Pengaruh Sanitasi Kapal terhadap Kepemilikan Sertifikat Sanitasi Kapal

Secara regulasi, tidak semua pelabuhan dapat menerbitkan SSCC, hanya pelabuhan tertentu yang mempunyai kewenangan untuk itu, berlaku international dan terdaftar di WHO setelah diusulkan oleh pemirintahan suatu Negara. Menurut Permenkes No 356MenkesIV2008, bahwa KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Selain itu salah satu fungsi penting KKP adalah pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalulintas internasional, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan PelabuhanBandara dan Lintas Batas Darat Depkes RI, 2008. Alaine 2008 menyatakan pemeriksaan rutin Sanitasi kapal yaitu pemeriksaan sanitasi kapal dilakukan setiap kapal singgah pada suatu pelabuhan dapat meningkatkan nilai median sanitasi kapal dan Anonimus 2009 sertifikat sanitasi dengan tingkat risiko rendah dapat mengurangi penyebaran masalah kesehatan masyarakat secara internasional dan regional termasuk pengendalian vektor.

5.2. Pengaruh Sanitasi Kapal terhadap Kepemilikan Sertifikat Sanitasi Kapal

Sanitasi kapal dalam penelitian ini adalah keadaan kapal yang menunjukkan tingkat kebersihan di dalam kapal yang mencakup kamar ABK, kamar mandi, kakus, Universitas Sumatera Utara dapur, kamar pendingin, kamar laudry dan penjamah makanan sesuai dengan form pemeriksaan hygiene sanitasi kapal yang direkomendasikan IHR 2005. Sanitasi kapal didasarkan dari 16 indikator penilaian antara lain dek kapal, gudang, dapur, air, air persediaan, air bersih, ruangan ABK, Nahkoda, dan ruangan penumpang, limbah cair dan padat, sampah, penjamah makanan, makanan, kolam renang dan fasilitas medis, kemudian dilakukan penskoring dengan ketentuan jika skor lebih dari 5175 point maka dikategorikan risiko rendah dan sebaliknya jika kurang 5176 point di nyatakan risiko tinggi. Hasil penelitian, tingkat sanitasi kapal dengan katagori risiko tinggi berjumlah 18 kapal 34,0, diantaranya 12 22 kapal berbendera Indonesia. Kapal yang katagori risiko tinggi umum mempunyai tingkat sanitasi jelek pada penilaian penyedianan air minumpotable water 66 dan fasilitas medis 71,7, hasil ini mendukung penelitian Alaine 2008 bahwasannya fasilitas medis 96,5 tidak memenuhi syarat minimal katagori baik, dan air persediaan 97 bermasalah kapal tidak mampu mencapai batas minimal penilaian Hasil penelitian menunjukkan rerata skor sanitasi adalah 5253,7 dengan standar deviasi 314,354, dan diketahui 18,9 kapal masih termasuk high risk, sehingga perlu dilakukan tindakan untuk pembenahan sanitasi kapal. Hasil uji dengan uji Exact Fisher’s Test menunjukkan bahwa sanitasi kapal mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepemilikan sertifikasi sanitasi kapal dengan nilai probabilitas 0,014 p0,05, dan berdasarkan hasil uji regresi logistik Universitas Sumatera Utara ganda menunjukkan variabel sanitasi kapal merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap kepemilikan sertifikat sanitasi kapal. Secara proporsi menunjukkan sanitasi kapal kategori low risk 94,3 mendapatkan sertifikat SSCEC, sedangkan kapal dengan sanitasi kapal kategori high risk 33,3 mendapatkan sertifikat SSCC. Penelitian ini menunjukkan bahwa kapal dengan sertifikat SSCC masih memiliki nilai sanitasi high risk sebesar 33,3, kapal dengan sertifikat SSCC ini seharusnya memperoleh nilai Low risk karena baru saja dilakukan hapus serangga maupun vektor di kapal tersebut. Sedangkan kapal dengan sertifikat SSCC memperoleh nilai low risk hanya 5,7, hal ini disebabkan manajemen kapal telah melaksanakan perbaikan sanitasi terhadap kapal tersebut. Sanitasi kapal yang baik dapat mencegah masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, maka penting sekali adanya pengawasan sanitasi kapal laut. Usaha ini bertujuan untuk membuat lingkungan di atas kapal tidak menjadi sumber penularan penyakit yang ditularkan melalui rodent, vektor ataupun penyakit akibat kondisi lingkungan kapal yang tidak sehat. Upaya sanitasi kapal dapat disebabkan oleh multi faktor baik bersumber dari individu dalam kapal seperti kompetensinya dalam memahami prosedur tetap sanitasi kapal, pelaksanaan upaya sanitasi kapal dengan baik, maupun bersumber dari manajemen kapal seperti ketersediaan SOP sanitasi kapal, perencanaan, pengawasan dan evaluasi sanitasi kapal. Universitas Sumatera Utara

5.3. Pengaruh Manajemen Kapal terhadap Kepemilikan Sertifikat Sanitasi