MAHASISWA DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL

25

C. MAHASISWA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 Tahun 1990, mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Selanjutnya, Sarwono 1978 menyebutkan bahwa mahasiswa adalah setiap orang berusia 18-30 tahun yang resmi terdaftar untuk mengikuti proses belajar di perguruan tinggi. Sementara itu menurut Papalia, Olds, Feldman 2009, mahasiswa, dalam masa perkembangannya, berada di tahap remaja akhir dengan rentang usia 18 – 21 tahun, yakni di masa transisi antara remaja menuju dewasa muda . Mahasiswa tingkat pertama adalah peserta didik yang terdaftar dan sedang belajar pada semester satu atau semester dua di perguruan tinggi.

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL

DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA Perkuliahan merupakan waktu yang penuh dengan tekanan bagi para mahasiswa baru terkait dengan banyaknya perbedaan tuntutan antara masa sekolah dan masa kuliah. Stres yang timbul biasanya disebabkan oleh ketidaksiapan mereka dengan standar pendidikan yang lebih tinggi dimana mereka harus mengerjakan tugas dengan jumlah banyak dan dalam tenggang waktu singkat namun tetap selesai tepat waktu, pola hubungan antara dosen dengan 26 mahasiswa, pencarian teman baru, serta masalah kemandirian dan tanggung jawab yang meningkat. Stres yang dialami mahasiswa tingkat pertama ini kemudian perlu ditindaklanjuti karena berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya, seperti pada nilai akademis, motivasi belajar, dan ketekunan belajar. Untuk itulah dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik yang dapat diandalkan untuk mengatasi stres yang mereka alami sebagai mahasiswa tingkat pertama. Schneiders 1964 memberikan beberapa kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, salah satunya adalah kontrol diri, yaitu cara individu mengendalikan pikiran, perasaan, dan tindakan diri dalam menghadapi peristiwa dalam hidupnya. Konsep ini oleh Rotter disebut dengan Locus of Control yang terdiri dari dua kutub yang bersifat kontinuum, internal dan eksternal. Individu yang memiliki kecenderungan locus of control internal, yang meyakini bahwa ia memiliki kendali atas perisitiwa dalam hidupnya melalui kemampuan ability dan usaha effort, disebutkan memiliki kontrol perilaku lebih baik, lebih aktif dalam mencari informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi, memiliki self-esteem yang tinggi, dan memiliki kemampuan mengatasi stres lebih baik. Kemampuan ini tentu diperlukan oleh individu-individu yang sedang melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan ataupun lingkungan baru. Sedangkan bagi individu yang meyakini bahwa sumber penyebab peristiwa berada di luar kendalinya external akan cenderung menyalahkan lingkungan context atau menganggap bahwa mereka hanya sedang mengalami 27 ketidakberuntungan luck. Hal ini diasumsikan akan menyebabkan penyesuaian diri yang dilakukan akan berjalan lebih lama karena akan lebih sulit mengubah lingkungan atau hal-hal yang ada di luar kendali diri.

E. HIPOTESA PENELITIAN