6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian yang hendak dicapai penulis dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana dan seberapa besar tingkat suku bunga SBI dan
inflasi terhadap kinerja pembiayaan tahun 2009-2011. b.
Untuk menganalisis apakah ada pengaruh yang signifikan antara besar tingkat suku bunga SBI dan inflasi terhadap kinerja pembiayaan tahun 2009-2011.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan referensi bagi peneliti atau peneliti lain sebagai gambaran
mengenai pembiayaan. b.
Bagi Instansi Terkait Pihak Perbankan Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak perbankan dalam
merumuskan penawaran pembiayaan.
7
D. Kajian Kepustakaan
Beberapa referensi yang telah ada dan berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat adalah:
1. Judul skripsi “Pengaruh Financing To Deposit Ratio FDR Dan Tingkat Inflasi
Terhadap Non Performing Financing NPF Bank Syariah di indonesia” ditulis oleh Siti Maryam, NIM 105046101613 No. Skripsi SJM 132010.
Skripsi ini membahas bagaimana pengaruh FDR yang dimiliki oleh Bank Syariah dan tingkat inflasi yang nyata secara simultan terhadap NPF.
2. Judul skripsi “Analisis Pengaruh Non Performing Financing NPF dan Financing
To Deposit Ratio FDR Terhadap Persentase Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah Pada Bank Muamalat Indonesia” ditulis oleh Umaira
Arifa, NIM 104046101700 No. Skripsi SJM 1522008. Skripsi ini membahas tentang seberapa besar kemampuan variabel FDR dan NPF
terhadap return bagi hasil pada deposito mudharabah mutlaqoh di Bank Muamalat Indonesia berepengaruh secara simultan atau secara parsial.
8
E. Kerangka Teori
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan atau simpanan dan menyalurkan dana
untuk masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya yang diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Ada lima jenis alokasi dana oleh suatu bank umum yaitu: Alokasi dana yang paling utama dalam memenuhi ketentuan liquiditas wajib minimum yang di tetapkan
oleh bank Indonesia. Primary reserve cadangan primer adalah Alokasi dana yang paling utama
dalam memenuhi ketentuan liquiditas wajib minimum yang di tetapkan oleh Bank Indonesia.
Secondary reserve cadangan sekunder adalah : prioritas kedua dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana kedalam asset liquid yang bukan terdapat
dalam kas. Dan tujuan dari cadangan sekunder adalah untuk di jadikan sebagai pengganti cadangan primer.
Loan profit kredit adalah setelah bank mencukupi cadangan sekunder maupun cadangan primer maka bank akan menyalurkan kelebihan liquiditasnya
kedalam bentuk kredit.
9 Portofolio investment investasi portofolio adalah pengalokasian dana sisa
dapat di wujudkan dalam investasi portofolio yang bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan. Investasi ini dapat berupa penanaman dalam bentuk surat-surat
berharga jangka panjang atau yang berliquiditas tinggi seperti obligasi. Fixed asset aktifa tetap adalah penanaman modal bank yang terakhir yakni
dalam bentuk aktifa tetap seperti: pembelian tanah, pembelian bangunan kantor, pembelian peralatan operasional bank, dan pembelain aktifa tetap lainnya hal ini
dilakukan untuk memperlancar kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank.
1. INFLASI
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus
4
. Kenaikan beberapa kondisi saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga-
harga barang lain. Sebab awal inflasi : 1.
Demand Pull Inflation yaitu inflasi yang timbul karena tingginya permintaan masyarakat akan berbagai barang.
2. Cost Push Inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi.
4
Nur’aini Chaniago, Hubungan Antara Inflasi dengan Tingkat Output di Indonesia, Media Ekonomi, Vol. 9, No. 1, April 2003, hlm. 40-55.
10 Inflasi sendiri didefenisikan sebagai kondisi apabila tingkat harga-harga dan
biaya-biaya umum naik, harga beras, bahan bakar mobil, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal juga mengalami kenaikan.
2. TINGKAT SUKU BUNGA SBI
Pengertian dasar dari tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku bunga sebagai harga dapat juga
dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah nanti, misalnya hutang piutang timbul karena
terjadi pertukaran semacam ini. Salah satu instrument moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi
masyarakat maupun pengusaha untuk menabung atau melakukan investasi adalah tingkat suku bunga. Dalam perhitungan tingkat suku bunga, biasanya digunakan
prosentase dari jumlah uang yang dipinjam atau ditanamkan seseorang.
3. Kinerja Pembiayaan Financing to Depocit Ratio dan Non Performing Financing
Financing to Depocit Ratio FDR adalah rasio dari jumlah pembiayaan yang disalurkan bank syariah dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang
dihimpun. Dalam konteks bank konvensional FDR adalah Loan to Depocit Ratio
11 LDR. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan bank maka FDR yang baik adalah
diatas 85-100. Non Performing Financing NPF adalah jumlah pembiayaan yang tidak dapat
terbayarkan bermasalah. NPF mengukur kemampuan debitur dalam mengembalikan dana bank. NPF yang baik adalah di bawah 5.
3.1. Financing to Depocit Ratio FDR Financing to Depocit Ratio FDR adalah rasio dari jumlah pembiayaan yang
disalurkan bank syariah dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun
5
. Dalam konteks bank konvensional FDR adalah Loan to Depocit Ratio LDR yaitu rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank. Mandala dan Prathama menjelaskan pengertian dari FDR adalah rasio yang
menunjukkan berapa besar jumlah dana pihak ketiga dibandingkan dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan
6
. Jika rasionya terlalu rendah, banyak dana pihak ketiga
5
Direktorat Perbankan Syariah, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Jakarta, Berbagai Terbitan.
6
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2008, hlm. 179.
12 FDR = Total Pembiayaan x100
Total DPK yang tidak disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Hal ini merupakan indikasi awal
bank tidak melakukan fungsi intermediasi sepenuhnya. Tetapi jika rasionya terlalu besar, merupakan indikasi awal bahwa bank terlalu ekspansif menyalurkan kredit
dibanding sumber dana yang tersedia. Bila tidak dikendalikan, bank akan mengalami kesulitan likuiditas atau yang lebih buruk adalah pembiayan bermasalah yang sangat
besar. Menurut Yusdani dalam penelitiannya, FDR adalah rasio antara pembiayaan
yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang diterima bank
7
. Jadi Financing to Deposit Ratio FDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah
pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Dana Pihak Ketiga DPK yang diperhitungkan dalam analisis FDR adalah tabungan, deposito, pinjaman atau deposito yang berjangka waktu lebih dari tiga
bulan, modal inti, dan modal pinjaman.
7
Yusdani, Perbankan Syariah Berbasis Floating Market, 2005, Millah Vol IV No. 2, hlm. 61.
13 3.2. Non Performing Financing NPF
Non Performing Financing NPF adalah jumlah pembiayaan yang tidak dapat terbayarkan
bermasalah
8
. NPF
mengukur kemampuan
debitur dalam
mengembalikan dana bank. NPF dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat
kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Dalam konteks bank konvensional, NPF pada bank syariah disebut Non
Performing Loans NPL yaitu kredit yang disalurkan tetapi pada saat pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak
dikembalikan sama sekali
9
. Non Performing Financing NPF, yakni jumlah pembiayaan yang tergolong non lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan
macet
10
, berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif. Jadi Non Performing Financing NPF adalah pembiayaan yang masuk ke
dalam kategori kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet, berdasarkan kriteria
8
Direktorat Perbankan Syariah, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Jakarta, Berbagai Terbitan.
9
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter: Kajian Kontekstual Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 2004, hlm. 196.
10
Yusdani, Perbankan Syariah Berbasis Floating Market, 2005, Millah Vol IV No. 2, hlm. 61.
14 NPF= Total Pembiayaan Bermasalah x100
Total Pembiayaan yg disalurkan yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Status NPF pada prinsipnya didasarkan
pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun pengembalian pokok pinjaman.
Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Semakin tinggi NPF maka semakin tinggi risiko gagal bayar debitur. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, sebuah bank
dikatakan sehat bila NPF di bawah 5
11
F. Variabel Penelitian X
1
Y
X
2
11
Direktorat Perbankan Syariah, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Berbagai Terbitan.
Suku bunga SBI
Kinerja Pembiayaan Y
1
=FRD, Y
2
=NPF
Inflasi
15 Untuk lebih jelasnya dan fokus variabel penelitian ini maka variable
penelitian sebagai berikut: X
1
: suku bunga SBI X
2
: Inflasi Y
1
: FDR Y
2 :
NPF
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Sejak tahun 1965 perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tingkat inflasi
yang terkendali. Tetapi krisis ekonomi yang berlangsung sejak pertengahan 1997 telah menyebabkan tehambatnya proses pertumbuhan tersebut, ditandai dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin rendah dan tingkat inflasi yang tinggi. Dalam dunia nyata inflasi sering terjadi dan merupakan fenomena yang
diperhatikan. Lebih penting lagi karena secara praktis inflasi sering terjadi dan sulit diantisipasi. Pada umumnya analisis mengenai inflasi dihubungkan dengan sektor riil
maupun sektor moneter
1
. Dalam sektor riil inflasi memiliki pengaruh yang besar dalam proses produksi dan permintaan barang, sedangkan dalam sektor moneter
dianggap sebagai pemicu terjadinya inflasi. 1. Definisi Inflasi
Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur ekonomi. Keanekaragaman definisi pengertian tersebut terjadi karena
luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat
1
Said Kelana, Teori Ekonomi Makro, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hlm 199