77 terhadap lingkungan alamnya, sehingga bangunan vernakular tetap eksis hingga
sekarang. Romo Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu
sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawantahan yang jujur dari tata cara 79 kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari
suatu tempat. Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi yang lebih penting adalah hubungan antara manusia
dengan lingkungannya.
3.6. Studi Banding Tema Sejenis
3.6.1. Mesjid Shah
Masjid Shah dikenal pula sebagai masjid Imam setelah revolusi Islami tahun 1979 di Iran dan Masjid Jameh Abbasi yang merupakan sebuah masjid di
Isfahan, Iran, berlokasi di sisi selatan Taman Naghsh-i Jahan. Masjid ini dibangun pada periode Safavi, dibawah perintah Shah Abbas dari Persia
6
. Masjid ini merupakan contoh sempurna dari arsitektur Islami Iran, dan dipandang sebagai
mahakarya Arsitektur Persia. Masjid Shah merupakan mahakarya abadi dari arsitektur di Iran. Masjid ini terdaftar, bersama dengan Taman Naghsh-i Jahan,
sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pembangunannya dimulai pada tahun 1611, keindahan masjid ini terutama dikarenakan oleh ubin mozaik dengan tujuh
warna dan tulisan-tulisan kaligrafinya. Bangsa Safawi berpendapat bahwa Masjid Shah sebagai sebuah aliran
dimana mereka dapat mengutarakan pendapat mereka akan beragam teknik
6
https:id.wikipedia.orgwikiMasjid_Shah
Universitas Sumatera Utara
78 arsitetur mereka. Bentuk empat-iwan, yang dirangkum oleh dinasi Seljuk,
diwariskan oleh bangsa Safawiyah, dengan tegas menetapkan beranda halaman masjid tersebut, dengan lajur masuk bertugu pada setiap sisi, sama pentingnya
dengan bangunan itu sendiri. Pada masa pemerintahan Seljuk, sebagaimana mistis Islami mulai bangkit dan masyarakat Persia sedang mencari desain arsitektural
yang menekankan identitas Iran, sususan empat-iwan mendapat tempat tersendiri. Masyarakat Persia telah memiliki legenda arsitektur yang kaya, dan bentuk
istimewa iwan
sesungguhnya diambil
pada masa
terdahulu, desain
istana Sassanid
7
, yakni Istana Ardashir. Dengan demikian, arsitektur Islami menjadi saksi tampilnya sebuah jenis
baru yang berbeda dari desain gaya-hipo terdahulu, masjid-masjid Arab, seperti Masjid Umayyad. Bentuk empat-iwan secara khusus mengambil bentuk
persegi, halaman yang berada di tengah dengan ruang masuk dari masing-masing sisi, memberikan kesan akan pintu gerbang dunia spiritual.
Gambar 3.1 Iwan Untuk Jalur Masuk Dengan Tugu Beranda Sumber: https:id.wikipedia.orgwikiBerkas:Imam_Mosque_by_Amir.jpg
7
http:www.ne.jpasahiarcind2_meisaku55_shahsha_eng.htm
Universitas Sumatera Utara
79 Berada di pelataran publik, atau Maidan, gerbang-iwan pintu masuk
menuju masjid mengambil bentuk setengah-lingkaran, membentuk setengah-bulan dan berukuran tinggi 27 meter, bingkai melengkung dipenuhi hiasan berwarna
pirus dan dihiasi karya stalaktit dari ubin yang mewah, penggambaran jelas dari arsitektur Islami Persia. Pada masing-masing sisi berdiri dua menara, dengan
tinggi 42 meter, yang pada puncaknya terdapat balkoni kayu terukir dengan stalaktit hingga ke arah bawah. Kaligrafer Ahli dari Kerajaan, Reza Abbasi,
mengukir tanggal mulai pembangunan, dan disampingnya berisikan ayat-ayat yang memuja Muhammad dan Ali. Pada bagian tengah, didepan pintu masuk,
terdapat kolam kecil dan tempat peristirahatan kuda, dan dibagian dalam para umat mendapatkan wadah besar dari marmer yang tertumpu, berisikan air tawar
atau limun. Waddah ini masih ada sebagaimana pada waktu empat ratus tahun lalu, tetapi sudah tidak lagi berfungsi sebagai penyegar kepada para umat yang
datang sholat Jumat.
Gambar 3.2 Masjid Imam Ishahan tahun 2013 Sumber:https:id.wikipedia.orgwikiBerkas:Imam_Mosque_Isfahan_Photo_Fro
m_Sahand_Ace.JPG
Universitas Sumatera Utara
80 Pada bagian dalam, kelengkapan akustik dan pantulan pada bagian tengah
dibawah kubah merupakan pusat perhatian banyak pengunjung, karena kecerdasan arsitek, ketika menciptakan kubah, memungkinkan Imam untuk berbicara dengan
suara lembut tetapi tetap dapat terdengar jelas oleh semua orang yang berada dalam masjid. Mihrab, sebuah lembaran marmer dengan tinggi sepuluh kaki dan
lebar tiga kaki pada dinding barat-daya, menunjukkan arah Mekah. Pada bagian atasnya, pengikut Shah menempatkan lemari bertatahkan
emas. Lemari tersebut menampung dua relik: sebuah Quran, yang menurut sejarah merupakan salinan oleh Imam Reza, dan jubah dengan noda darah milik Imam
Hussain. Walau tidak pernah dipamerkan, jubah tersebut dikatakan memiliki kekuatan magis; mengangkat ujung tombak pada medan peperangan,
kepercayaannya bahwa jubah tersebut dapat mengusir musuh.
8
Dari halaman utama, iwan yang menunjuk ke arah timur memiliki sebuah sekolah agama, atau disebut madrasa. Iwan ini juga menyimpan naskah yang
dituliskan oleh kaligrafer Muhammad Riza Imami yang menyembah Empat Belas Orang Suci antara lain, Muhammad, Fatimah, dan Dua Belas Imam. Iwan pada
sisi barat menuju ke madrasah yang lain dan sebuah masjid musim dingin. Pada areanya sendiri, sebuah halaman terpisah, kita dapat menemukan Jam
matahari yang dibuat oleh Shaykh Bahai.
8
Blake, p. 143
Universitas Sumatera Utara
81 Gambar 3.3 Kubah Dalam Masjid Shah
Sumber: https:id.wikipedia.orgwikiBerkas:Masjed-e_Shah_7.jpg
Sebagaimana dengan
iwan-iwan, pengenalan kubah kedalam desain
arsitektural Islami dimulai oleh bangsa Persia. Struktur gedung tertua yang dimaksud adalah Masjid Agung Zavareh, sekitar tahun 1135
9
. Bangsa Persia telah membangun kubah yang demikian beberapa abad sebelumnya, dan contoh-contoh
awal dari kubah dengan ukuran terbesar di dunia terdapat di Iran, contohnya adalah Kastil Perawan. Maka, para Muslim Safawiyah mencontoh pengetahuan
pra-Islamic dalam pembangunan kubah, contoh penggunaan squinch untuk membentuk transisi dari bangunan bersisi delapan, menjadi kubah melingkar.
Untuk menutupi wilayah transisi tersebut, bangsa Persia membentuk jaringan stalaktit yang menarik. Oleh karenanya merupakan awal perkenalan
dengan fitur tersebut kepada masjid-masjid Persia. Kebangkitan Persia dalam pembangunan kubah diawali oleh Dinasti
Safawiyah. Fitur nyata dari kubah Persia, yang memisahkan semuanya dari
9
http:www.ne.jpasahiarcind2_meisaku50_zavarehzav_eng.htm
Universitas Sumatera Utara
82 kubah-kubah yang dibentuk pada peradaban Kristen atau Ottoman dan Kerajaan
Mughal, ubin-ubin warna-warni yang menutupi bagian luar kubah mereka sebagaimana mereka melakukannya pada bagian dalam.
Kubah-kubah demikian kemudian bertambah banyak di Isfahan, dan wilayah sekitarnya, bentuk berwarna-biru nantinya akan mendominasi garis langit
di kota. Memantulkan cahaya matahari, kubah-kubah ini tampak seperti permata pirus dan tampak bahkan dari kejauhan oleh pengelana yang menyelusuri Jalur
Sutra melalui Persia. Dengan mencapai ketinggian 53 meter, kubah Masjid Shah kemudian menjadi yang tertinggi ketika selesai pada tahun 1629. Bangunan
tersebut dibangun dengan kubah berlapis ganda dengan ketebalan 14 meter antara kedua lapisnya, dan berada pada ruangan kubah bersegi-delapan.
Gambar 3.4 Detail Mozaik Masjid Sumber: https:id.wikipedia.orgwikiBerkas:Sheikh_Lotf_Allah_mosque_-
_harem_wall_detail.jpg
Masjid Shah merupakan sebuah struktur agung, yang menggunakan 18 juta batu-bata dan 475,000 ubin, Shah mengeluarkan biaya sebesar
Universitas Sumatera Utara
83 60,000 toman untuk membangunnya.
10
Bangunan ini juga menggunakan ubin mozaik dengan gaya haft rangi tujuh-warna. Pada masjid-masjid Iran
terdahulu, ubin-ubin yang digunakan adalah mozaik fayans, dengan proses lambat dan mahal dimana ubin-ubin satu-warna dipotong kecil-kecil dan digabungkan
untuk menciptakan desain yang rumit. Pada metode haft rangi, seniman menggabungkan semua warna, kemudian membakar ubin tersebut. Lebih murah
dan lebih cepat, prosedur baru yang memungkinkan penggunaan kombinasi warna yang lebih luas, menciptakan pola yang lebih kaya, menarik dipandang mata.
11
Gambar 3.5 Panorama Interior dari Masjid Sumber: https:id.wikipedia.orgwikiBerkas:Imam_Mosque_3Daa.jpg
Menurut Jean Chardin, kelembaban udara Persia yang rendah membuat warna-warna menjadi lebih hidup dan lebih kontras dengan beragam pola, jauh
lebih menarik dibanding dengan apa yang dapat dicapai di Eropa, dimana ubin-
10
Pope; Survey, p. 1185 –88
11
Hattstein M., Delius P.; p. 513
Universitas Sumatera Utara
84 ubin berwarna menjadi tampak kusam dan tidak begitu menarik.
12
Akan tetapi, sebagian besar penulis kontemporer dan modern melihat hasil karya ubin-ubin di
Masjid Shah sebagai keunggulan baik dari segi kualitas dan keindahan dibandingkan karya yang digunakan untuk melapisi Masjid Lotfallah, yang
kemudian seringkali menjadi rujukan oleh sejarawan Persia, seperti Iskandar Munshi, sebagai masjid dengan kesucian dan keindahan yang agung.
3.6.2 Masjid Raya Sumatera Barat