kepemimpinan tidak mempunyai hubungan terhadap kepemilikan sertifikasi sanitasi kapal dengan nilai probabilitas 0,704 p0,05.
Berdasarkan variabel penerapan SOP, diketahui proporsi kapal dengan penerapan SOP kategori baik 100 mendapatkan sertifikat SSCEC, demikian juga
dengan penerapan SOP kategori kurang 75,8 mendapatkan sertifikat SSCC. Hasil statistik dengan uji Exact Fisher’s Test menunjukkan bahwa penerapan SOP
mempunyai hubungan signifikan terhadap kepemilikan sertifikasi sanitasi kapal dengan nilai probabilitas 0,019 p0,05.
4.5 Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan lanjutan analisis bivariat yang ditujukan untuk mengetahui variabel paling dominan berpengaruh terhadap kepemilikan sertifikat
sanitasi kapal dengan syarat hasil analisis pada bivariat menunjukkan nilai p0,25. Uji statistik yang digunakan dalam analisis multivariat ini adalah uji regresi logistik
ganda dengan pertimbangan variabel dependen merupakan kategorisasi dikotomi. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat 2 dua variabel yang mempunyai nilai
p0,25 yaitu variabel penerapan SOP p=0,008, dan variabel sanitasi p=0,017. Hasil uji regresi logistik ganda dapat dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda No
Variabel Nilai B
Nilai B exp Nilai p
1 Sanitasi Kapal
-2,251 0,105
0,017 Nilai Overall Percentage
84,9 Nilai Konstanta
-15,577
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 menunjukkan variabel sanitasi kapal merupakan variabel paling dominan mempunyai pengaruh terhadap kepemilikan sertifikat sanitasi kapal dengan nilai B
exp sebesar 0,105 dengan nilai p=0,017, dan nilai over all percentage sebesar 84,9.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Sertifikat Sanitasi Kapal
Sertifikat sanitasi kapal dalam penelitian ini adalah jenis serifikat yang dimiliki kapal yaitu Ship Sanitation Control Exemption Certificate SSCEC atau
Ship Sanitation Control Certificate SSCC dengan masa berlaku 6 bulan sejak tanggal diterbitkan. Hasil penelitian menunjukkan 84,9 kapal mempunyai sertifikat
SSCEC dan 15,1 kapal yang memiliki sertifikat SSCC. Hal ini menunjukkan dari 53 Kapal yang diperiksa, masih ada 15,1 yang perlu dilakukan pembenahan dan
pengawasan terhadap upaya sanitasi kapal oleh nahkoda kapal mengingat kelayakan sanitasi kapal belum memenuhi syarat yaitu masih belum bebas dari infeksi dan
kontaminasi. Sertifikat SSCC diberikan terhadap kapal yang telah dilakukan tindakan
sanitasi berupa hapus hama, hapus serangga atau hapus tikus kepada kapal. Menurut IHR 2005 tindakan yang dilakukan bagi kapal yang masih mendapatkan sertifikat
SSCC adalah memeriksa keadaan sanitasi kapal dan sumber kontaminasi, jika terdapat sumber infeksi dan kontaminasi baik bersumber dari aktivitas dapur,
keadaan sanitasi dek, dan keberadaan vektor, maka pihak manajemen kapal wajib melakukan perbaikan dan pembenahan agar bebas dari keseluruhan masalah sanitasi
kapal.
Universitas Sumatera Utara