flour. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk
diendapkan pada proses pengerasan tulang Almatsier,2010. Di dalam saluran cerna, kalsitriol meningkatkan absorpsi vitamin D
dengan cara merangsang sintesis protein pengikat-kalsium dan protein pengikat- fosfor pada mukosa usus halus. Di dalam tulang, kalsitriol bersama hormon
paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang ke dalam darah. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang reabsorbsi kalsium dan fosfor
Almatsier,2010.
2.1.3. Defisiensi vitamin D
Vitamin D adalah vitamin larut lemak yang dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Dalam metabolisme kalsium dan tulang,
fungsi utama 1,25OH
2
D
3
,metabolit aktif vitamin D, adalah mengontrol absorpsi kalsium dan fosfat usus agar dapat mempertahankan konsentrasi kalsium darah
sehingga mineralisasi tulang tetap terpelihara. Defisiensi vitamin D akan berpengaruh pada homeostasis ini. Defisiensi vitamin D akan meningkatkan
hormon paratiroid parathyroid hormone, PTH sehingga terjadi resorpsi tulang yang selanjutnya akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Defisiensi vitamin
D yang berat akan menyebabkan gangguan mineralisasi tulang sehingga terjadi penyakit Rickets pada anak-anak dan osteomalasia pada orang usia lanjut. Selain
itu, defisiensi vitamin D juga akan menurunkan massa otot, dan meningkatkan miopati yang mengakibatkan terjadinya instabilitas postural dan membuat usia
lanjut mudah jatuh. Belakangan ini diketahui pula bahwa vitamin hormon D berhubungan dengan berbagai penyakit seperti penyakit asma, diabetes melitus,
hipertensi, artritis reumatoid, keganasan kolon, payudara, prostat, dan sebagainya Setiati, 2008. Faktor penyebab defisiensi vitamn D tercantum pada tabel 2.2
Kennel
et al.
, 2010. Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan tulang yang dinamakan
riketsia pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kekurangan pada orang dewasa juga dapat menyebabkan osteoporosis. Riketsia terjadi bila
Universitas Sumatera Utara
pengerasan tulang pada anak-anak terhambat sehingga menjadi lemah. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar lutut dan pergelangan,
tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena penutupan fontanel terhambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak.
Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan vitamin D, riketsia banyak terdapat di negara-negara dengan empat musim. Sekarang masih terdapat pada
anak anak miskin di kota-kota industri yang kurang mendapat sinar matahari Almatsier,2010
Osteomalasia adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat paparan sinar
matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasia dapat pula terjadi pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati, kantung
empedu atau ginjal. Tulang melembek menyebabkan gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks, dan pelvis. Gejala awalnya
adalah merasa rasa sakit seperti rematik dan lemah dan kadang menggamit
twitching
, tulang membengkok bentuk O atau X dan dapat menyebabkan fraktur Kennel
et al.
, 2010. Dari beberapa penelitian yang ada, prevalensi defisiensi vitamin D di
Indonesia pada wanita berusia 45-55 tahun adalah sekitar 50. Sementara temuan Setiati, pada wanita berusia 60-75 tahun menemukan defisiensi vitamin D sebesar
35,1. Penelitian di Indonesia dan Malaysia, pada 504 wanita usia subur WUS berusia 18-40 tahun menemukan rata-rata konsentrasi serum 25OHD adalah 48
nmolL dengan prevalensi defisiensi vitamin D sebesar 63 Yosephin
et al.
, 2014. Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada anak usia 1 sampai 12,9 tahun
menunjukkan bahwa 45 anak mengalami insufisiensi vitamin D. Pada penelitian yang dilakukan di empat negara, Indonesia menduduki peringkat ke empat,
dengan rerata vitamin D hanya 52,7 nmoll Enrawati dan Sandjaja, 2011. Berbagai studi epidemiologi mengindikasikan konsentrasi 25-OHD 20ngmL
meningkatkan risiko kanker kolon, prostat, dan payudara antara 30 hingga 50. Sebanyak 33 wanita usia 60-70 tahun dan 66 usia 80 tahun keatas menderita
osteoporosis. Diperkirakan 47 wanita dan 22 pria berusia 50 tahun atau lebih
Universitas Sumatera Utara
akan menderita osteporosis dan fraktur sepanjang sisa hidupnya Soejitno dan Kuswardhani, 2009.
Tabel 2.2. Faktor Penyebab Defisiensi Vitamin D Kurangnya
intake
Tidak adekuatnya asupan makanan yang mengandung vitamin D Malnutrisi
Paparan sinar matahari yang terbatas Gastrointestinal
Malabsorbsi misalnya pada
short bowel syndrome,
pankreatitis,
inflamatory bowel disease, amyloidosis, celiac sprue,
dan
malabsorptive bariatric surgery procedures
Hepatic Beberapa
pengobatan antiepilepsi
meningkatkan aktivitas
24- hydroxylase
Penyakit hati yang berat menurunkan aktivitas 25-hydroxylase Renal
Penuaan menurunkan aktivitas 1- α hydroxylase
Renal insufficiency, glomerular filtration rate 60
menurunkan aktivitas 1-
α hydroxylase Sinsroma neprotik menurunkan tingkatan binding protein vitamin D
Sumber : Kennel
et al.
, 2010
2.2. Gaya Hidup dan Vitamin D