12 hingga 4 Maret 1946 di Sumatera Timur. Untuk itu disusun rumusan masalah yang
akan coba dijawab oleh penelitian ini. Berikut adalah rumusan masalah yang akan dijawab pada bab berikutnya:
1. Bagaimana latar belakang politis di balik gerakan sosial yang terjadi di
Sumatera Timur pada 1946? 2.
Bagaimana pola gerakan sosial yang terjadi hingga bisa meletuskan pembantaian massal?
1.3. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan akan mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Pembatasan
masalah yang akan diteliti adalah gerakan sosial politik yang berujung pada pembantaian bangsawan yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946.Definisi
Sumatera Timur yang digunakan adalah definisi Keresidenan Sumatera Timur oleh Belanda.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui latar belakang politis di balik Gerakan Sosial Sumatera Timur pada Maret 1946.
2. Untuk menganalisis pola gerakan sosial politik dalam Gerakan Sosial
Sumatera Timur pada Maret 1946.
13
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang dapat memberikan kontribusi mengenai gerakan sosial politik terkhusus pada
studi pola gerakan sosial politik. 2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapatmemberikan pengetahuan tidak hanya bagi peneliti, tetapi juga bagi akademisi lainnya di berbagai
tingkatan pendidikan. 3.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai referensi rujukan untuk memahami latar belakang politis dalam
Gerakan Sosial yang menyebabkan pembantaian bangsawan di Sumatera Timur 1946.
1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Teori Struktur Kesempatan Politik
Eisinger mengemukakan teori Political Opportunity Structures POS atau struktur kesempatan politik.Mekanisme POS berupaya menjelaskan bahwa gerakan
sosial terjadi disebabkan perubahan dalam struktur politik yang dilihat sebagai kesempatan.
27
27
Eisinger, Peter. 2009. Theories of Political Protest and Social Movement: A Multidisciplinary Introduction, Critique, and Synthesis. USA and Canada: Routledge.
Ada empat hal yang menyajikan definisi sekaligus mendasari POS, yaitu:
14 •
The nature of the chief executive •
The mode of aldermanic election •
The distribution of social skill and status •
The degree of social disintegration Dalam preposisi yang diajukan seperti pada keterangan di atas terlihat bahwa
poinA dan B berbicara mengenai struktur, sedangkan poin C dan D berbicara mengenai agen atau aktor. Faktor-faktor tersebut, secara individu maupun kelompok,
merupakan faktor untuk mencapai tujuan politik atau bisa juga menghambat tujuan politik tersebut.Selain itu, terdapat pula faktor governmental responsiveness dan level
of community resources yang dapat membantu pencapaian tujuan politik. Dalam perkembangannya, POS dapat didefinisikan sebagai Gerakan Sosial
Baru, yang telah jauh berkembang dari Gerakan Sosial Klasik.Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya yang selalu ada
dalam wacana ideologis kelas khas Marx.Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidak tertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari
gerakan sosial baru lebih bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan antirasisme, antinuklir, feminisme, kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosial baru
beranggapan bahwa di era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari gerakan buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam
sistem produksi seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena sistem kapitalisme telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi.
Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubungan
15 antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi
masyarakat kontemporer itu sendiri. Gerakan sosial baru menaruh konsepsi ideologis mereka pada asumsi bahwa
masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara radikal Gerakan sosial baru
mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dan kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas. Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan oleh tampilan
gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non materialistik, dan karena gerakan sosial baru tidak ditentukan oleh latar belakang kelas, maka mengabaikan
organisasi serikat buruh industri dan model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik,
struktur gerakan sosial baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita, tujuan, kehendak, dan orientasi heterogenitas basis sosial mereka.
Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang bersumber dari masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil ketimbang
perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada bentuk komunikasi
dan identitas kolektif. Jean Cohen menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi diri dalam empat
pengertian yaitu, a aktor-aktor gerakan sosial baru tidak berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau di masa lalu b aktornya berjuang untuk
otonomi, pluralitas c para aktornya melakukan upaya sadar untuk belajar dari
16 pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai mereka melalui penalaran, d
para aktornya mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar.
28
Menurut definisinya, Eisinger membagi POS menjadi dua, yaitu definisi objektif dan definisi subjektif.Dalam definisi objektif, POS dikaitkan dengan struktur
kesempatan sebagai variabel yang memengaruhi kemungkinan tercapainya tujuan dari individu ketika kelompok-kelompok aktif secara politik.Perubahan lingkungan
yang mengubah tujuan dari pencapaian tujuan tersebut.Kemungkinan secara objektif ini dilihat berdasarkan pihak luar.Berbeda dengan definisi objektif, definsi subjektif
melihat tujuan tergantung pada indvidu.Faktor lingkungan dianggap memengaruhi tindakan politik. Perubahan dalam lingkungan politik menaikkan perubahan dalam
ekspektasi subjektif akan suksesnya pencapaian tujuan. Eisinger menekankan bahwa protes adalah sebuah fungsi dari kesempatan
politik.Protes juga merupakan tahapan yang paling rendah sebelum terjadinya gerakan sosial.Ada dua hipotesa mengenai fungsi tersebut, yaitu model linier dan
model curvilinier. Dalam model linier, protes adalah bentuk dari frustrated response, ketika POS rendah maka protes akan tinggi, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka
protes akan menurun. Dalam model curvilinier, ketika POS rendah maka protes juga rendah, dan sebaliknya ketika POS tinggi maka akan meningkatkan protes. Protes
pertama-tama akan meningkat dan kemudian menurun ketika POS meningkat. Hal ini disebabkan adanya ekspektasi yang meningkat akan terpenuhinya permintaan
individu terhadap politik.
28
Cohen, Bruce J. 1992. Sosilogi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
17 Eisinger mengemukakan pula variabel tentang sebuah kemunculan gerakan
sosial yang mempergunakan mekanisme POS. Pertama, gerakan sosial muncul ketika tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan.Kedua,
gerakan sosial muncul ketika keseimbangan politik sedang tidak stabil dan keseimbangan politik baru belum terbentuk.Ketiga, gerakan sosial muncul ketika para
elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipergunakan oleh para pelaku perubahan sebagai kesempatan.Keempat, gerakan sosial muncul ketika para pelaku
perubahan bersatu oleh para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan perubahan.
29
Teori kesempatan politik menjanjikan sarana untuk memprediksi varians dalamperiodisitas, gaya, dan isi dari aktivis dari waktu ke waktu dan varians dalam
konteks kelembagaan. Ia menekankan interaksi upaya aktivisdan utamanya politik kelembagaan. Premis yang mendasari pendekatan ini—bahwa protes di luar lembaga-
lembaga politik mainstream eratterkait dengan kegiatan politik yang lebih konvensional—hampirsepenuhnyabaru untuk ilmu politik atau sosiologi, namun
aplikasi sistem ini untuk analisis politik protes merupakan langkah penting ke arah koherensi yang lebih besar dan lebih komparatif dalam memahami berbagai protes
gerakan sosial.
30
Teori POS atau Struktur Kesempatan Politik digunakan dalam penelitian ini karena relevan dengan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai pola gerakan sosial
29
https:satwikobudiono.wordpress.com20130124struktur-kesempatan-politik-gerakan-perempuan-di- indonesia
. Diakses pada 28 Maret 2015.Pukul 10.04 WIB.
30
Meyer, David C, and Debra Minkoff. 2004. Conceptualizing Political Opportunity. The University of North Carolina Press. Social Forces, June 2004. Hal 1458.
18 yang terjadi di Sumatera Timur pada Maret 1946.Teori ini dapat digunakan untuk
menganalisis arah tindakan pelaku revolusi sebagai aktor politik yang berhasil meletuskan gerakan sosial politik tersebut.Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh
hasil penelitian yang menunjukkan apakah pola di balik gerakan sosial politik yang dilakukan oleh sejumlah kelompok kepentingan berhasil meletuskan gerakan sosial
politik pada 4 Maret 1946 di Sumatera Timur.Teori ini juga dianggap paling bisa menerjemahkan faktor governmental responsiveness dan level of community
resources yang memang jadi fokus utama penelitian ini.
1.7. Metode Penelitian