9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sel. Kelemahan dari prosedur ini adalah terjadinya efek yang merusak senyawa aktif dari simplisia dengan pembentukan radikal bebas.
2.2.2 Parameter Ekstrak
1. Susut pengeringan Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen . Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal
rentang tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10
Depkes RI, 2000. 2. Kadar Abu
Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sehingga hanya tersisa
unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal
sampai terbentuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi Depkes RI, 2000.
2.3 Virus Hepatitis C
Hepatitis merupakan penyebab peradangan hati. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus hepatotropik hepatotropic virus, yang terutama
mempengaruhi sel-sel hati, mekanisme autoimun, atau gangguan sistemik lainnya. Virus hepatotropik meliputi virus hepatitis A HAV, virus hepatitis B
HBV, hepatitis B terkait virus delta HDV, virus hepatitis C HCV, dan hepatitis E virus HEV. Meskipun semua virus tersebut menyebabkan hepatitis
akut, namun berbeda dalam modus penularan dan masa inkubasi; mekanisme, derajat, dan kronisitas kerusakan hati; dan kemampuan untuk masuk ke keadaan
karier Porth, 2009.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HCV adalah penyebab paling umum dari hepatitis kronis, sirosis, dan kanker hepatoseluler di dunia. Sekitar 3,9 juta orang Amerika memiliki antibodi
terhadap HCV, dan 70 dari orang-orang ini memiliki bukti infeksi kronis yang ditentukan oleh adanya DNA dalam serum darah. Sebelum tahun 1990,
penularan HCV tejadi melalui transfusi darah, hubungan seksual, dapat juga ditularkan melalui jarum suntik, sedangkan penularan dari ibu ke janinnya
terjadi sekitar 4,6 - 10 Porth, 2009. HCV adalah virus RNA beruntai tunggal yang memiliki sifat mirip
dengan Flavivirus, sebuah genus dari keluarga Flaviviridae seperti demam kuning dan virus ensefalitis St Louis. Genom ini berisi reading frame tunggal
terbuka yang menyandikan poliprotein dari sekitar 3000 asam amino. Virus ini secara genetik tidak stabil, yang menyebabkan beberapa genotip dan sub tipe.
Keanekaragaman genotip
berperan pada
patogenisitas virus,
yang memungkinkan terjadinya kesulitan dalam pengembangkan obat dan penemuan
vaksin Porth, 2009.
Gambar 2. 1. Struktur virus hepatitis C HCV Solga et al, 2007
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Masa inkubasi untuk infeksi HCV berkisar 2 - 26 minggu rata-rata, 6 sampai 12 minggu. Anak-anak dan orang dewasa yang terinfeksi biasanya
tidak menunjukkan gejala 60 sampai 70 atau memiliki gejala yang tidak spesifik ditandai dengan kelelahan, malaise, anoreksia, dan penurunan berat
badan. Jaundice penyakit kuning jarang terjadi, dan hanya 25 sampai 39 orang dewasa memiliki gejala ini. Gejala ini biasanya berlangsung selama 2
sampai 12 minggu. Gagal hati fulminan jarang terjadi dan hanya beberapa kasus telah dilaporkan. Sebagian kecil dari orang-orang yang baru terinfeksi HCV
akan sembuh dari infeksi, tetapi sebagian besar 60 sampai 85 terus berkembang menjadi hepatitis kronis Porth, 2009.
Pengobatan pada penderita hepatitis C kronis adalah kombinasi pegylated interferon alfa-2b atau alfa-2a ditambah ribavirin Porth, 2009.
Ribavirin adalah analog guanin yang di fosforilasi dalam sel oleh enzim sel penjamu. Meskipun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya jelas, ribavirin
tampaknya menggangu sintesis guanin trifosfat, menghambat capping mRNA RNA perantara virus, dan menghambat polimerase RNA. Ribavirin trifosfat
menghambat replikasi sejumlah besar virus DNA dan RNA, termasuk influenza A dan B, parainfluenza, respiratoty syncytial virus, paramiksovirus, HCV, dan
HIV-1 Katzung, 2010. Pengobatan dengan pegylated interferon dan ribavirin memerlukan biaya
yang besar, dan memiliki efek samping, gejala seperti flu merupakan gejala yang umum terjadi. Efek samping yang lebih serius, yang meliputi gejala
kejiwaan depresi, disfungsi tiroid, dan depresi sumsum tulang. Transplantasi hati adalah pilihan pengobatan untuk penyakit hati stadium akhir akibat virus
hepatitis. Meskipun terkadang terjadi infeksi baru, penyakit ini tampaknya berkembang lebih lambat Porth, 2009.
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 RNA Helikase Virus Hepatitis C