6. Dengan kejadian tersebut diatas rumah tangga Penggugat dan
Tergugat sudah tidak dapat lagi dibina dengan baik sehingga tujuan perkawinan untuk membentuk Rumah Tangga Sakinah, Mawadah,
Rahmah tidak bisa tercipta. Maka perceraian adalah alternatif terakhir bagi penggugat untuk menyelesaikan permasalahan antara Penggugat
dan Tergugat. Oleh karenanya Peerkawinan Penggugat dan Tergugat secara hukum dapat dinyatakan putus karena perceraian, sesuai dengan
ketentuan Pasal 38 UUD No.1 Th. 1974 Tentang Perkawinan JO pasal 19 F Peraturan Pemerintah RI No.19 Th. 1975 Tentang Pelaksanaan
UUD No.1 Th. 1974 Tentang Perkawinan.
B. Pertimbangan Majelis Hakim
Menimbang, bahwa Tergugat tidak hadir dan tidak pula menyuruh orang lain sebagai kuasanya untuk menghadap di persidangan, meskipun menurut relas
panggilan yang dibacakan di persidangan telah dipanggil secara sah dan patut dan ketidak hadirannya tanpa alasan yang dibenarkan menurut hukum, oleh karena
itu, berdasarkan Pasal 125 ayat 1 HIR, Tergugat harus dinyatakan tidak hadir dan perkara ini diputus secara verstek;
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat tidak hadir, maka Majelis Hakim tidak dapat melaksanakan upaya perdamaian melalui mediasi sebagaimana
dimaksud oleh PERMA RI Nomor 1 Tahun 2008, namun majelis hakim telah mendamaikan dengan menasehati Penggugat agar mengurungkan niatnya cerai
dari Tergugat, akan tetapi Penggugat tetap pada pendiriannya; Menimbang, bahwa inti alasan gugatan cerai Penggugat adalah antara
Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus karena Tergugat
mempunyai wanita impian lain serta berpisah 2 tahun”, dengan demikian alasan tersebut yang harus dibuktikan oleh Penggugat;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 yang telah memenuhi ketentuan sebuah alat bukti surat sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna dan mengikat, maka terbukti bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah terikat dalam perkawinan yang sah, sehingga antara Penggugat dan Tergugat
terdapat hubungan hukum dan oleh karena itu Penggugat memiliki kualitas untuk mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat:
Menimbang, bahwa saksi I dan saksi II, menerangkan bahwa penggugat dan Tergugat telah berselisih terus menerus, masalah Tergugat mengambil uang
Penggugat dan tidak memberi nafkah kepada Penggugat, serta keduanya berpisah selama 2 Tahun dan telah diupayakan perdamaian namun tidak berhasil, oleh
karena itu kesaksian keduanya secara formil dapat diterima karena telah memenuhi unsur Pasal 76 ayat 1 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009
Tentang Peradilan Agama sehingga secara materil dapat pula dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa oleh karena keterangan saksi I dengan saksi II saling bersesuaian sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 170 dan Pasal 172 HIR, maka
yuridis formal Penggugat telah membuktikan dalil-dalil perceraiannya; Menimbang, bahwa Penggugat tetap bersikeras menuntut agar diceraikan dari
Tergugat; Menimbang, bahwa dari pertimbangan-pertimbangan di atas, diperoleh fakta;
1. Penggugat dan Tergugat telah terikat perkawinan yang sah sejak
tanggal 5 Nopember 2000; 2.
Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat sering berselisih dan bertengkar terus menerus;
3. Bahwa Tergugat telah berbuat kekerasan penelantaran dalam
rumahtangga karena tidak member nafkah kepada Penggugat; 4.
Penggugat dan Tergugat telah berpisah selama 2 Tahun dan selama itu keduanya tidak ada yang berusaha untuk rukun kembali;
5. Antara Penggugat dan Tergugat telah diupayakan perdamaian, namun
tidak berhasil; 6.
Penggugat tetap bersikeras untuk perceraian; Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majlis Hakim
berpendapat bahwa gugatan Penggugat cukup beralasan dan tidak melawan hukum karena sudah memenuhi ketentuan pasal 19 huruf b f Kompilasi Hukum Islam,
Tergugat juga telah melanggar Pasal 5 huruf d Undang-undang Nomor 23 Tahun
2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yaitu “Kekerasan psychis dan
penelantaran rumahtangga”, maka berdasarkan Pasal 125 ayat 1 HIR, Gugatan Penggugat cukup beralasan dan tidak melawan hak, oleh karenanya dapat dikabulkan
dengan verstek; Menimbang, bahwa Majelis Hakim mengambil pendapat ahli fiqh sebagai
pendapat majelis Hakim sebagaimana disebutkan dalam kitab Fiqhus Sunnah juz I halaman 605 yang artinya
“Jika istri menuduh suaminya telah menyengsarakan dirinya dengan sesuatu yang menyebabkan tidak dapat diteruskannya kelangsungan
pergaulan suami istri, maka istri boleh menuntut ke pengadilan untuk diceraikan, saat itu juga hakim dapat menjatuhkan talak satu ba’in jika memang tuduhan itu
terbukti dan hakim tidak berhasil mendamaikan keduanya” Mengingat segala perundang-perundangan yang berlak
u dan dalil syar’i yang berkaitan dengan perkara ini;
MENGADILI 1.
Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk menghadap di persidangan, tidak hadir;
2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;
3. Menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat terhadap Penggugat;
4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan
untuk mengirimkan salinan putusan perkara ini setelah berkekuatan hukum yang tetap kepada Kantor Urusan Agama tempat pernikahan
Penggugat dan Tergugat dilangsungkan untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu;
5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara
hingga putusan ini diucapkan sejumlah Rp 716.000,00 tujuh ratus enam belas ribu rupiah:
C. Analisis Penulis