26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Sampel
Determinasi buah manggis dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, LIPI Cibinong. Hasil determinasi menyatakan
bahwa sampel buah manggis yang diperoleh dari Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, merupakan spesies Garcinia
mangostana, famili Clusiaceae, keterangan hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
4.2 Rendemen Ekstrak
Ekstraksi yang digunakan adalah dengan cara maserasi. Ekstraksi dengan cara maserasi digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan pemanasan.
Keuntungan dari teknik ini adalah peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaanya lama, pelarut yang digunakan
banyak, serta proses penyarian yang kurang sempurna. Maserasi terhadap kulit buah manggis dilakukan dengan cara bertingkat
dari pelarut non polar hingga polar, yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol. Hal ini bertujuan untuk menarik senyawa-senyawa yang bersifat non polar hingga
polar yang terdapat pada kulit buah manggis. Sejumlah 490 gram serbuk simplisia kulit buat manggis diekstraksi
menggunakan pelarut n-heksan teknis sebanyak 5 x 800 mL, masing -masing selama 3 hari. Hasil maserasi disaring dan filtrat yang diperoleh dipekatkan
dengan rotary evaporator pada suhu lebih kurang 45°C, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan. Terhadap ampas n-heksan kemudian dilakukan kembali
maserasi berturut-turut dengan pelarut etil asetat dan metanol. Kemudian filtrat diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental n-heksan,
etil asetat, dan metanol Materia Medika, 1989.
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Hasil rendemen ekstrak kulit buah manggis Ekstrak
Bobot ekstrak kering Rendemen
n-heksan 5,20 gram
1,06 Etil asetat
47,40 gram 9,67
Metanol 42,18 gram
8,61
Rendemen yang diperoleh dari proses ekstraksi terlihat pada tabel 4.1. Hasil perhitungan rendemen menunjukkan bahwa pelarut etil asetat memiliki
nilai persentase rendemen tertinggi dibanding pelarut n-heksan dan metanol, dimana pelarut n-heksan memiliki nilai rendemen yang paling rendah. Berat
ekstrak kering yang diperoleh menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan mampu melarutkan bahan alami terseleksi dari padatannya.
Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pelarut etil asetat lebih banyak melarutkan senyawa atau zat yang mempunyai potensi bioaktif. Prinsip
pelarutan yang dipakai pada metode ini adalah like dissolve like, dimana prinsipnya adalah pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non
polar akan melarutkan senyawa non polar sesuai dengan pernyataan Melki 2003. Sehingga dapat dikatakan bahwa kulit buah manggis memiliki senyawa
semi polar dan senyawa polar yang lebih banyak dibandingkan senyawa non polar.
Pelarut yang digunakan bersifat volatil, sehingga pada saat filtrasi penyaringan diduga terdapat bagian pelarut yang menguap yang menyebabkan
perbedaan jumlah rendemen yang dihasilkan. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi adalah lama ekstraksi, suhu, dan jenis
pelarut yang digunakan Ismet, 2007.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Penapisan Fitokimia