Spesifikasi Produk Jadi Uraian Proses

David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. 5. Nitrogen karet Nitrogen yang berada dalam karet adalah sebagai protein, yang dapat menunjukan jumlah kadar protein karet.

2.6.2. Spesifikasi Produk Jadi

Standar Indonesia Rubber SIR dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini: Tabel 2.1. Skema persyaratan mutu SIR 1988 Standard Indonesia Rubber Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para Adapun spesifikasi produk jadi PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut : 1. RSS- I CV Constan Viscositas Dimana RSS-I adalah harus bebas dari segala kotoran dan gelembung- gelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat. No Jenis Uji Satuan SIR 10 Kerakteristik 1 Kadar Kotoran - Max 0.1 2 Kadar Abu - Max 0.75 3 Kadar Zat Menguap - Max 0.80 4 PRI - Min 60 5 Po - Min 30 David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. 2. RSS- II RSS-II adalah harus bebas dari segala kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. 3. RSS- III RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung-gelembung yaitu gelembung-gelembung halus merata dan gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. 4. Cutting Cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maksimal 15 cm persegi. 2.6.3. Bahan yang digunakan 2.6.3.1. Bahan baku Bahan baku memiliki komposisi terbesar dari semua bahan yang digunakan. Bahan ini merupakan bahan utama dalam proses produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex murni.

2.6.3.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. digunakan adalah asam formitsemut dengan konsentrasi 3-5, cuka 7.5 kgton dan amoniak 6.5 kgton.

2.6.3.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai penolong dalam proses pengolahan pada kegiatan produksi. Bahan penolong yang digunakan pada proses pengolahan sheet adalah air, digunakan untuk pencucian dan melembutkan bahan baku.

2.6.4. Uraian Proses

Uraian proses produksi sheet PT. Perkebunan Nusantara III adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Lateks yang datang dari kebun sebelum dimasukkan dalam main bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus disaring menggunakan saringan 20 mesh dan ditampung dalam main bak penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya Dry Rubber Counteen Drc dengan menggunakan alat metrolac. 1. Cara menentukan Drc dengan metrolac Setiap tangki lateks dari afdeling diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc perbandingan 1 : 2, aduk perlahan- lahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. menghindarkan kesalahan baca pada skala metrolac. Kemudian masukkan metrolac ke dalam tabung yang berisi contoh lateks, penunjukan skala metrolac pada batas permukaan contoh lateks tersebut dikali tiga kali, maka itulah kadar karet keringnya Drc. Misalnya metrolac menunjukkan skala ke 7 maka kadar karet keringnya = 7 x 3 = 21. 2. Pengenceran Lateks Pengenceran lateks dilakukan sampai kadar karet bakunya 15 . Tujuan pengenceran adalah sebagai berikut : a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar. b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara. c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut. Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen.

2. PembekuanKoagulasi

Setelah lateks diencerkan sampai 15 kemudian dialirkan melalui gutther talang dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih dahulu melewati saringan 60 mesh. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok, atau saringan 60 mesh. Tambahan asam formitsemut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 -5 bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak 14-16 kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi konsentrasi 3 -5 dengan cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium. Pemasangan sekat sisir di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembung- gelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.

3. Penggilingan

Penggilingan koagulum dilakukan dengan gilingan sheet yang konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut “six in one” gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin tidak berbunga sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga grooving. Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air pelican, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran sheet. Adapun tujuan penggilingan yaitu : 1. Mengeluarkan kandungan air dari koagulum 2. Menghilangkanmembuang lendir dan serum yang terdapat di permukaan lembaran 3. Menipiskan koagulum menjadi lembaran sheet setebal 2-4 mm. David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009.

4. Penirisan di Lori

Sebelum dimasukan ke dalam kamar pengasapan terlebih dahulu lembaran sheet dikeringkan diudara bebas selama 2 jam dengan tujuan mengurangi kadar air sehingga mempercepat proses pengeringan didalam kamar asam.

5. Pengeringan dan Pengasapan kamar Asap

Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga di dapat sheet yang kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan sporajamur. Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan sheet di atas gantar-gantar bambukayu, lori dengan kapasitas lebih kurang 504 lembarlori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh ke bawah sheet untuk menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut di keluarkan dan dilakukan penyambretan. Lori dikeluarkan dari kamar asap I dan dimasukkan ke kamar asap II dengan suhu udara yang berbeda. Kegiatan ini di lakukan selama 4-5 hari untuk pengeringan. a. Pengaturan suhu di dalam kamar asap a. Hari I suhu 40-45 Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu 40-55 Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu 55-60 Ventilasi seperempat terbuka David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009. d. Hari IV suhu 60-65 Ventilasi tertutup e. Hari V suhu 65 Ventilasi tertutup b. Spesifikasi kamar asap a. Type : subur kamar Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lorikamar b. Type : malaka Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lorikamar

6. Sortasi

Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk memisahkan antara RSS I, RSS II, RSS III dan Cutting. Setelah proses pemisahan maka sheet selanjutnya dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik, pada setiap sisi dipasang cantelan atau gelangan dari besi yang berfungsi untuk menahan lembaran sheet yang dipress setelah terpenuhi dengan ukuran : 1. Panjang : 55 cm – 57 cm 2. Lebar : 50 cm –56 cm 3. Tinggi : 40 cm - 47 cm

7. Pengepakan Packing

Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur. David Panggabean : Analisis Logistik Dengan Menggunakan Konsep Supply Chain ManagemenT SCM Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2009.

8. Gudang Produksi

Setelah proses pembungkusan, sheet disimpan di gudang produksi sebelum dipasarkan. Block Diagram untuk pengolahan RSS Ribbed Smoked Sheet Gunung Para dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.7. Mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi sheet dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.7.1. Utilitas

Sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan produksi dari awal hingga produk ahkir sangat penting. Utilitas merupakan unit penunjang bagi unit-unit lain dalam suatu pabrik. 1. Air Dalam kelangsungan proses produksi air memegang peranan penting, Untuk digunakan dalam proses pencampuran dan pencucian. Air juga dibutuhkan dalam keperluan lainnya seperti keperluan kamar mandi, pencucian alat-alat dan keperluan lainnya. 2. Listrik Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN, listrik digunakan untuk bagian produksi, kantor, dan bagian lainnya. Pabrik juga menyediakan genset bilamana terjadi pemadaman listrik dari PLN.