Bakteri Indikator Polusi Kerangka Konsep Hipotesis

6. Komponen polutan. Air yang mengandung polutan yang berasal dari tanaman dan bangkai hewan mengandung bakteri koliform, sedangkan air yang mengandung sampah organik akan menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerob seperti Clostridium dan Disulfovibrio.

2.8. Bakteri Indikator Polusi

Bakteri indikator polusi atau indikator sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut merupakan organisme komensal yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia atau hewan. Syarat- syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat khlorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Bakteri indikator tersebut adalah :

1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga koliform fekal. 2. Streptococcus Fecal Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat memanjang yang disebut juga kokobasili. Streptococcus fecal dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya karena bakteri ini hidup di dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45 o C. Universitas Sumatera Utara

3. Clostridium perfringens

C. perfringens merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di alam, yaitu di dalam tanah, debu, dan merupakan bagian dari mikroflora normal di dalam saluran usus manusia dan hewan. Bakteri ini bersifat aerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik, meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.

2.9. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theoder Von Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. DR. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang terjadi pada infant adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli Andriani, 2004.

2.9.1. Escherichia coli Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare

Berdasarkan Brooks 2005, Escherichia coli yang berhubungan dengan penyakit diare adalah :

1. Enterophatogenic E. coli EPEC

Enterophatogenic E. coli EPEC merupakan penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC awalnya dihubungkan dengan terjangkitnya diare di ruang perawatan di negara berkembang. EPEC melekat pada sel mucosa usus kecil. Faktor yang berhubungan dengan kromosom mendukung pelekatan yang erat. Universitas Sumatera Utara Akibat dari infeksi EPEC adalah diare yang cair, yang biasanya susah diatasinamun tidak kronis. Diare EPEC berhubungan dengan berbagai serotype spesifik dari E. coli. Waktu diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik.

2. Enterotoxigenic E.coli ETEC

Enterotoxigenic E.coli ETEC merupakan penyebab umum diare pada musafir dan merupakan penyebab yang sangat penting dari diare pada bayi di Negara berkembang. Cara untuk membantu mencegah diare ini adalah dengan memperhatikan pemilihan dan pengkonsumsian makanan yang potensial terkontaminasi ETEC. Antimicrobial prophylaxis dapat menjadi efektif tetapi dapat terjadi peningkatan resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan mungkin tidak dianjurkan secara keseluruhan. Pemberian antibiotik yang efektif akan memperpendek jangka waktu penyakit.

3. Enterohemorrhagic E.coli EHEC

Enterohemorrhagic E.coli EHEC memproduksi verotoksin. EHEC banyak dihubungkan dengan hemorrhagic colitis, sebuah bentuk diare yang parah, dan dengan sindroma uremic hemolytic, sebuah penyakit akibat kegagalan ginjal akut, microangiopathi hemolytic anemia, dan thrombocytopenia. Hemorrhagic colitis dan komplikasinya dapat dicegah dengan cara memasak daging segar.

4. Enteroinvasire E. coli EIEC

Enteroinvasire E. coli EIEC menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosis. Penyakit yang terjadi umumnya pada anak di Negara berkembang dan Universitas Sumatera Utara dalam perjalanan ke Negara tersebut. EIEC menyebabkan penyakit dengan menyerang sel epithelial mukosa usus.

5. Enteroagregative E. coli EAEC

Enteroagregative E. coli EAEC menyebabkan diare yang akut dan kronis dalam jangka waktu 14 hari pada orang di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit karena makanan di negara industri. Mereka digolongkan berdasarkan bentuk dan perlekatan pada sel manusia. Patogenesis EAEC penyebab diare tidak begitu dipahami dengan baik, meskipun demikian dinyatakan bahwa EAEC melekat pada mukosa intestinal dan menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa, pengeluaran sejumlah besar mucus, dan terjadinya diare.

2.9.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Eschericia coli Dalam Air

1. Sumber air. Sumber air yang berbeda seperti air hujan, air laut, air permukaan dan air tanah mengandung mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang berbeda pula. Air permukaan yang tercemar oleh kotoran hewan dan manusia akan mengandung bakteri Eschericia coli Anonim. 2. Suhu. Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba. Eschericia coli merupakan mikroba Universitas Sumatera Utara yang tahan hidup pada suhu tinggi mikroba termofi. Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40 C, optimum pada suhu 55-60 C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75 C Anonim, 2009. 3. pH Mikroba umumnya menyukai pH netral pH 7. Eschericia coli merupakan mikroba alkalifil yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5. Anonim, 2009. 4. Kerusakan atau kebocoran pipa Adanya kerusakan atau kebocoran pipa dapat menyebabkan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi terutama bila tekanan airnya rendah dan lebih kecil dari tekanan air tanah. Dengan masuknya air tanah ke dalam sistem distribusi akan menyebabkan pencemaran baik secara kimiawi maupun pencemaran bakteriologis. Said, 2002.

2.10. Sistem Distribusi Air Bersih

2.10.1. Defenisi Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan reservoir ke daerah pelayanan konsumen. Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih, beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain adalah : 1. Daerah layanan dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Daerah layanan ini meliputi wilayah IKK Ibukota Kecamatan atau wilayah kabupaten Kotamadya. Jumlah penduduk yang akan dilayani tergantung pada Universitas Sumatera Utara kebutuhan, kemauan minat, dan kemampuan atau tingkat sosial ekonomi masyarakat. Sehingga dalam suatu daerah belum tentu semua penduduk terlayani. 2. Kebutuhan air Kebutuhan air adalah debit air yang harus disediakan untuk distribusi daerah pelayanan. 3. Letak topografi daerah layanan Letak topografi daerah layanan akan menentukan sistem jaringan dan pola aliran yang sesuai. 4. Jenis sambungan sistem Jenis sambungan dalam sistem distribusi air bersih dibedakan menjadi : a. Sambungan halaman yaitu pipa distribusi dari pipa induk pipa utama ke tiap- tiap rumah atau halaman. b. Sambungan rumah yaitu sambungan pipa distribusi dari pipa induk pipa utama ke masing- masing utilitas rumah tangga. c. Hidran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada suatu daerah tertentu unuk melayani 100 orang dalam setiap hidran umum. d. Terminal air adalah distribusi air melalui pengiriman tangki-tangki air yang diberikan pada daerah-daerah kumuh, daerah terpencil atau daerah yang rawan air bersih. e. Kran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada kelompok masyarakat tertentu, yang mempunyai minat tetapi kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke masing- masing rumah. Biasanya satu kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih dari 20 orang. Universitas Sumatera Utara

2.10.2. Pipa Distribusi

Pipa distribusi adalah pipa yang membawa air ke konsumen meliputi : 1. Pipa induk yaitu pipa utama pembawa air yang akan dibagikan kepada konsumen. 2. Pipa cabang yaitu pipa cabang dari pipa induk. 3. Pipa dinas yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen.

2.10.3. Tipe Pengaliran

Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran gravitasi dan aliran secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan air pada titik terjauh yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka pengaliran harus menggunakan sistem pemompaan.

2.10.4. Pola Jaringan

Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih : 1. Sistem cabang Sistem cabang adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus membentuk cabang- cabang sesuai dengan daerah pelayanan. 2. Sistem Loop Sistem Loop adalah sistem perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu bertemu kembali dengan ujung pipa lain.

2.10.5. Perlengkapan Sistem Distribusi Air Bersih

1. Reservoir Fungsi reservoir adalah untuk menampung air bersih yang telah diolah dan memberi tekanan. Jenis reservoir meliputi : Universitas Sumatera Utara a. Ground reservoir yaitu bangunan penampung air bersih di bawah permukaan tanah. b. Elevatad reservoir adalah bangunan penampung air yang terletak di atas permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih tercapai. 2. Bahan Pipa Bahan pipa yang biasa dipakai untuk pipa induk adalah pipa galvanis, bahan pipa cabang adalah PVC, sedangkan untuk pipa dinas dapat digunakan pipa dari jenis PVC atau galvanis. Keuntungan jika memakai pipa galvanis adalah pipa tidak mudah pecah bila tekanan air yang mengalir cukup besar atau mendapat tekanan dari luar yang cukup berat meskipun harganya relatif mahal. Sedangkan untuk pipa PVC akan lebih mudah pecah walaupun dari segi harga lebih murah. 3. Valve Katup. Valve berfungsi untuk mengatur arah aliran air dalam pipa dan menghentikan air pada suatu daerah apabila terjadi kerusakan. 4. Meter Air Meter air berfungsi untuk mengukur besar aliran yang melalui suatu pipa. 5. Flow Restrictor Pembatas arus. Flow restrictor berfungsi untuk pembatas air baik untuk rumah maupun kran umum agar aliran merata. 6. Assessoris Perpipaan a. Sok sambungan pipa, fungsinya untuk menyambungkan pipa pada posisi lurus. Sok dibedakan menjadi: Universitas Sumatera Utara i. Sok turunan yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai diameter berbeda ii. Sok adaptor yang menghubungkan dua pipa yang mempunyai tipe yang berbeda, misalnya PVC dengan galvanis. b. Flens sambungan pipa, berfungsi untuk menyambung pipa. Penyambungan dengan flens dilakukan untuk pipa yang kedudukannya di atas permukaan tanah dengan diameter yang lebih besar dari 50 mm. Flens diperlukan dalam bentuk flens adaptor. c. Water mul dan Nipel sambungan pipa, berfungsi untuk menyambung pipa dalam posisi lurus. Pipa ini dapat dibuka kembali meskipun kedudukan pipa-pipa yang disambung dalam keadaan mati. d. Penyambung gibault sambungan pipa, khusus dipakai menyambung pipa asbestos semen. e. Dop dan plug penutup, berfungsi untuk menutup ujung akhir pada pipa. f. Bend sambungan pipa, berfungsi untuk menyambung pipa yang posisinya membentuk sudut satu sama lainnya. g. Tee sambungan pipa berbentuk T, fungsi untuk menyambung pipa bila ada pencabangan tiga pipa yang saling tegak lurus.

2.10.6. Deteksi Kebocoran

Dalam perencanaan sistem distribusi air besih tidak menutup kemungkinan terjadi kebocoran atau kehilangan air. Kehilangan air didefinisikan sebagai jumlah air yang hilang akibat : 1. Pemasangan sambungan yang tidak tetap. 2. Terkena tekanan dari luar sehingga menyebabkan pipa retak atau pecah. Universitas Sumatera Utara 3. Penyambungan liar. Untuk mengetahui jika terjadi kebocoran yang tidak tepat misalnya air rembesan dari keretakan pipa, dapat diatasi dengan alat pendeteksi kebocoran yang disebut Leak detector. Sedangkan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan air yang lebih besar dalam perencanaan sistem distribusi air dilakukan pembagian wilayah atau zoning untuk memudahkan pengontrolan kebocoran pipa, serta pemasangan meteran air.

2.11. Kerangka Konsep

Air PDAM Sunggal Jarak pelanggan dari sumber pengolahan air bersih E.coli Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Pemeriksaan Laboratorium PERMENKES No. 416 Tahun 1990 Ada Tidak Ada Universitas Sumatera Utara

2.12. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah Eschericia coli di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal Ho: Tidak ada hubungan antara jarak distribusi air bersih dengan jumlah Eschericia coli di rumah pelanggan PDAM Sunggal di Kecamatan Medan Sunggal Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian