melemahkannya, adalah suatu perbuatan yang dibenci islam, karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemashlahatan antara suami isteri.
14
Karena itu, setiap usaha untuk merusak perkawinan itu adalah dibenci oleh islam, sebab ia telah merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri
dan anak-anak.
15
B. Dasar Perceraian
Di dalam Al- Qur’an memang tidak ada ayat yang menyuruh atau melarang Talak,
namun hanya mengatur bagaimana bila talak terjadi. Ayat-ayat yang mengatur perceraian seperti berikut:
QS. An- Nisa’:35
Artinya : dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam juru pendamai dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Argumentasi lain yang menyatakan bahwa hukum asal dari perceraian makruh adalah perkawinan adalah nikmat Allah. Dan manusia haram untuk mengingkari
14
Majelis Muzakarah Al Izhar. Islam dan masalah-masalah kemasyarakatan. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. h.170-171
15
Abdul qadir djaelani. Keluarga Sakinah.Surabaya. PT. Bina Ilmu, 1995. h. 316
nikmat Allah. Oleh karena itu, ketika terjadi perceraian dapat diartikan sebagai bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah. Perceraian hanya boleh dilakukan dalam
keadaan terpaksa.
16
Di Indonesia perceraian diatur dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 pada pasal 38-41. Pada pasal 38 Undang-undang No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa
perkawinan dapat putus karena : a.
kematian b.
perceraian, dan c.
atas putusan Pengadilan Hal ini sama dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 113.
Di dalam Undang-undang Indonesia perceraian dibedakan antara atas kehendak suami dan atas kehendak istri. Hal ini dikarenakan karakteristik hukum islam dalam
perceraian memang menghendaki demikian, sehingga proses penyelesaiannyapun berbeda. Namun hal ini harus dilakukan di depan pengadilan seperti pada pasal 115
Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi: “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.
17
16
Yayan Sopyan, Islam-Negara: Hukum Perkawinan Islam dalam UU Perkawinan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, h.179
17
Kompilasi Hukum Islam. Citra Umbara. 2011. h. 268
C. Jenis Dan Alasan Perceraian