomi, sosial, kebudayaan hingga politik. 24 Perkembangan gerakan sosial membawa gerakan sosial menjadi lebih berfokus untuk memanfaatkan aspek politik.Aspek ini dinilai menjadi alternatif paling tepat demi memperoleh tujuannya. 25 Gerakan sosial dalam proses politik memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan struktur politik. Prosesnya melalui pembentukan identitas bersama yang tersusun secara legal dan terlegitimasi.Perubahan struktur politik didalamnya 23 Tarrow. 1994. Power in Movement: Social Movement, Collective Action, and Politics. New York: Cambridge University Press. Hal. 12 24 Ritzer, George. 2005. Encyclopedia of Social Theory. University of Maryland.Hal 753. 25 Ritzer, George. 2005. Ibid. Hal 368. 11 mencakup banyak aspek.Diantaranya meliputi tradisi kebudayaan dan politik, rasa kebersamaan, ideologi, serta praktik hegemoni.Teori proses politik dalam gerakan sosial menekankan pada isu sosial makro yang memungkinkan tumbuhnya gerakan sosial. Menurut McAdam, ekonomi dan khususnya politik menjadi faktor utama yang berkepentingan dalam gerakan sosial. Peristiwa Maret digerakkan oleh Persatuan Perjuangan atau Volksfrontyang merupakan aliansi berbagai macam organisasi perjuangan di Sumatera Timur—di mana pejabat terasnya adalah pimpinan-pimpinan Gerindo, Partai Komunis Indonesia PKI, dan Partai Nasional Indonesia PNI atau golongan pemuda radikal yang prorepublik. Masa antara 1945-1947 adalah masa–masa revolusi fisik di mana jargon- jargon nasionalisme, antifeodalisme, dan imperialisme merupakan senjata untuk mencegah kembalinya kekuasaan penjajah.Para pemimpin organisasi dan sebagian masyarakat memandang kekuasaan feodal sebagai penghalang revolusi nasional Indonesia yang mengandung nilai-nilai anti-kolonialisme, antifeodalisme, nasionalisme, patriotisme, dan demokrasi merupakan gejolak-gejolak yang mendorong revolusi sosial.Golongan bawah yang merupakan objek eksploitasi kolonial yang dihasilkan oleh kolaborasi pemerintah Hindia Belanda, planters, dan kaum bangsawan menganggap saat ini adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan dendamnya.Golongan ini sangat mudah memobilisasi. 26 Maka penelitian ini hadir untuk menjawab pertanyaan: bagaimana gerakan yang dilakukan oleh volksfront berhasil meletuskan gerakan sosial politik pada 3 26 Sinuhaji, Wara. 2007. Ibid. 12 hingga 4 Maret 1946 di Sumatera Timur. Untuk itu disusun rumusan masalah yang akan coba dijawab oleh penelitian ini. Berikut adalah rumusan masalah yang akan dijawab pada bab berikutnya: 1. Bagaimana latar belakang politis di balik gerakan sosial yang terjadi di Sumatera Timur pada 1946? 2. Bagaimana pola gerakan sosial yang terjadi hingga bisa meletuskan pembantaian massal?

1.3. Pembatasan Masalah