- Pendaftaran di kantor Kadaster
1a2. Untuk benda bergerak; dengan cara -
Cukup dengan penyerahan dari tangan ke tangan Hak jaminan benda-benda tak bergerak hanya dengan hipotek atau ikatan utang.
57
3. Pembedaan Benda ke Dalam Kebendaan Tanah dan Kebendaan Bukan
Tanah
Di manapun kita berada, hukum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Di Negara Indonesia kita ini, hukum yang berlaku
masih beraneka ragam, mulai dari hukum kebiasaan yang tidak tertulis, adat istiadat setempat, hukum tertulis peninggalan Masa Hindia Belanda dahulu yang dengan
Ketentuan Peralihan Pasal II Undang-Undang Dasar 1945 masih tetap diberitahukan sepanjang tidak bertentangan dengan Falsafah dan Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila, sampai pada peraturan-peraturan yang dibuat dan diberlakukan pada masa-masa sesudah Kemerdekaan hingga saat ini.
Salah satu bentuk keanekaragaman yang masih nampak nyata adalah keanekaragaman dalam Hukum Perdata kita, karena disamping kita memiliki
KUHPerdata, yang masih berlaku hingga saat ini, kita juga memiliki berbagai ketentuan hukum perdata lainnya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang
mengatur mengenai hal-hal tertentu, yang di satu sisi menerbitkan berbagai persoalan secara yuridis.
57
G. Kartasapoetra dan R.G, Kartasapoetra, Pembahasan Hukum Benda Hipotek, Hipotrk dan Hukum Waris, Bumi Angkasa, Jakarta, 1990, hlm. 1-3.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu hal yang paling mencolok dalam lapangan Hukum Benda adalah masih sering terjadinya berbagai macam keracuan terhadap pengertian tentang
kebendaan bergerak dan kebendaan tidak bergerak, terutama dengan diundangkannya UUPA, di mana secara tegas dalam Diktum Pertama dari UUPA telah dinyatakan
hapus berbagai aturan dasar yang mengatur mengenai tanah sebagai bagian dari kebendaan tidak bergerak yang diatur berdasarkan sistem hukum Romawi.
58
58
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.53.
Universitas Sumatera Utara
Melihat jumlah pendaftran Jaminan Fidusia seperti yang telah tercantum dalam tabel, maka yang paling banyak didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia
dari tahun 2007 sampai 2009 sebagai bahan perbandingan adalah jenis kendaraan bermotor daripada stok barang, piutang dan mesininvoice, maka tersebut dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2005
JENIS JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN
ALAT-ALAT PIUTANG
STOCK BULAN
BERMOTOR MESIN-
MESIN BERAT
DAGANG BARANG
JUMLAH JANUARI
207 3
10 7
15 242
FEBRUARI 116
12 2
4 20
154 MARET
190 20
30 38
53 331
APRIL 204
23 6
23 43
299 MEI
169 15
8 14
19
225 JUNI
179 9
1 18
34 241
JULI 92
18 2
22 42
176 AGUSTUS
107 20
- 20
25
172 SEPTEMBER
9 5
- -
6 20
OKTOBER 346
41 22
54 95
558 NOPEMBER
96 8
1 5
6 116
DESEMBER 131
22 10
6 31
200 JUMLAH
1846 196
92 211
389 2734
Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2005
Universitas Sumatera Utara
Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari sd Desember rata-rata yang mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu
Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan bermotor dibulan September sebesar 9 Sembilan Kendaraan Bermotor, sedangkan
yang paling besar pada bulan Oktober sebesar 346 Tiga Ratus Empat Puluh Enam Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara bulan yang satu
dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.
Tabel 2 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2006
JENIS JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN
ALAT-ALAT PIUTANG
STOCK BULAN
BERMOTOR MESIN-
MESIN BERAT
DAGANG BARANG
JUMLAH JANUARI
240 3
8 2
12 265
FEBRUARI 101
13 2
16 25
157 MARET
142 14
10 15
26 207
APRIL 88
10 -
13 19
130 MEI
87 2
- 16
18 123
JUNI 107
11 1
12 25
156 JULI
195 19
2 13
30
259 AGUSTUS
110 2
- 7
12 131
SEPTEMBER 236
10 14
19 36
315 OKTOBER
65 6
2 6
28
107 NOPEMBER
244 15
2 17
33 291
DESEMBER 165
8 2
16 18
209 JUMLAH
1780 113
43 152
282 2350
Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2006
Universitas Sumatera Utara
Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari sd Desember rata-rata yang mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu
Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan bermotor dibulan Oktober sebesar 65 Enam Puluh Lima Kendaraan Bermotor,
sedangkan yang paling besar pada bulan Nopember sebesar 244 Dua Ratus Empat Puluh Empat Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara
bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.
Tabel 3 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2007
JENIS JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN
ALAT-ALAT PIUTANG
STOCK BULAN
BERMOTOR MESIN-
MESIN BERAT
DAGANG BARANG
JUMLAH JANUARI
279 15
10 12
32 348
FEBRUARI 224
16 6
31 38
315 MARET
126 21
1 6
13 167
APRIL
169 13
12 13
19
226 MEI
167 21
5 22
33 248
JUNI 286
16 6
29 39
376 JULI
135 17
1 43
51
247 AGUSTUS
219 25
14 47
64 369
SEPTEMBER 271
20 10
76 76
453 OKTOBER
89 18
39 49
195 NOPEMBER
359 35
25 40
60
519 DESEMBER
286 40
30 35
50 441
JUMLAH 2610
257 120
393 524
3904 Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2007
Universitas Sumatera Utara
Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari sd Desember rata-rata yang mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu
Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan bermotor dibulan Juli sebesar 286 Dua Ratus Delapan Puluh Enam Kendaraan
Bermotor, Desember 286 Dua Ratus Delapan Puluh Enam Kendaraan Bermotor sedangkan yang paling besar pada bulan Nopember sebesar 359 Tiga Ratus Lima
Puluh Sembilan Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi perbandingan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang
mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang menentukan.
Tabel 4 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2008
JENIS JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN
ALAT-ALAT PIUTANG
STOCK BULAN
BERMOTOR MESIN-
MESIN BERAT
DAGANG BARANG
JUMLAH JANUARI
562 35
12 54
73
736 FEBRUARI
267 18
24 48
78 435
MARET 423
12 6
24 54
519 APRIL
714 45
30 55
40
884 MEI
474 21
7 20
18 540
JUNI 528
20 31
24 603
JULI 665
23 23
29 38
778 AGUSTUS
559 15
10 15
35 634
SEPTEMBER 789
11 15
13 25
853 OKTOBER
833 11
10 10
35 899
NOPEMBER
785 20
21 23
40
889 DESEMBER
514 15
20 1
15 565
JUMLAH 7113
246 178
323 475
8335
Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara,2008
Universitas Sumatera Utara
Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari sd Desember rata-rata yang mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu
Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan bermotor dibulan September sebesar 789 Tujuh Ratus Delapan puluh Sembilan
Kendaraan Bermotor, sedangkan yang paling besar pada bulan Oktober sebesar 833 Delapan Ratus Tiga Puluh Tiga Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi
perbandingan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang
menentukan.
Tabel 5 Klasifikasi Jenis Objek Benda Jaminan Fidusia yang didaftarkan Tahun 2009
JENIS JAMINAN FIDUSIA KENDARAAN
ALAT-ALAT PIUTANG
STOCK BULAN
BERMOTOR MESIN-
MESIN BERAT
DAGANG BARANG
JUMLAH JANUARI
928 26
13 30
42
1039 FEBRUARI
585 8
8 11
150 762
MARET 711
147 13
6 10
887 APRIL
639 25
24 15
35
738 MEI
821 10
14 11
856 JUNI
839 12
37 11
35 934
JULI 300
61 11
18 390
AGUSTUS 525
8 38
6 19
596 SEPTEMBER
223 36
3 13
23 298
OKTOBER 866
32 59
18 19
994 NOPEMBER
688 25
23 14
29
779 DESEMBER
JUMLAH 7125
390 218
149 391
8273
Sumber data : Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia Sumatera Utara, 2009
Universitas Sumatera Utara
Melihat tabel diatas mulai dari bulan Januari sd Desember rata-rata yang mendaftarakan objek jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia yaitu
Kendaraan Bermotor dimana yang paling banyak didaftarkan terhadap kendaraan bermotor dibulan Juni sebesar 839 Delapan Ratus Tiga Puluh Sembilan Kendaraan
Bermotor, sedangkan yang paling besar pada bulan Januari sebesar 928 Sembilan Ratus Dua Puluh Delapan Kendaraan Bermotor sehingga kenapa terjadi
perbandingan antara bulan yang satu dengan bulan yang lain yaitu tergatung berapa banyak yang mendaftarkan tiap bulannya tidak bisa Kantor Pendaftaran Fidusia yang
menentukan.
C. PROSEDUR PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA
Perikatan pokok merupakan perikatan yang dapat berdiri sendiri dan memang biasanya berdiri sendiri, walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya perikatan lain
yang ditempelkan pada perikatan pokok tersebut. Di sinilah letak isi pokok perjanjian, dalam jual beli misalnya, di sana diatur hubungan hak dan kewajiban
utama antara penjual dan pembeli. Perikatan Accesoir merupakan perikatan yang ditempelkan pada
suatu perikatan pokok dan yang tanpa perikatan pokok tidak dapat berdiri sendiri. Timbul dan hapusnya bergantung pada adanya dan hapusnya perikatan pokok.
59
Penyerahan hak milik kepa kreditor dalam fidusiaire eigendoms overdracht bukanlah suatu penyerahan hak milik dalam arti yang sesungguhnya seperti halnya
dalam jual beli dan sebagianya, sehingga kreditor tidak akan menjadi pemilik yang
59
J. Satrio, Hukum Perikatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1993, hal 79
Universitas Sumatera Utara
penuh volle eigenaar, ia hanyalah seorang bezitloos eigenaar atas barang-barang jaminan, dan karena sesua dengan maksud dan tujuan perjanjian tentang perjanjian
itu sendiri, kewenangan kreditor hanyalah setarap dengan kewenangan yang dimiliki oleh seorang yang berhak atas barang-barang jaminan. Bahwa kedudukan kreditor
penerima fidusia itu adalah sebagai pemegang jaminan, sedangkan kewenangan yang masih berhubungan dengan jaminan itu sendiri, oleh sebab itu, dikatakan pula
kewenangannya sebagai pemilik terbatas.
60
Bahwa penyerahan barang bergerak yang dilakukan oleh bukan pemiliknya kepada seorang penerima yang beritikad baik adalah sah. Akan tetapi suatu
penyerahan tidak nyata constitutum possessorium dapat dibenarkan jika orang yang menyerahkan barang tersebut mempunyai kekuasaan untuk menyerahkannya atas
dasar suatu hubungan hukum dengan pihak lain. Kreditor dalam suatu perjanjian utang piutangnya dengan jaminan fidusia dapat dikatakan tidak mungkin untuk
menyelidiki terlebih dahulu apakah debitor benar-benar pemilik artinya orang yang dapat bertindak bebas atas barang-barang yang dijaminkan itu, terutama karena
barang-barang yang dijaminkan itu berupa barang bergerak. Kreditor dalam pada itu hanya dapat meminta kepada debitor untuk berjanji bahwa ia adalah benar-benar
orang yang berhak untuk berbuat bebas atas barang yang dijaminkan itu.
61
pengalihan fidusia diatur dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 24 UUJF. Pengalihan hak atas utang cession, yaitu pengalihan piutang yang dilakukan dengan
akta otentik maupun akta di bawah tangan. Yang dimaksud dengan mengalihkan
60
Marulak Pardede dkk, Op‐cit, hal 31
61
Ibid, hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
antara lain termasuk dengan menjual atau menyewakan dalam rangka mengalihkan antara lain termasuk dengan menjual atau menyewakan dalam rangka kegiatan
usahanya. Pengalihan hak atas utang dengan jaminan fidusia dapat dialihkan oeh penerima fidusia kepada penerima fidusia baru kreditur baru. Ini berarti kreditur
baru, selain berkewajiban untuk melaporkan dan mendaftarkan telah terjadi peralihan hak atas piutang, juga melaporkan dan mendaftarkan telah terjadi peralihan hak atas
piutang, juga melaporkan telah terjadi peralihan jaminan fidusia dari kreditur lama kepada kreditur baru.
62
Karenanya untuk laporan dan permohonan perubahan daftar, kerja sama kreditor lama maupun debitur tidak diperlukan. Sudah tentu kreditur baru harus bisa
menyodorkan bukti yang meyakinkan pejabat pendaftar fidusia, bahwa perjanjian pokok atau perjanjian tagihan, yang dijamin dengan fidusia yang bersangkutan
memang telah beralih kepada kreditur baru. Karena beralihnya jaminan fidusia tu terjadi secara hukum, hal tersebut tidak perlu dibuktikan dengan membuat Akta
Jaminan Fidusia baru. Pendaftaran beralihnya jaminan fidusia ini cukup dilakukan berdasarkan alat yang membuktikan telah beralihnya hak atas piutang yang dijamin
kepada kreditur baru tersebut. Kita perlu waspada, bahwa di sini ada dua peralihan, yaitu pertama, peralihan
“tagihan” dan kedua, peralihan “jaminan”. Hal ini berbeda dengan gadai, hipotik dan hak tanggungan, dimana dengan beralihnya perjanjian pokok dari kreditur lama
kepada kreditur baru, maka otomatis beralih kepada kreditur baru. Pada gadai, hipotik, dan hak tanggungan tidak ada masala mengenai “peralihnya hak milik”.
62
Rachmadi Usman, Op-Cit, hlm. 128.
Universitas Sumatera Utara
Adapaun pada fudisia ada masalah “peralihan hak milik”. Karena fidusia accessoir pada perikatan pokoknya, maka beralihnya perikatan pokok kepada pihak ketiga
mengakibatkan, bahwa jaminan fidusia demi hukum turut beralih mengikuti perikatan pokoknya, konsekuensi logisnya, “hak milik” atas dasar jaminan fidusia beralih dari
kreditur lama ke kreditur baru, padahal tidak ada penyerahan hak milik dari kreditur lama kepada kreditur baru. Artinya kita sekarang mengenal satu lagi cara
mengalihkan hak milik, yaitu bisa tanpa penyerahan. Hal ini logis, namun sebaiknya kreditur diminta pernyataan tegasnya, bahwa ia mengalihnya “hak miliknya” atas
benda jaminan fidusia.
63
Dengan adanya cession ini, maka segala hak dan kewajiban penerima fidusia lama beralih kepada penerima fidusia baru dan pengalihan hak atas piutang tersebut
diberitahukan kepada pemberi fidusia. Pemberi fidusia dilarang untuk mengalihkan, menggadaikan, menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek fidusia,
karena jaminan tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada. Pengecualiaan dari ketentuan ini adalah
bahwa pemberi fidusia dapat mengalihkan atas benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia.
64
Penyerahan secara constitutum possessorium, oleh pemberi fidusia yang beritikad jahat dapat disalah gunakan dengan melakukan ulang. Maksudnya
ialah menyerahkan hak milik secara fidusia sebagai jaminan kepada pihak ketiga yang dalam hal ini akan menjadi penegang fidusia kedua.
65
63
Ibid
64
H.Salim, Op-cit, hlm. 87-88
65
Mariam Darus Badrulzaman, 1991, Bab-bab Tentang Credietverband, Gadai Fiducia, PT.Citra Aditya, Bandung, hlm. 101.
Universitas Sumatera Utara
Jaminan dapat diberikan kepada lebih dari satu Penerima Fidusia atau kepada kuasa atau wakil dari Penerima Fidusia tersebut. Jaminan Fidusia dapat pula
diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian. Hal ini
menunjukkan bahwa UUJF merupakan peraturan yang memuat ketentuan yang menjamin fleksibelitas dalam hal berkenaan dengan objek ynag dapat dibebani
Jaminan Fidusia, kondisi demikian terlihat bahwa apabila tidak diperjanjikan lain maka Jaminan Fidusia meliputi hasil dari benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia;
juga meliputi klaim asuransi dalam hal benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tersebut diasuransikan maksudnya apabila benda yang diasuransikan maka klaim
asuransi tersebut merupakan hak Penerima Fidusia. Ada beberapa tahapan formal yang melekat dalam Jaminan Fidusia, di
antaranya yaitu : 1. Tahapan pembebanan dengan pengikatan dalam suatu akta notaris;
2. Tahapan pendaftaran atas benda yang telah dibebani tersebut oleh Penerima
Fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Kantor Pendaftaran Fidusia, dengan melampirkan pernyataan pendaftaran. Pernyataan pendaftara tersebut harus
memuat : identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia; tanggal, nomor akta, nama dan tempat kedudukan notaris yang membuat akta; data perjanjian pokok
yang dijamin oleh Fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia; nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahapan administrasi pada Kantor Pendaftaran, yaitu pencatatan Jaminan Fidusia
dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran; menerbitkan dan menyerahkan kepada Penerima
Fidusia Sertifikat Jaminan Fidusia. 4.
Lahirnya Jaminan Fidusia yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya Jaminan Fidusia dalam Fidusia dalam Buku Daftar Fiduia. Sertifikat
Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena adanya kata-
kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sehingga dengan demikian apabila debitur cidera janji, Penerima Fidusia
mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaannya sendiri. Hal demikian mengandung maksud bahwa pengeksekusian
dapat langsung dilaksanakan tanpa melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Adanya kemudian
tersebut merupakan salah satu ciri Jaminan Fidusia, yaitu berupa lembaga parate eksekusi pelaksanaan dari suatu perikatan dengan langsung tanpa melalui uatu
vonnis pengadilan.
66
di mana eksekusi dapat dilakukan apabila pihak Pemberi Fidusia cidera janji.
Hapusnya Jaminan Fidusia disebabkan karena beberapa hal, yaitu : hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia; pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh
Penerima Fidusia; musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fudisia. Dengan adanya suatu kondisi yang menyebabkan hapusnya Jaminan tersebut, maka Penerima
66
J. C. T. Simorangkir dkk, Op-cit, hlm. 120.
Universitas Sumatera Utara
Fidusia harus memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran mengenai hapusnya tersebut dengan melampirkan pernyataan penyebab hapusnya tersebut. Dengan
demikian maka Kantor Pendaftaran Fidusia dapat mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Buku Daftar Fidusia, serta menerbitkan surat keterangan yang
menyatakan Sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi. Berdasarkan Pasal 1152 2 BW Indonesia, bahwa tidak sah bahkan tidak
ada hak gadai, walaupun istilah itu dipakai dalam suatu perjanjian, jika bendabarang yang digadaikan tinggal atau jatuh kembali dalam tangan pihak yang menggadaikan
dengan kemauan orang yang menerima gadai Soetan Malikoel Adil, 1962. Undang – undang Fidusia menegaskan bahw perjanjian fidusia harus tertulis
bahkan harus dibuat dengan akta notaries dalam Bahasa Indonesia. Pengecualian berlaku bagi perjanjian jaminan fidusia, baik berupa FEO maupun cessi jaminan atas
piutang yang telah ada sebelum berlakunya UUJF, alasan mengapa UUJF mengatakan bentuk khusus akta notaris bagi perjanjian fidusia adalah bahwa
sebagian diatur dalam Pasal 1870 KUHPerdata, akta notaris karena merupakan akta otentik memiliki kekuatan pembuktian sempurna tentang apa yang dimuat di
dalamnya di antara para pihak beserta para ahli warisnya atau pengganti haknya, mengingat bahwa objek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang
tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bahwa bentuk akta otentiklah yang dianggap paling dapat menjamin kepastian hukum berkenaan dengan objek jaminan fidusia. Isi
akta perjanjian fidusia diatur dalam Pasal 6 UUJF dan paling tidak harus membuat hal-hal sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 6 tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berlainan dalam FEO dan cessi jaminan yang lahir pada waktu perjanjian dibuat antara debitur dan kreditur jaminan fidusia berdasarkan UUJF lahir pada
tanggal jaminan fidusia tercatat dalam Buku Daftar Fidusia. Adapun bukti bagi kreditur bahwa ia merupakan pemegang jaminan fidusia adalah Sertifikat Jaminan
Fidusia yang diterbitkan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia.
Dengan demikian jelas bahwa perbuatan konstitutif yang melahirkan jaminan fidusia adalah pendaftarannya dalam Buku Daftar Fidusia, hal ini ditegaskan lagi
dalam Pasal 28 UUJF yang mengatur bahwa apabila atas benda yang sama yang menjadi objek jaminan fidusia dibuat lebih dari 1 satu perjanjian jaminan fidusia,
maka kreditur yang lebih dahulu mendaftarkannya adalah penerima fidusia, hal ini penting diperhatikan oleh kreditur yang menjadi pihak dalam perjanjian jaminan
fidusia, teristimewa karena hanya Penerima Fidusia, kuasai atau wakilnya yang boleh melakukan pendaftaran jaminan fidusia.
Ketentuan-ketentuan dalam UUJF tentang pendaftaran jaminan fidusia tersebut di atas merupakan terobosan penting mengingat bahwa pada umumnya objek
jaminan fidusia adalah benda bergerak yang tidak terdaftar sehingga sulit mengetahui siapa pemiliknya, teristimewa lagi dengan adanya ketentuan dalam Pasal 19977
KUHPerdata yang mengatur bahwa barang siapa menguasai benda bergerak ia dianggap sebagai pemiliknya bezit geldt als volkomen titel, tidak didaftarnya FEO
dan Cessi jaminan saat ini menjadi sebab utama mengapa FEO dan Cessi jaminan, melalui keharusan mendaftarkan jaminan fidusia. UUJF memenuhi asas publisitas
yang merupakan salah satu guru hukum jaminan kebendaan.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena Pemberi Fidusia tetap menguasai secara fisik benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan dia yang memakainya serta merupakan pihak yang
sepenuhnya memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian benda tersebut, maka Pemberi Fidusialah yang bertanggung jawab atas semua akibat dan harus memikul
semua risiko yang timbul berkenaan dengan pemakaian dan keadaan benda dimaksud. Ketentuan serupa juga terdapat dalam perjanjian “Finansial leasing” yang mengatur
bahwa semua risiko berkenaan dengan benda yang menjadi objek perjanjian leasing harus dipikul oleh Lessee karena lessee yang memakai benda tersebut dan
memperoleh manfaat ekonomis dari pemakaian tersebut. Bahwa penyerahan barang bergerak yang dilakukan oleh bukan pemiliknya
kepada seorang penerima yang beritikad baik adalah sah. Akan tetapi suatu penyerahan tidak nyata constitutum possessorium dapat dibenarkan jika orang yang
menyerahkan barang tersebut mempunyai kekuasaan untuk menyerahkannya atas dasar suatu hubungan hukum dengan pihak lain. Kreditor dalam suatu perjanjian
utang piutangnya dengan jaminan fidusia dapat dikatakan tidak mungkin untuk menyelidiki terlebih dahulu apakah debitor benar-benar pemilik artinya orang yang
dapat bertindak bebas atas barang – barang dijaminkan itu, terutama karena barang-barang yang dijaminkan itu berupa barang bergerak. Kreditor dalam pada itu
hanya dapat meminta kepada debitor untuk berjanji bahwa ia adalah benar-benar orang yang berhak untuk berbuat bebas atas barang yang dijaminkan itu.
Selaku peminjam pakai suatu barang debitor secara umum berkewajiban memelihara barang jaminan artinya selaku seorang pemilik barang memelihara
barangnya sendiri. Kewajiban lain ialah bahwa pada barang-barang inventaris ia
Universitas Sumatera Utara
harus menjaga agar jumlahnya tidak berkurang, sedangkan pada barang-barang perdagangan ia harus menjaga agar sisa barang tersebut melebihi nilai kredit yang
masih tersisa, sampai jumlah tertentu sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Kadang-kadang, kreditor tentunya meminta agar barang-barang jaminan yang
dikuasai debitor itu diasuransikan, atau mungkin pula kreditor yang mengasuransikan tetapi premi asuransi tetap dibayar oleh debitur. Kalau kita lihat kewajiban-kewajiban
tersebut di atas dapatlah kita katakan bahwa debitor berkewajiban menanggung semua biaya pengelolaan barang jaminan, kreditor hanya “terima bersih” saja.
Kewajiban – kewajiban yang demikian itu dapat kita maklumi, karena secara sosial ekonomis pihak debitorlah yang berkepentingan atas barang tersebut kreditor
hanya berkepentingan atas pembayaran kembali apa yang telah dituangkan kepada debitornya.
Kemungkinan yang paling banyak terjadi adalah kepailitan debitor dengan adanya kepailitan ini maka semua utang si debitor menjadi dapat ditagih. Adanya
kepailitan debitor, mewajibkan menyelesaikan hubungan hukum antara debitor dan kreditor, bukan hanya segi obligatoir juga segi zakelijk. Mengenai perjanjian fidusia
tersebut bersifat obligatoir atau zakelijk membawa serta akibat hukum dan cara penyelesaian yang berbeda, manakala terjadi kepailitan pada debitor. Jika kita
berpegang pada pendapat bahwa perjanjian fidusia merupakan perjanjian obligatoir, maka perjanjian tersebut hanya malahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
dapat dipertahankan antara mereka saja, tidak berlaku atau tidak dapat dipertahankan terhadap pihak ketiga. Maka konsekuensinya jika terjadi kepailitan debitor, maka
benda-benda jaminan yang berada pada debitor, karena penyerahan secara
Universitas Sumatera Utara
constitutum possessorium, berada di luar kepailian. Kreditor mempunyai hak sepenuhnya terhadap benda tersebut untuk pemenuhan piutangnya, kreditor tidak
terikat kepada ketentuan-ketentuan yang bersifat zakelijk sebagaimana berlaku pada gadai dan hipotek.
Cara pemenuhan piutangnya dan cara menyelesaikan hubungan hukumnya dalam kepailian terebut tergantung pada ketentuan-ketentuan sebagaimana telah
diperjanjikan antara para pihak. Misalnya saja si kreditor dapat menahan benda jaminan tersebut, kemudian diperhitungkan selisih harganya benda jaminan dengan
jumlah piutangnya, atau menjual benda jaminan tersebut secara di bawah tangan atau di muka umum, kemudian setelah diperhitungkan dengan piutangnya, sisanya
dikembalikan pada debitor. Sedangkan bagi mereka yang berpendapat bahwa perjanjian fidusia itu melahirkan hak yang zakelijk bagi kreditor, maka hak zakelijk
tersebut dapat dipertahankan terhadap pihak ketiga, dan benda-benda jaminan yang berada pada debitor masuk dalam boedel kepailitan. Untuk pemenuhan piutangnya
kreditor dapat bertindak terhadap benda-benda jaminan tersebut seolah-olah tidak terjadi kepailitan.
67
Seperti halnya hak jaminan kebendaan lainnya, jaminan fidusia mengatur prinsip “droit de suite” pengecualian atas prinsip ini terdapat dalam hal benda yang
menjadi objek jaminan fidusia adalah benda persediaan dan hak kepemilikannya dialihkan dengan cara dan prosedur yang lazim berlaku dalam usaha perdagangan dan
67
Marulak Pardede dkk, Op-Cit. hlm. 33-35.
Universitas Sumatera Utara
dengan memperhatikan persyaratan tertentu, dimungkinkan pengecualian tersebut perlu dalam hal benda persediaan terdiri dari barang jadi finished goods yang
diproduksi Pemberi Fidusia untuk dipasarkan. Selanjutnya UUJF mengatur secara khusus dalam Pasal 23 ayat 1 bahwa
penggunaan, pengalihan benda atau hasil benda menjadi objek jaminan fidusia yang disetujui oleh Penerima Fidusia tidak berakibat bahwa ia akan kehilangan jaminan
fidusia atas benda tertentu. Penggunaan ini perlu mengingat bahwa pada umumnya yang menjadi objek jaminan fidusia adalah aneka barang bergerak, sehubungan
dengan itu terdapat larangan jelas dalam Pasal 23 ayat 2 untuk mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain benda yang menjadi objek
jaminan fidusia yang bukan merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia.
Pelanggaran larangan tersebut di ancam dengan pidana penjara dan benda, ancaman pidana tersebut adalah konsekuensi dari pengalihan hak kepemilikan atas
benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara constitutum possessorium, terlebih lagi bilamana diperhatikan bahwa ketentuan dalam Pasal 1977 KUHPerdata
menentukan bahwa penguasaan atas barang bergerak merupakan atas hak bagi kepemilikannya.
68
68
Marulak Pardede dkk, Loc.Cit, hlm. 44-47
Universitas Sumatera Utara
BAB III HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI PADA KANTOR JAMINAN
FIDUSIA WILAYAH SUMATERA UTARA A.
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA
Perjanjian Kredit adalah perjanjian pokok prinsipil yang bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada dan
berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil adalah bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank
kepada nasabah debitur. Perjanjian kredit pada umumnya menggunakan bentuk perjanjian baku
standard contract. Berikutnya dengan itu, memang dalam praktiknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank sebagai kreditur sedangkan beditor
hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian buku standard contract, di mana dalam perjanjian
tersebut pihak debitur yang dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan negosiasi atau tawar-menawar.
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian kredit
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Berkaitan dengan itu, menurut CH. Gatot Wardoyo
perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok;
2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan
kewajiban di antara kreditur dan debitur; 3.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan montroring kredit .
69
Kemudian oleh Mariam Darus Bandrul Zaman, memberikan pengertian sebagai pinjaman uang, dengan catatan bahwa perjanjian pinjam uang ini memiliki
sifat-sifat yang khusus dan mempunyai identitas tersendiri.
70
Selanjutnya dijelaskan bahwa sifat-sifat khusus dalam perjanjian pinjaman uang itu adalah sebagaimana
tercermin di dalam : 1.
Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 dalm Pasal 1 ayat 11 2.
Perjanjian ini berbeda dengan perjanjian pinjam uang, menurut BAB XIII buku III KUHPerdata;
3. Juga berbeda dengan perjanjian pinjam uang yang diatur di dalam Undang-
Undang melepas uang Relsechneiter Ordonantie S. 1983 No. 523 dan Undang- undang Riba Woeker Ordonantie S. 1983 No. 524; dan
4. Berbeda dengan perjanjian pinjam uang menurut Hukum Adat.
71
Dalam perjanjian jaminan fidusia, ciri utama adalah benda jaminan harus tetap berada dalam penguasaan debitur. Apabila benda jaminan berada dalam
penguasaan kreditur, yang terjadi bukan perjanjian jaminan fidusia melainkan perjanjian gadai. Dalam perjanjian jaminan fidusia, jika benda jaminan diserahkan
69
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta Kencana, 2008 cetakan ke-4, hal 71-72
70
Mariam Darus Badrul Zaman, Prof, DR, SH, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1980, hal 20
71
Ibid, hal 20
Universitas Sumatera Utara
atau dikuasai oleh kreditur, perjanjian jaminan fidusia tidak sah. Namun, berbeda halnya kalau debitur pemberi fidusia tidak memenuhi kewajiban, kreditur penerima
fidusia dapat menarik banda jaminan fidusia untuk dijual guna menutupi hutang debitur. Tindakan tersebut bukan merupakan perbuatan hukum yang bertentangan
dengan UUJF. Bahkan, debitur pemberi fidusia mempunyai kewajiban untuk menyerahkan benda jaminan fidusia untuk dijual.
Perjanjian jaminan fidusia adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian kredit. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 UUJF, Eksekusi Jaminan Fidusia,
dilakukan melalui cara : 1.
Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 oleh Penerima Fidusia;
2. Penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima
Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi dan
Penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak
Pelaksanaan penjualan di bawah tangan dapat dilakukan setelah lewat 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi dan atau Penerima Fidusia
Universitas Sumatera Utara
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.
72
Bahwa ketentuan dalam Pasal 29 ayat 1 UUJF merupakan suatu ketentuan bersyarat, yang baru berlaku apabila syarat yang disebutkan di sana dipenuhi, yaitu
syarat, bahwa “debitur atau Pemberi Fidusia sudah cidera janji”. Ketentuan dalam Pasal tersebut membedakan antara debitur dan pemberi fidusia, yang memang bisa
merupakan dua orang yang berlainan. Kata “atau” mengajarkan kepada kita, bahwa yang cidera janji bisa debitur maupun pemberi fidusia. Karenanya harus dibedakan
antara cidera janji dari debitur pemberi fidusia dan pihak ketiga pemberi fidusia. Dalam hal debitur sendiri yang bertindak sebagai pemberi fidusia, sehubungan
dengan penjaminan itu ada dua perjanjian yang ditutup oleh kreditur, yaitu perjanjian pokoknya untuk mana diberikan jaminan fidusia dan perjanjian penjaminan
fidusianya sendiri, karena dalam Pasal 29 ayat 1 di atas disebutkan secara umum, cidera janji debitur meliputi baik pada perjanjian pokoknya maupun pada perjanjian
penjaminannya. Sebab dalam perjanjian pokok maupun dalam perjanjian penjaminannya, para pihak biasa memperjanjikan, bahwa apabila debitur tidak
mematuhi janji-janji yang tertuang dalam perjanjian-perjanjian yang mereka tutup, utang debitur seketika menjadi matang untuk ditagih.
Cidera janji di sini bisa berupa lalainya debitur memenuhi kewajiban pelunasannya pada saat utangnya sudah matang untuk ditagih, maupun tidak dipenuhi
72
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2000, hlm. 419.
Universitas Sumatera Utara
janji-janji yang diperjanjikan, baik dalam perjanjian pokok maupun perjanjian penjaminannya, sekaligus utangnya sendiri pada saat itu belum matang untuk ditagih.
Dalam peristiwa seperti itu, maka kreditur penerima fidusia bisa melaksanakan eksekusinya atas benda jaminan fidusia.
Perjanjian jaminan fidusia diadakan mengikuti perjanjian kredit yang dibuat antara bank dengan Pengusaha Kecil. Sebagai suatu perjanjian accessoir, perjanjian
jaminan fidusia sifat sebagai berikut : 1.
Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok; 2.
Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok, sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang
disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi.
73
Karena sifat accessoir, maka sesuai Pasal 25 ayat 1 huruf a UUJF, dengan hapusnya utang yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, maka hapus pulalah
perjanjian jaminan fidusia yang mengikutinya. Menurut jenisnya jaminan khusus ada dua macam yaitu jaminan perorangan
dan jaminan kebendaan. Jaminan perorangan adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seorang pihak ketiga guna menjamin pemenuhan
kewajiban-kewajiban Debitur kepada Kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cindera janji wanprestasi. Sedangkan jaminan kebendaan adalah jaminan berupa
harta kekayaan, baik benda maupun hak-hak kebendaan, yang diberikan dengan cara
73
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.cit, h.125
Universitas Sumatera Utara
pemisahan bagian dari harta kekayaan baik milik debitur maupun milik pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur.
Hak dan kewajiban pemberi dan penerima Fidusia sebagai berikut :
Hak Pemberi Fidusia menurut Pasal 29 Undang-Undang No. 42 tahun 1999 yaitu:
1. Menguasai barang-barang jaminan fidusia yang disampaikan oleh debitur kepada
kreditur. 2.
Menggunakan benda jaminan fidusia untuk melakukan kegiatan usaha. Kewajiban Pemberi Fidusia menurut pasal 30 Undang-Undang No. 42
tahun 1999 adalah : 1.
Merawat benda-benda jaminan fidusia agar tidak rusak 2.
Menyelamatkan atau menjaga benda jaminan fidusia agar tidak hilang. 3.
Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia.
Hak Penerima Fidusia menurut pasal 27 Undang-Undang No. 42 tahun 1999 adalah :
1. Mengawasi benda-benda Jaminan Fidusia
2. Menjual benda-benda jaminan fidusia apabila debitur melakukan wanprestasi.
3. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya.
4. Hak yang didahulukan sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat 1 adalah hak
penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
Universitas Sumatera Utara
5. Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena cedera janji atau
wanpretasi penerima fidusia. Kewajiban Penerima Fidusia yaitu :
1. Pasal 25 ayat 3 Undang-Undang No. 42 tahun 1999 yaitu penerima fidusia
memberitahukan kepada kantor pendaftaran fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dengan melampirkan
pernyataan mengenai hapusnya hutang, pelepasan hak, atas musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia
2. Pasal 29 ayat 2 yaitu pelaksanaan penjualan sebagaimana yang dimaksud dalam
ayat 1 huruf c dilakukan setelah lewat waku 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi dan atau Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.
3. Pasal 34 ayat 1 yaitu dalam hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan penerima
fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada penerima fidusia dan ayat 2 yaitu apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan hutang
debitur tetap bertanggung jawab atas hutang yang belum terbayar.
Universitas Sumatera Utara
B. Hambatan-Hambatan Yang Terjadi Pada Proses Pendaftaran Jaminan