Dewi, Mahasiswi KeNotarisan dengan Induk Mahasiswa 002111047, menelitih tentang Pemberian Kredit Bank dengan Jaminan Fidusia telah keluarnya
Undang-Undang No 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia di Kota Binjai. Penelitian tersebut mempermasalahkan dan membahas tentang peraturan perundang-
undangan yang mengatur pemberian kredit bank dengan jaminan fidusia sebelum atau sudah dikeluarkannya Undang-Undang No, 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
serta Pendaftaran Fidusia setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia serta hambatan-hambatan yang terjadi dalam
melakukan pendaftaran jaminan fidusia dan eksekusi terhadap jaminan fidusia setelah dikelurkannya Undang-Undang No. 42 bTahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dikatakan asli, baik disegi materi dari sifat penelitiannya belum ada yang menelitih sebelumnya. Sehingga dengan
begitu, dapat saya pertanggungjawabkan Kemudian hari.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan ditelitih. Teori ini masih bersifat sementara yang akan
dibuktikan kebenarannya dengan cara menelitih secara realitas. Kerangka teoritis lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial dan juga dapat
dipergunakan dalam penelitian hukum, yaitu pada penelitian hukum sosiologis atau empiris.
9
9
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 127
Universitas Sumatera Utara
Fungsi teori dalam penelitian dimaksudkan untuk memberikan arahanpetunjuk dan merambalkan serta menjelaskan gelaja yang diamati untuk dikaji
dengan norma hukum.
10
Menurut teori konpensional, tujuan hukum adalah untuk mengwujudkan keadilan rechtgerehtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit, dan
kepastian hukum rechtszekerheid.
11
Hukum perbankan berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di bidang hukum perbankan.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan bangunanrumah di atas tanah orang lain baik yang
terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan penulasan
hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
12
Fidusia adalah lembaga yang berasal dari system hukum perdata barat yang eksistensi dan perkembangannya selalu dikaitkan dengan system civil law. Istilah
civil law berasal dari kata latin “jus civilei”, yang diperlakukan kepada masyarakat Romawi. Selain jus civilei terdapat pula hukum yang mengatur warga Romawi
dengan orang asing yang dikenal dengan “jus gentium”.
13
10
Tan Kamello,Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, PT Alumni, Bandung,
2004, hal 17.
11
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologi, PT Agung, Jakarta, 2002,
hal 35
12
Pengertian Jaminan Fidusia di dalam UU Jaminan Fidusia No. 42 Tahun 1999 Pasal 1 angka 2
UU Jaminan Fidusia dapat disimpulkan bahwa objek Jaminan Fidusia meliputi benda bergerak dan tidak
bergerak.
13
Ibid, hal 38
Universitas Sumatera Utara
Hukum Romawi memuat ketentuan khususnya di bidang hukum perjanjian pada tingkat awal perkembangannya, dimana tidak terdapat bentuk yuridis yang
memadai untuk memberikan jaminan baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, karena hak gadai dan hipotik sebagai hak jaminan bentuk lembaga jaminan
pada saat itu sangat dirasakan dalam hubungannya dengan peminjaman uang, sehingga praktek menggunakan konstruksi hukum yang ada yaitu pemberian jaminan
kebendaan oleh debitur kepada krediturnya dengan pengalihan hak milik secara kepercayaan.
14
Salah satu fungsi bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat, bank melakukan secara aktif usahanya yakni memberikan kredit kepada pihak nasabah
beditur. Bank memberikan kredit didasarkan kepada prinsip kehati-hatian. Pada prinsipnya dalam hukum adat tidak terdapat pengaturan secara khusus mengenai
benda. Pada ahli hukum hanya menjelaskan hukum adat tentang benda antara lain
hukum tanah, hukum transaksi yang berkaitan dengan tanah dan hukum perutangan. Oleh karena itu dalam penyusunan hukum benda yang dipergunakan adalah prinsip
hukum adat mengenai tanah, yang dikombinasikan dengan hukum benda dalam BW serta hukum benda dari system hukum anglo saxon. Asas mempertahankan
kepribadian bangsa lewat hukum adat ini diikuti oleh prinsip nasionalitas sebagaimana tercantum pada Pasal 9, 21, 30, dan 36 UUPA, sebaliknya terhadap
benda bukan tanah belum ada larangannya untuk menerapkan prinsip nasionalitas.
14
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Penjaminan atas benda bukan tanah dapat dilakuakn dengan 2 dua cara yaitu :
a. Penggunaan lembaga jaminan fidusia yang dibebankan terhadap benda bukan
tanah sebagai jaminan utang yang penguasaannya tetap berada di tangan debitur; b.
Lembaga gadai yang dibebani terhadap benda bukan tanah yang penguasaannya diserahkan kepada kreditur;
Adanya pola pembagian benda yang demekian, berarti tidak terdapat tumpang tindih antara hukum jaminan yang mengatur tentang tanah dan hukum jaminan yang
mengatur tentang bukan tanah. Hal tersebut juga akan menjadi koreksi terhadap UUJF sehingga dapat mengatasi ketidak jelasan objek jaminan fidusia.
Praktek jaminan fidusia telah lama dkenal sebagai salah satu instrument jaminan kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory, berbeda dengan jaminan
kebendaan yang bersifat possessory seperti gadai, jaminan fidusia memungkinkan pihak debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap menguasai dan mengambil
manfaat atas benda bergerak yang telah dijaminkan tersebut. Pada awalnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia hanya terbatas pada kekayaan benda bergerak
yang berwujud dalam persediaan inventory.
15
Terdapat beberapa ketentuan perundang-undangan yang membahas mengenai fidusia sebagai suatu instrument jaminan. Meskipun begitu, secara umum tidak ada
panduan teknis mengenai pelaksanaan instrumen fidusia tersebut. Lahirnya jaminan fidusia merupakan murni didasarkan pada ketentuan Pasal 1320 jo.1338 BW
15
Widjaja Gunawan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia seri Hukum Bisnis, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000, hal 6
Universitas Sumatera Utara
mengenai kebebasan berkontrak. Pada Pasal 1 ayat 2 UUJF menyatakan bahwasanya hak tanggungan tetap berada dalam penguasaan pemberi jaminan fidusia
sebagai agunan bagi pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima jaminan fidusia terhadap kreditur lainnya. Dengan
keluarnya UUJF ini, maka dengan melihat ketentuan yang terdapat pada Pasal 17 UUJF menggariskan bahwasanya pembebanan hak jaminan pada benda bergerak
menjadi lebih memiliki kepastian hukum, karena status kreditur dijamin dengan adanya institusi pendaftaran yang berfungsi untuk mendata pembebanan jaminan
fidusia guna mencegah terjadinya pembebanan ulang jaminan fidusia terhadap barang yang sama tanpa sepengetahuan penerima jaminan fidusia yang pertama.
Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwasanya
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Kata “kredit” berasal dari bahasa romawi yaitu “credere” yang artinya
“percaya”. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan faith atau trust.
16
Dengan demikian kredit menunjukkan hubungan kepercayaan antara pihak yang memberikan kredit
kreditur dengan yang menerima kredit debitur. Sementara pada Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwasanya kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
16
Badarulzaman Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, PT. Alumni, Bandung, 1978, hal 19
Universitas Sumatera Utara
kesepakatan pinjam-pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk mengembalikan atau melunasi hutang setelah jangka waktu yang
telah ditentukan dengan pemberian bunga. Namun undang-undang tersebut tidak menemukan lebih lanjut mengenai bagaiman bentuk persetujuan pinjam-meminjam
tersebut. Perbedaan terletak pada bentuk kontra-prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana debitur kepada bank investor atas pemberian kredit atau
pembiayaan. Pada bank konvensional, kontrak prestasinya berupa bunga, sedangkan bank syariah kontrak prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan
persetujuan atau kesepakatan bersama. KUHPerdata merumuskan dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH-Perdata yaitu:
Pasal 1131 KUH-Perdata berbunyi :”Segala kebendaan siberhutang baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada
dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Pasal 1132 KUH-Perdata berbunyi : “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-
sama bagi semua benda yang menguntungkan padanya, pendapatan penjualan benda- benda itu dibagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecil piutang masing-
masing, kecuali diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
Pasal 8 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwasanya dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisa yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya
Universitas Sumatera Utara
atau mengembalikan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Keberadaan Kantor Fidusia ini berada
dalam lingkup tugas Departemen Hukum Dan HAM Hak Asasi Manusia, segala keterangan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada pada
Kantor Pendaftaran Fidusia terdapat pada Pasal 18 UUJF. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan penerima fidusia, kuasa
atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia yang memuat :
a. Identitas pihak Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;
b. Tanggal, nomor akta Jaminan fidusia, nama, dan tempat kedudukan notaris yang
membuat akta Jaminan fidusia; c.
Data perjanjian pokok yang menjadi objek Jaminan fidusia; d.
Uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan fidusia; e.
Nilai penjaminan; dan f.
Nilai benda yang menjadi objek Jaminan fidusia. Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar
Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sebagai bukti kreditur bahwa ia merupakan pemegang Jaminan fidusia
adalah Sertifikat Jaminan fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan Pendaftaran jaminan
Universitas Sumatera Utara
fidusia. Berdasarkan Pasal 17 UUJF menyebutkan bahwasanya pemberi fidusia dilarang melakukan fidusia ulang terhadap objek jaminannya fidusia yang sudah
terdaftar. Fidusia ulang oleh pemberi Fidusia, baik debitur maupun penjamin pihak ketiga tidak dimungkinkan atas benda yang dijadikan objek jaminan fidusia karena
hak kepemiliknnya beralih kepada penerima fidusia.
2. Konsepsi