Dhu’afa TINJAUAN TEORETIS

bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi daya yang dapat di kembangkan. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam pemanfaatan peluang. 3. Memberdayakan juga mengandung arti mengulangi.

C. Dhu’afa

a. Pengertian Dhu’afa Dhuafa merupakan bentuk jamak dari kata “dhaif” dari akar kata ”dha’ufa- yadh’ufu-dha’fan”. Dalam kamus bahasa Arab kata dhaif sering kali berartikan dengan lemah, hina, bertambah. 10 Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah, kedua berarti berlipat ganda. Seperti contoh ayat yang mengandung arti bertambahberlipat ganda yaitu dalam surat An-Nisa ayat 28: ﺥ ﻥ Artinya ”Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”. 10 Muhammad Ibn Makram Bin Mandzur, Lisan Al-Arab Bairut, Dar Ihya Al-Taurats Al-Arabi, 1999, cet ke-111, h.62. Dan dalam surat Al-ahzab ayat 30: ﻥ +, ﺏ . 0 1 2 3 4 5 Artinya “Hai istri-istri nabi, siapa-siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. b. Ruang lingkup kaum Dhu’afa Al-Qur’an menyebutkan beberapa kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah Dhua’fa, yaitu: 1. Orang Fakir 2. Orang Miskin 3. Anak Yatim 4. Ibnu Sabil 5. Kaum Manula 6. Tawanan Perang 7. Kaum Cacat 8. Al- Abdu wa al-Riqad hamba sahaya dan budak Derita kaum dhua’fa beraneka ragam bentuk dan coraknya mulai yang ringan sampai yang berat. Namun sekurang-kurangnya penderitaan mereka menyangkut beberapa hal, yaitu: 1. Kelaparan akibat tingkat ekonomi yang lemah 2. Kekurangan akibat berbagai kesulitan dan kurang pengan 3. Kebodohan karena tidak mendapat pendidikan yang cukup. 4. Keterbelakangan karena lemahnya posisi mereka di masyarakat. 11 Oleh karena itu, pemberdayaan kaum dhuafa perlu dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata dan kongkrit sehingga dapat dirasakan secara langsung. c. Pengertian Miskin Dalam Kamus Besar ahasa Indonesia, “miskin” berarti tidak berharta benda, serba kekurangan berpenghasilan sangan rendah dan “kemiskinan” berarti hal miskin atau keadaan miskin. 12 Ali Yafie mendefinisikan, miskin adalah yang memiliki harta benda atau pencaharian atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir adalah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang seperdua kebutuhan pokoknya. 13 Parsudi Suparlan, secara singkat mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya sesuatu tingkat kekurangan materi pada jumlah golongan ornag dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan dan secara langsung tampak pengaruhnya terhadap kesehatan, moral dan rasa harga diri sebagai orang miskin. 14 11 Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi pemberdayaan Yogyakarta, PT.Tiara Wacana, 1999, h. 86. 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 587. 13 Alie Yafie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren, Jakarta: Buku P3LM, 1986, h. 6. 14 Parsudi Suparlan, Kemiskinan Perkotaan, Jakarta: Yayasan Obor, 1993, cet-2, h. 11. Pada dasarnya setiap individu yang lahir ke dunia tidak ingin dilahirkan dalam keadaan miskinlemah. Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: • Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu sendiri seperti sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-lain. • Faktor non individu, yaitu kemiskinan yang terjadi berasal dari factor luar individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnyasistem ekonomi yang otoiter yang hanya menguntungkan pemilik modal saja. • Factor visi teologi resesif, factor ini terlihat berkembang luas di tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecendrungan umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari tuhan. 15 Harus dipahami bahwa kaum Dhuafa bukanlah orang-orang diciptakan untuk menderita. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi ini untuk mewujudkan kesejahteraan. d. Langkah – langkah Membantu Pemberdayaan Kaum Dhuafa. Kaum dhuafa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah, menderita, sengsara, mereka yang lemah dalam ekonomi, sosial, politik, hokum, pendidikan, kebudayaan, bahkan agama. Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan, dan pembelaan. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan antara 15 Syahrin Harahap, Islam: Konsep Dan Impelmentasi Pemberdayaan Yogyakarta PT. Tiara wacana, 1999,h.86. lain: memberikan pendidikan, bantuan sosial, memberikan perlindungan dan pemberdayaan. 1. Memberikan Pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian juga bagi kaum dhuafa untuk menanggulangi kebodohan dan keterbelakangan mereka. Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk kepada kaum dhuafa. 2. Pemberdayaan Bantuan pemberdayaan perlu diberitakan bagi kaum dhuafa agar mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada beberapa manfaat yang akan mereka peroleh, yaitu: • Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak tergantung pada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri. • Mengurangi bahkan jika menghilangkan kelemahan, penderitaan, kesengsaraan, ketidak berdayaan dan keterbatasan mereka. • Agar mereka menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada yang membutuhkan. 16 16 M.K.Muhsin, Menyayangi Dhuafa, Jakarta: Gema Insani Press, 2004h.146. 21

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN AR-RASYID SAWANGAN DEPOK

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Ar-Rasyid

Yayasan Ar-Rasyid adalah sebuah Yayasan yang di dalamnya menaungi beberapa program, diantaranya adalah Sekolah Komunitas Ibu SKI, Majlis Ta’lim Liko, Dan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Ada dua hal yang melatar belakangi berdirinya yayasan Ar-Rasyid, yaitu: pertama , adanya dorongan kuat dari pendiri yayasan yaitu Bapak Saifudin. Dorongan itu adalah beliau bercita-cita untuk mendirikan yayasan yang kegiatan- kegiatannya mengarah pada bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Menurutnya jika masayarakat mengalami kesulitan , maka hal itu dapat membuat mereka terjebak pada situasi yang sulit, apalagi menyangkut masalah keimanan dan keyakinan, serta ekonomi mereka. Itulah yang menyebabkan Bapak Saifudin untuk mendirikan Yayasan Ar-Rasyid. Kedua , adalah tuntutan dari masyarakat sekitar Sawangan Depok yang melihat dan meminta bahwa di sekitar wilayahnya belum ada lembaga atau yayasan yang memang secara khusus menangani permasalahan-peramasalahan yang berkaitan dengan pendidikan, sosial, dan keagamaan, khususnya permasalahan para ibu-ibu yang tidak dapat membaca dan yatim piatu yang tidak memiliki biaya untuk sekolah.