BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan menurut WHO diartikan sebagai keadaan baik secara menyeluruh termasuk kondisi fisik, mental dan sosialnya, tidak sekedar ketiadaan suatu penyakit
atau kecacatan. Dalam pengertian kesehatan seperti inilah setiap kondisi lingkungan yang berpengaruh kepada gangguan fisik, mental, dan sosial seseorang pada dasarnya
adalah pengaruh lingkungan terhadap kesehatan Amsyari, 1996. Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia tidak hanya
melalui suhu, komposisi udara dan air, tetapi juga melalui interaksi dengan jenis dan distribusi flora dan fauna lingkungan biologis. Lingkungan biologis ini merupakan
pengaruh utama terhadap suplai makanan dan reservoir serta mekanisme penularan banyak penyakit Widianti, 2001.
Air merupakan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan. Pengaruh air langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena
air berfungsi sebagai media penular penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan
dirinya telah terlampaui. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan air tetapi juga
meningkatkan jumlah air buangan. Buangan –buangan inilah yang merupakan sumber- sumber pengotoran perairan Soemirat, 2002.
Perubahan kualitas air yang dapat mengakibatkan pengaruh kepada kesehatan biasanya diukur dari ada tidaknya bahan- bahan yang berbahaya dalam air
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Bahan- bahan yang berbahaya tersebut dapat bersifat fisik, kimia, dan biologis. Bahan berbahaya yang bersifat fisik seperti suhu, radiasi, tekanan udara,
dsb. Bahan berbahaya yang bersifat kimia seperti logam berat, hidrokarbon, CO, SO
2
, dsb. Bahan berbahaya yang bersifat biologis seperti virus, bakteri, insekta, cacing,
dsb Amsyari, 1996. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen,
sedangkan yang tidak membahayakan bagi kesehatan disebut non- pathogen. Eschericia coli merupakan indikator yang paling baik untuk menunjukkan bahwa air
rumah tangga sudah dikotori feces manusia. Eschericia coli merupakan flora normal, hidup di dalam colon manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam
organ atau jaringan lain Entjang, 2001. Jenis tertentu dari Eschericia coli dapat menyebabkan penyakit diare pada
anak- anak Entjang, 2001. Berdasarkan penelitian Anggraini Sulistyowati 2004 di Kabupaten Purbalingga menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah coliform
dengan kejadian diare p = 0,001. Berdasarkan Profil Kesehatan Medan tahun 2008 jumlah penderita diare
berada pada tingkat pertama dari 10 penyakit terbesar pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Provinsi Sumatera Utara yaitu 5.680 kunjungan 43,66 sedangkan
di Puskesmas Provinsi Sumatera Utara diare merupakan penyakit menular kedua terbanyak setelah Influenza yaitu 94.261 kunjungan 20,03 .
Proses desinfektan merupakan cara yang tepat untuk mematikan makhluk hidup yang terkandung dalam air seperti Eschericia coli yaitu dengan cara memberi
larutan kimia ke dalam air yang akan diproses desinfektan. Banyak sekali jenis bahan
Universitas Sumatera Utara
kimia untuk membunuh kuman dan bakteri dalam air ini.. Hanya satu jenis zat kimia yang cukup populer adalah dengan memberikan zat chlorine atau sering desebut
dengan chlorinasi. Dihampir semua PDAM di Indonesia memakai zat ini untuk proses desinfektan. Dalam bahasa awam mungkin lebih banyak dikenal dengan nama
kaporit dengan aroma dan bau yang khas ketika air diberi desinfektan jenis ini Pitoyo, 2005.
Berdasarkan penelitian Ibroni 1997 di Medan maka didapat hasil bahwa terjadi penurunan sisa chlor pada konsumen atau pelanggan yang jaraknya jauh dari
proses pengolahan. Sehingga sisa Chlor pada konsumen yang dianjurkan minimal 0,2 mgl tidak dapat tercapai. Dari penelitian tersebut didapat hasil keadaan sisa chlor
pada konsumen atau pelanggan jarak dari sumber pengolahan yaitu pada jarak dekat 72 baik, jarak sedang 53 baik, jarak jauh 43 baik , yaitu lebih dari 0,2 mgl.
Berdasarkan penelitian M. Festiyanti 2006 di Semarang didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sisa chlor bebas dengan jumlah bakteri
Eschericia coli p= 0,05. Berdasarkan penelitian Afrilian 2004 di Semarang didapatkan bahwa ada
hubungan antara jarak perpipaan dengan jumlah Eschericia coli p= 0,002 pada distribusi air perpipaan dari sumber mata air. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengetahui hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah Eschericia coli pada perpipaan dari PDAM Tirtanadi Sunggal tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah