48 Untuk mencapai ruang salat utama, jamaah melewati beberapa pintu di sisi kanan
dan kiri bagi perempuan. Barisan pintu ini pun terbuat dari kayu jati bermotif pahatan kotak-kotak sederhana.
Masjid aslinya sendiri kini cukup sulit untuk dilihat karena sudah tertutup oleh bangunan masjid baru dibagian depan masjid asli ditambah dengan himpitan
gedung gedung disekitarnya.aslinya masjid ini beratap seng, kini sudah diganti dengan genteng beton. Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi
pelengkap bagi Masjid Besar Kauman Semarang ini. Tampakan depan nya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya.
2.3.2. Masjid Al-Irsyad Bandung
Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah masjid yang terletak di Bandung, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 2009 dan selesai pada tahun 2010.
Bentuk masjid sekilas hanya seperti kubus besar laiknya bentuk bangunan Kubah di Arab Saudi. Dengan konsep ini, dari luar terlihat garis-garis hitam di sekujur
dinding masjid. Masjid Al-Irsyad diresmikan pada 17 Ramadan 1431 Hijriah tepatnya 27
Agustus 2010 silam. Bangunannya unik, megah, dan kokoh. Beberapa bulan setelah dibangun, masjid yang memiliki arsitektur memukau ini langsung
menyabet penghargaan bergengsi tingkat dunia.
Arsitektur
Desain masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu. Penataan batu bata pada keseluruhan dinding terlihat sangat mengagumkan. Batu
bata disusun berbentuk lubang atau celah di antara bata solid. Pembangunan
Universitas Sumatera Utara
49 masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil. Dia menciptakan desain unik sebuah
masjid yang memanfaatkan sinar matahari. Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp 7 miliar. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan
alam. Saat senja, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Dilihat dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz Arab yang
terbaca sebagai dua kalimat tauhid, Laailaha Ilallah Muhammad Rasulullah, yang artinya Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Kekuatan
desain Masjid Al-Irsyad tampak pada embedding teks kaligrafi Arab dengan jenis tulisan khat kufi. Bentuknya, dua kalimah tauhid yang melekat pada tiga sisi
bangunan dalam bentuk susunan batu bata, yang dirancang sebagai kaligrafi tiga dimensi raksasa.
Masjid ini mempunyai luas 1.871 meter persegi hanya memiliki tiga warna yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut menjadikan tampil
lebih cantik, modern, simpel namun tetap elegan dan enak dipandang mata. Di dalam interior masjid, jumlah lampu yang dipasang sebanyak 99 buah sebagai
simbol 99 nama-nama Allah atau Asmaul Husna. Masing-masing lampu yang berbentuk kotak itu, memiliki sebuah tulisan nama Allah. Tulisan pada lampu-
lampu itu dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan ke-99 pada sisi kiri bagian belakang masjid.Ruang salat di masjid mampu
menampung sekitar 1.500 jamaah ini. Masjid ini tidak memiliki tiang atau pilar di tengah untuk menopang atap, sehingga terasa begitu luas. Hanya empat sisi
dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin pada empat sisi dinding masjid menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid begitu
Universitas Sumatera Utara
50 baik, sehingga tidak terasa gerah atau panas meski tak dipasangi AC atau kipas
angin. Di Bagian imam sengaja tanpa dinding artinya menggambarkan bahwa setiap makhluk yang salat dia akan menghadap Allah. Lanskap dan ruang terbuka,
sengaja dirancang berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid itu terinspirasi dari konsep
tawaf yang mengelilingi Kakbah.
Analisis Ruang Luar Bangunan Masjid
1. Perencanaan Tapak
Masjid Al – Irsyad sebagai bangunan peribadatan yang ikonik pada
kawasannya, yaitu dengan pemilihan site yang tepat site choosing, memanfaatkan keadaan topografi lahan sebagai hirarki bangunan masjid yang
terletak lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan sekitarnya. Tujuannya untuk kedudukan bangunan peribadatan yang memiliki fungsi dan peranan penting.
Ruang luarnya menerapkan gayalanggam dari kontemporer dengan perpaduan dari unsur tradisional dan modern sebagai bangunan peribadatan yang ikonik pada
kawasannya.
Gambar 2.16 Konfigurasi Masjid Al-Irsyad Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Universitas Sumatera Utara
51 Konfigurasi Masjid Al-Irsyad terdiri atas:
- Bangunan diapit oleh Geding Islamic School Al-Irsyad.
- Bangunan Masjid Al-Irsyad paling kontras dengan bengunan sekitarnya.
Lembah hijau yang indah tepat berada di depan bangunan di manfaatkan secara maksimal untuk view pada bangunan, juga berfungsi sebagai orientasi
bangunan masjid yang mengarah ke barat. 1.
Tatanan Bentuk
Gambar 2.17 Arah Orientasi Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Pada Masjid Al-Irsyad dimensi bangunan sangat mempengaruhi penataan pada bangunan sekitarnya, dikarenakan fungsi utama sebagai bangungan
peribadatan yang memiliki hierarki lebih tinggi dibandingkan fungsi lainnya. Sehingga bangunan Masjid Al -irsyad yang memiliki orientasi ke arah barat
menjadi pusat orientasi kawasan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
52 Gambar 2.18 Fasad Arah Timur dan Arah Barat
Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah Orientasi pada bangunan Masjid Al-Irsyad ini yaitu mengarah ke Barat
didasari adanya kiblat yang menjadikan muka masjid Al-Irsyad menghadap ke Timur yang memiliki potensi yaitu main entrance yang mengarah langsung ke site
entrance. Pada sisi bangunan arah timur dan utara terdapat olahan fasad berupa ruang transisi bangunan yang berfungsi sebagai wind scoop dan juga sebagai
entrance bangunan.
Gambar 2.19 Transisi Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Universitas Sumatera Utara
53 Wind scoop berbentuk portal berfungsi untuk mengendalikan arah aliran
angin yang masuk ke dalam bangunan. 2.
Fasad Bangunan
Gambar 2.20 Fasad Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Konsep yang digunakan pada fasade bangunan adalah penerapan supergrafik fasad bangunan Masjid Al-Irsyad, terlihat dengan penerapan prinsip
desain yang simetris berupa penempatan kolom-kolom secara modular dan bukaan bangunan dengan ritme yang berulang dengan pola la ilaha illallah.
Gambar 2.21 Pola Supergrafik Pada Fasad Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Universitas Sumatera Utara
54 3.
Material Fasad
Gambar 2.22 Detail Fasad Bangunan Sumber: Archdaily, 2010, diolah
Unsur sustainable pada fasad bangunan terlihat dengan penggunaan bahan material local setempat yaitu penggunaan bahan material rosterbatu Cisangkan
dari Karawang yang tidak jauh dari lokasi Masjid Al -Irsyad. Fasad bangunan ini didesain dengan maksud tersendiri pada tampilan fasade nya yang disebut super
grafik, yang memiliki pola-pola khusus, sehingga material batu Cisangkan ini harus produksi per modul secara khusus yang dapat digunakan untuk pola-pola
super grafik tersebut. Warna pada fasad Masjid Al-Irsyad memiliki daya serap kalor yang besar,
sehingga panas yang diterusakan kedalam ruang akan besar, namun adanya insulasi pada kulit bangunan dan cross ventilation akan menghantarkan angin
yang optimal kedal am ruangan dan radiasi panas akan mudah keluar.
Analisis Ruang Dalam Bangunan Masjid
Elemen Pembentuk Ruang -
Pengolahan Lantai
Universitas Sumatera Utara
55 Ekspresi ruang dalam dari bentukan lantai, dinding, dan atap menjadikan
suasana ruangan menjadi lebih dramatis yang dapat menambahkesan meruang dalam beribadah.
Gambar 2.23 Elemen Pembentuk Ruang Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Pengolahan lantai pada Masjid Al – Irsyad terbagi menjadi 2 bagian yaitu
lantai utama dan lantai sekunder. Lantai utama berfungsi sebagai tempat beraktifitas dalam masjid, sedangkan lantai sekunder sebagai ornamen dalam
ruang.
Gambar 2.24 Zoning Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Lantai utama menggunakan material granite tile yang di lapisi karpet sesuai dengan saf untuk solat, sedangkan lantai sekunder menggunakan material
Universitas Sumatera Utara
56 batu
– batu koral sebagai ornamentasi pengolahan lantai sekaligus sebagai area resapan cipratan air hujan yang berasal dari bukaan udara di area bawa fasad
bangunan. -
Pengolahan Dinding
Gambar 2.25 Mihrab Masjid Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Pada bagian mihrab terdapat teknik pasif berupa patio yang berfungsi sebagai cooling effect yaitu mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam
bangunan. Dinding terbuka menjadi sumber cahaya dan udara untuk operasional bangunan setiap harinya, oleh karena itu bangunan masjid ini tidak menggunakan
AC dan pencahayaan buatan pada pagi hingga sore hari. -
Pengolahan Atap
Gambar 2.26 Plafond Bangunan Sumber: PT. Urbane, 2010, diolah
Universitas Sumatera Utara
57 Olahan pada plafon memberikan tambahan estetis pada ruangan masjid.
Meski siang hari lampu tidak dinyalakan namun pembayangan dari sinar yang datang dari arah mihrab yang mengenai box
– box lampu tersebut menjadi lebih dramatis, dan mampu mencapai IEQ indoor environment quality untuk
kenyamanan pengguna dan kenyamanan visual, hal tersebut menjadikan para pengguna masjid menjadi lebih khusu dalam melaksanakan ibadah.
Pengaruh Terhadap Ekologi, Sosial, dan Ekonomi
Masjid Al - Irsyad didesain untuk tanggap terhadap ekologilingkungan sekitar. Hal tersebut terlihat dalam pemilihan site yang tepat berada lebih atas dari
jalan tanpa merubah kontur pada lingkungan tersebut dengan begitu keanekaragaman organisme hidup dapat dipertahankan.
Konsep bangunan Masjid Al - Irsyad yang hemat energi teraplikasi pada penggunaan material lokal yaitu batu cisangkan dari karawang. Dengan
menggunakan material tersebut pada pengolahan fasade bangunan Masjid Al - Irsyad mampu mencapai kenyamanan thermal tanpa menggunakan teknologi
bantuan seperti AC dan lampu pada siang hari. Lalu material tersebut sangat dekat lokasi pembuatannya dari bangunan yang memudahkan dalam proses
pendistribusian material. Masjid Al - Irsyad semakin popular di kalangan masyarakat sehingga
kawasan tersebut menjadi destinasi utama bagi para promotor untuk menggelar acara
– acara besar yang berkaitan dengan religi pada khususnya maupun kegiatan sosial pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
58
2.3.3. Al-Azhar Islamic Education Center Mojokerto