Peran Yayasan Ar-Rasyid Dalam Pemberdayaan Kaum Dhu'afa Di Sawangan Depok

(1)

1

DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam

Oleh

Reni Safitri

NIM: 105054002052

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M/1430 H


(2)

2

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperolah gelar Sarjana Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 09 Juni 2009


(3)

ABSTRAK

Reni Safitri:

Peran Yayasan Ar-rasyid dalam Pemberdayaan Kaum Dhua’fa di Sawangan Depok

Penelitian ini mengambil lokasi di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok. Yayasan Ar-rasyid adalah salah satu lembaga yang berupaya untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan. Penelitian ini mengkaji tentang peran Yayasan Ar-rasyid dalam pemberdayaan kaum dhu’afa, karena masalah kemiskinan dan kebodohan merupakan masalah sosial yang senantiasa untuk ditangani bersama dan harus dicari jalan keluarnya. Untuk itu yayasan Ar-rasyid melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan telah berupaya membantunya. Menghadapi kondisi yang dialami oleh sebagian kaum dhua’fa di sekitar Yayasan Ar-rasyid, program pemberdayaan adalah solusi yang tepat dilakukan untuk membantu mereka mengentaskan kemiskinan dan kebodohan yang mereka hadapi.

Melalui program Sekolah Komunitas Ibu, Pendidikan Anak Usia Dini, Majlis Taklim, yang merupakan program pemberdayaan untuk mengentaskan kebodohan dan kemiskinan, merupakan solusi terbaik yang mampu mengatasi persoalan kaum dhu’afa di sekitar Yayasan Ar-rasyid.

Peran apa yang dilakukan Yayasan Ar-rasyid untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kebodohan? Dalam rangka ikut serta memberdayakan kaum dhua’afa, yayasan Ar-rasyid telah berusaha semaksimal mungkin menjalankan program, diantaranya dalam bidang pendidikan, keagamaan, dan sosial. Dengan adanya program pemberdayaan tersebut, masyarakat sangat merespon kegiatan pemberdayaan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode kualitatif, adapun desain penelitian yang penulis gunakan adalah desain deskriftif analisis. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai faktor-faktor yang terkait dalam pelaksanaan program di lapangan.

Peneliti berusaha untuk melihat seberapa jauh peran Yayasan Ar-rasyid dalam pemberdayaan kaum dhua’fa, apa saja kegiatannya, bagaimana pelaksanaanya, faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program dan hasil dari program tersebut bermanfaat atau tidak untuk masyarakat.


(4)

4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi nikmat Islam, Iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun pasti ada kekurangan dan kelemahan baik dari isi atau teknik penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan skripsi dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri sekarang dan dimasa yang akan datang.

Berkat keridhoan Allah Swt semata akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap penyusunan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.


(5)

3. Ibu Wati Nilamsari M.si, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

4. Bapak Drs. Yusra Kilun, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing penulis dan senantiasa menyediakan waktunya di tengah kesibukannya memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kapada penulis selama menjalankan perkuliahan.

6. Orang tuaku tercinta, Bapak M. Soleh dan Ibu Agustia, yang selalu memberikan kasih sayang tidak terhingga sepanjang hayatku, serta selalu memdoakan dan memberikan semangat tanpa henti pada penulis.

7. Kepada kedua adikku, Andriansyah dan Taufik Nur Ikhsan yang selalu menjadi penyemangatku.

8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan PMI angkatan 2005, kepada Sulis, Anti, Mariyam, Masdar, Romlah, Ayu, Amel, Hilda, Bibah, Ema, Rika, Lukman, Ipul, Iip, dan semua teman-teman Jurusan BPI, MD, KESSOS, Jurnalistik, yang tidak saya sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas semua dukungannya.

9. Kepada Bapak Saifudin, sebagai ketua Yayasan Ar-rasyid, Ibu Nurhayati sebagai Pengurus yayasan Ar-rasyid, serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan informasinya kepada penulis dalam penelitian yang telah penulis laksanakan.


(6)

6

10.Kepada pimpinanda staff Perpustakaan Utamadan Perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhir kata, karena keterbatasan wawasanm pengetahuan, dan pengalaman, maka kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amien..

Ciputat, 09 Juni 2009


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 5

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS... 11

A. Peran 1. Pengertian Peran ... 11

2. Tinjauan Sosiologi tentang Peran ... 12

B. Pemberdayaan 1. Pengertian Pemberdayaan ... 12

2. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ... 14

C. Dhu’afa 1. Pengertian Dhu’afa ... 15

2. Ruang Lingkup Dhu’afa... 16

3. Langkah-langkah Pengembangan Kaum Dhu’afa... 18

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN AR-RASYID A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Ar-rasyid ... 21

B. Visi Dan Misi Yayasan Ar-rasyid ... 22

C. Struktur Pengurus Yayasan Ar-rasyid………... 26

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Kegiatan Pemberdayaan Di Yayasan Ar-rasyid Sawngan Depok... 28

B. Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan Di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok ... 33

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pemberdayaan Kaum Dhu’afa di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok………... 42

D. Hasil Pemberdayaan Yang Dilkukan yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok dalam Pemberdayaan Kaum Dhu’afa………... 45


(8)

8

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan bidang kesejahteraan rakyat, berbagai upaya pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia telah menunjukan kemajuan. Hal ini tercermin dari membaiknya berbagai kinerja seperti di bidang kependudukan, keluarga berencana dan lingkungan hidup. Di samping itu yang perlu terus diupayakan peningkatan kualitas SDM, dan masalah yang berkaitan dengan pembangunan bidang kesejahteraan rakyat lainnya. Permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi saat ini akan menentukan agenda, sasaran serta program pembangunan.

Krisis keuangan di Indonesia cukup berat mengatasinya, nilai tukar rupiah yang melemah dan pengangguran yang cenderung bertambah banyak. Tidak mengherankan jika rakyat Indonesia bersifat pesimis terhadap pemerintah dalam mengatasi permasalahan krisis ini, kebijakan-kebijakan publik yang dihasilkan belum mengenai sasaran, kaum dhu’afa yang terkena imbasnya.


(10)

10

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.1 Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan baik para akademisi maupun para praktisi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah.2

Secara langsung dan tidak langsung masalah krisis ekonomi yang terjadi pada suatu keluarga berimbas pada sang anak. Mereka kehilangan masa kanak-kanaknya dan masa depan pendidikannya, padahal pendidikan sangatlah penting bagi mereka terutama untuk perbaikan kondisi perekonomian keluarga.

Kemiskinan bukan karena mereka tidak rasional, atau karena mereka memang mempunyai kebudayaan miskin, atau karena mereka kurang motivasi berprestasi dan kewiraswastaan, atau bahkan karena etos kerja yang lemah.3 Anak-anak dhu’afa dan kaum miskin yang ada di Indonesia, merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh dimarjinalkan.

Anak-anak sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang serta menjadi pribadi yang mandiri. Untuk mencapai harapan itu anak-anak memerlukan sarana pendidikan dan pelatihan, bagi masa depannya karena pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyiapkan generasi muda menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara efektif dan efisien.

1

Edi Suharto, Menbangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: PT Refika Aditama, 2005).h. 131.

2

Adyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme ( Jakarta: Yadaul, 2003).hal: 84.

3

Azyumardi Azra, Bederma Untuk Semua, (Jakarta: Teraju, 2003) h. 9.


(11)

Kenyataan menunjukan bahwa masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan, mengikuti/melanjutkan pendidikan. Selain pendidikan secara formal, mereka juga diharapkan mendapatkan pendidikan keterampilan agar mampu bersaing dengan anak-anak yang lebih beruntung dari mereka.

Yayasan adalah salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan yang terjadi. Yayasan dapat mengadakan kegiatan yang mengarah pada bentuk bimbingan keagamaan, pendidikan dan keterampilan seperti mengaji, diskusi serta program yang mengaju pada pendidikan dan keterampilan. Program pemberdayaan yang diberikan yayasan salah satunya yaitu Sekolah Komunitas Ibu dan Majlis Taklim , sebagai upaya untuk memberantas buta aksara dan memberikan keterampilan kepada para ibu di lingkungan sekitar Yayasan Ar-Rasyid.

Membaca merupakan kunci pemberdayaan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Membaca sebagai pembuka pintu cakrawala pengetahuan dan wawasan yang sangat luas. Dengan membaca dapat memperkaya dan membekali diri dalam menjalankan dan menyelesaikan berbagai persoalan hidup.

Memperhatikan hal tersebut, sudah semestinya berbagai upaya harus dilakukan agar masyarakat terbebas dari kebodohan, sehingga masyarakat terutama perempuan menjadi berdaya. Pemberantasan buta aksara dapat dilakukan melalui pendidikan atau pembentukan kelompok belajar. Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat perempuan mampu membaca, menulis, berhitung, juga merealisasikan keterampilan yang sudah diberikan dalam kehidupan sehari hari,


(12)

12

dan juga bisa membantu menambah Income Generating (meningkatkan penghasilan) mereka.

Yayasan merupakan lembaga sosial, dan bukan komersial yang membantu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi kaum dhuafa dalam memenuhi kebutuhannya.

Bimbingan, pembinaan serta pendidikan bagi kaum dhua’fa sangat diperlukan, sehingga mereka bisa tetap mendapatkan sesuatu yang memang dibutuhkan dalam mencapai cita citanya di kemudian hari. Pendidikan, di samping sebagai sarana transformasi pengetahuan dalam rangka peningkatan kualitas agama, tidak kalah pentingnya sebagai langkah awal dalam rangka mengembangkan masyarakat di bidang pendidikan, bagi kaum dhua’fa yang memiliki keterbatasan biaya.

Keluarga adalah pokok utama yang mempengaruhi manusia dalam kepribadiannya termasuk tingkah laku, budi pekerti, opini, dan lain-lain. Lembaga keluarga adalah lembaga yang sangat kuat berdiri di tengah masyarakat, di seluruh dunia sejak zaman dulu hingga kini.

Di tengah masyarakat kita ada sebagian anak yang hidupnya masih tidak menentu, terkadang mereka harus mencari nafkah sendiri untuk dapat bertahan hidup tanpa memikirkan pendidikan dan masa depan mereka. Melalui kegiatan sosial, menyantuni anak-anak yang memiliki kondisi yang tidak mampu dan kehilangan orang tua, yayasan Ar-Rasyid bekerja sama dengan para pendidik yang berada di lingkungan yayasan tersebut. Yayasan ini mencoba untuk meningkatkan


(13)

kehidupan mereka, serta memberikan pendidikan baik yang bersifat umum maupun agama.

Namun di dalam masyarakat terdapat pula anak-anak yang mengalami hambatan dalam perkembangannya, baik disebabkan orang tuannya sudah tiada / tidak diketahui keberedaannya, atau nyata-nyata tidak mampu melaksanakan hak dan kewajibannya sehingga tidak terwujud kesejahteraan bagi anak-anak tersebut. Anak-anak semacam inilah yang perlu mendapat perhatian, perawaan, dan binaan serta bantuan dari masyarakat dan lembaga sosial, termasuk anak-anak kaum dhuafa yang berada di lingkungan yayasan.

Untuk lebih mengetahui seberapa jauh peranan Yayasan Ar-Rasyid dalam program pemberdayaan kaum dhuafa, maka penulis menuangkan bahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: Peran Yayasan Yatim Piatu Ar-Rasyid dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa di Sawangan Depok.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu meluas, maka penulis membatasi masalah pada pemberdayaan yang dilakukan oleh Yayasan Ar-Rasyid bagi kaum dhuafa yang tinggal di lingkungan yayasan.

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis membatasi masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Ar-Rasyid Sawangan Depok?


(14)

14

b. Bagaimana kegiatan pemberdayaan dapat dilaksanakan oleh Yayasan Ar-Rasyid?

c. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Yayasan Ar-Rasyid dalam pemberdayaan kaum dhua’fa?

d. Seberapa jauh kegiatan pemberdayaan di Yayasan Ar-rasyid memberi manfaat bagi masyarakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Ar-Rasyid Sawangan Depok.

b. Untuk mengetahui Bagaimana kegiatan pemberdayaan dapat dilaksanakan oleh Yayasan Ar-Rasyid.

c. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dihadapi oleh Yayasan Ar-Rasyid dalam pemberdayaan kaum dhua’fa.

d. Untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan pemberdayaan di Yayasan Ar-Rasyid memberi manfaat bagi masyarakat.

2. Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat bagi: a. Penulis, penelitian ini akan memeperluas wawasan intelektualitas

tentang upaya yang dilakukan yayasan Ar-rasyid dalam pemberdayaan kaum dhu’afa di Sawangan Depok.


(15)

b. Fakultas, penelitian ini menambah khasanah Ilmu Pengetahuan dan literature pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Yayasan, diharapkan menjadi acuan bagi Pengurus Panti Asuhan Yayasan Yatim Piatu Ar-Rasyid di Sawangan Depok.

D. Metologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penyusunan sripsi ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Taylor Penelitian Kualitatif adalah Penelitian yang menggunakan data deskriftif berupa kata-kata tertulis / lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.4 Data deskriftif di sini maksudnya adalah data yang di dapat dari hasil penelitian di Yayasan Ar-Rasyid, baik dari data-data tertulis maupun hasil wawancara.

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 13 April 2009 sampai 10 juni 2009. Lokasi penelitian ini dilakukan di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok.

3. Subjek dan Objek penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah peserta program pemberdayaan yayasan Ar-rasyid, yaitu kaum dhua’fa yang berada di lingkungan Yayasan Ar-rasyid.

4

Moleong, Lexi J. Metode penelitian kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya 2000) cet,ke-1. hal:3.


(16)

16

b. Objek penelitian adalah kegiatan pemberdayaan kaum dhua’fa di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari panti asuhan Yayasan Yatim Piatu Ar-Rasyid yang berkaitan tentang kegiatan pemberdayaan anak dhuafa.

b. Sumber sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dokumen-dokumen maupun dari benda-benda tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi, adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta memcatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

b. Wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap survai.5 Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai ketua panti asuhan, pengurus panti guna memperoleh data dan informasi tentang panti asuhan terhadap masalah yang di teliti. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi yang relevan tentang panti asuhan Ar-Rasyid pada khususnya mengenai peran panti dalam pemberdayaan kaum dhuafa.

5


(17)

c. Dokumen, teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari yayasan Ar-Rasyid.

6. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik Triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut, teknik triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lainya. Dalam hal ini, penulis menggunakan klien sebagai sumber pengecekan keabsahan data yang penulis peroleh dari pengurus/staff Yayasan.

7. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan penulis secara langsung di lapangan. Kemudian mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini disusun dan di analisis berdasarkan beberapa buku yang menjelaskan teori-teori yang sesuai dengan judul yang penulis ingin bahas, serta data-data yang ditemukan di lapangan.


(18)

18

Penulis juga merujuk pada skripsi yang pernah membahas permasalahan tersebut adalah skripsi yang berjudul: Peranan Panti Asuhan Ar-Ridho Rangkapan Jaya Depok Dalam Pengembangan Anak dhua’fa. Nama peneliti:Dedeh Kurniati (101054022760). Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah: Bagaimana peran dalam pengembangan anak dhua’fa.

Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis membahas tentang Peran Yayasan Ar-Rasyid Dalam Pemberdayaan Kaum Dhua’fa di Sawangan Depok.

F. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pembahasan dan penulisan hasil penelitian ini, maka penulis menyusun skripsi ini secara sistematis sebagai berikut:

Sistematika penulisan

Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, maka pembahasan disusun menjadi beberapa bab:

BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan teoritis tentang peranan, dhua’fa, pemberdayaan, terdiri dari beberapa sub, pengertian peranan, tinjauan sosiologis tentang peranan, pengertian dhua’fa, ruang lingkup dhua’fa. Sub


(19)

berikutnya pengertian tentang pemberdayaan, langkah-langkah pemberdayaan kaum dhua’fa.

BAB III Gambaran umum tentang yayasan ar-rasyid dengan uraian latar belakang berdirinya yayasan, struktur organisasi, tujuan berdirinya yayasan dan program-program yayasan Ar-rasyid. Sub berikutnya bentuk pemberdayaan kaum dhuafa yang di lakukan di yayasan Ar-rasyid serta hambatan yang dihadapi yayasan Ar-Ar-rasyid dalam pelaksanaan pemberdayaan kaum dhua’fa.

BAB IV Peranan yayasan Ar-rasyid dalam pemberdayaan kaum dhua’fa yang terdiri dari beberapa sub, Apa saja kgiatan yang di lakukan oleh yayasan Ar-rasyid, bagaimana kegiatan tersebut dapat di laksanakan, hambatan yang di hadapi yayasan, dan sejauh mana kegiatan pemberdayaan memberi manfaat bagi masyarakat.


(20)

12 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Peran

a. Pengertian Peran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.

Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya yaitu: menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia bertempat tinggal. Jadi seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.1

Peranan menurut ensiklopedia ilmu-ilmu social adalah prilaku yang diharapkan dalam kerangka posisi sosial tertentu.3

Jadi kata peran adalah sesuatu yang menjadi bagian utama yang harus dijalankan. Dengan demikian maka yayasan Ar-Rasyid memiliki peranan penting dalam pemberdayaan kaum dhuafa di Sawangan Depok.

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002),cet.35,h.243.)

3

Adam kuper, Jessika kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 935.


(21)

b. Tinjauan Sosiologis tentang Peranan

Di atas telah disinggung bahwa ada hubungan yang erat sekali antara peranan dalam kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosial dikarenakan ia mempunyai status/kedudukan dalam lingkungan sosialnya (masyarakat).

Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah mahluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada mahluk/manusia lainnya, maka pada posisi macam inilah, peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut.

B. Pemberdayaan

a. Pengertian Pemberdayaan

Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih suatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan.4

Kata pemberdayaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam; (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari

4

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001).cet ke-1,h.42.


(22)

14

kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perkukan; dan (c) berpartisifasi dalam pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka.5

Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang social, ekonomi, dan lingkungan.6

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembanguna ekonomi yang merangkum nilai-nilai social. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable”. 7

Upaya pembanguna sosial, pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan. “Bagi seorang pelaku perubahan hal yang dilakukan terhadap klien (baik tingkat individu, keluarga, kelompok atau komunitas) adalah upaya memberdayakan (mngembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) guna mencapai kehidupan yang lebih baik”. 8

Pemberdayaan bisa diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dalam upaya

5

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005). h. 58.

6

Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Islam Di Tengah Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki Abad ke-21, (Bandung: Makalah Pada Sarasehan Nasional SMF Dakwah IAIN 1999). h.9.

7

Ginandjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan, (Jakarta: Cides, 1996).h.142.

8

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi Komunitas. (Jakarta: LPFEUI, 2001).h.53.


(23)

meningkatkan kemampuan dan percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.

Selain itu pemberdayaan/pengembangan juga berarti menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara maksimal untuk manggapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampuhkan dan mendirikan masyarakat.9

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah bertujuan untuk menigkatkan kemampuan agar terwujudnya subyek kemandirian masyarakat.

Pemberdayaan kaum dhuafa sendiri merupakan upaya untuk

memandirikan kaum dhu’afa melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki konsep pemberdayaan ini sebagai suatu pemikiran, tidak dapat terlepas dari paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat.

b. Tahapan-tahapan Pemberdayaan

Adapun upaya untuk pemberdayaan masyarakat terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan

9

Bambang Rudito, Akses Peran Serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development (Jakarta: ICDS,2003),H.153


(24)

16

bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat di kembangkan.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdaya dalam pemanfaatan peluang.

3. Memberdayakan juga mengandung arti mengulangi.

C. Dhu’afa

a. Pengertian Dhu’afa

Dhuafa merupakan bentuk jamak dari kata “dhaif” dari akar kata ”dha’ufa-yadh’ufu-dha’fan”. Dalam kamus bahasa Arab kata dhaif sering kali berartikan dengan (lemah, hina, bertambah).10

Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah, kedua berarti berlipat ganda. Seperti contoh ayat yang mengandung arti bertambah/berlipat ganda yaitu dalam surat An-Nisa ayat 28:

!

Artinya ”Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.

10

Muhammad Ibn Makram Bin Mandzur, Lisan Al-Arab ( Bairut, Dar Ihya Al-Taurats Al-Arabi, 1999), cet ke-111, h.62.


(25)

Dan dalam surat Al-ahzab ayat 30:

" ﻥ

#$

%&

'(

% &

)*+, ﺏ

)* $&

.

/

0 1

% !

2

3 4

5

Artinya “Hai istri-istri nabi, siapa-siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.

b. Ruang lingkup kaum Dhu’afa

Al-Qur’an menyebutkan beberapa kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah / Dhua’fa, yaitu:

1. Orang Fakir 2. Orang Miskin 3. Anak Yatim 4. Ibnu Sabil 5. Kaum Manula 6. Tawanan Perang 7. Kaum Cacat

8. Al- Abdu wa al-Riqad / hamba sahaya dan budak

Derita kaum dhua’fa beraneka ragam bentuk dan coraknya mulai yang ringan sampai yang berat. Namun sekurang-kurangnya penderitaan mereka menyangkut beberapa hal, yaitu:

1. Kelaparan akibat tingkat ekonomi yang lemah

2. Kekurangan akibat berbagai kesulitan dan kurang pengan 3. Kebodohan karena tidak mendapat pendidikan yang cukup.


(26)

18

4. Keterbelakangan karena lemahnya posisi mereka di masyarakat.11

Oleh karena itu, pemberdayaan kaum dhuafa perlu dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang nyata dan kongkrit sehingga dapat dirasakan secara langsung.

c. Pengertian Miskin

Dalam Kamus Besar ahasa Indonesia, “miskin” berarti tidak berharta benda, serba kekurangan (berpenghasilan sangan rendah) dan “kemiskinan” berarti hal miskin atau keadaan miskin.12

Ali Yafie mendefinisikan, miskin adalah yang memiliki harta benda atau pencaharian atau kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir adalah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang seperdua kebutuhan pokoknya.13

Parsudi Suparlan, secara singkat mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya sesuatu tingkat kekurangan materi pada jumlah golongan ornag dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan dan secara langsung tampak pengaruhnya terhadap kesehatan, moral dan rasa harga diri sebagai orang miskin.14

11

Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi pemberdayaan (Yogyakarta, PT.Tiara Wacana, 1999), h. 86.

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 587.

13

Alie Yafie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren, (Jakarta: Buku P3LM, 1986), h. 6.

14


(27)

Pada dasarnya setiap individu yang lahir ke dunia tidak ingin dilahirkan dalam keadaan miskin/lemah. Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

• Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu sendiri

seperti sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-lain.

• Faktor non individu, yaitu kemiskinan yang terjadi berasal dari factor luar

individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya/sistem ekonomi yang otoiter yang hanya menguntungkan pemilik modal saja.

• Factor visi teologi / resesif, factor ini terlihat berkembang luas di tengah

masyarakat yang beragama yaitu adanya kecendrungan umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari tuhan.15

Harus dipahami bahwa kaum Dhuafa bukanlah orang-orang diciptakan untuk menderita. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi ini untuk mewujudkan kesejahteraan.

d. Langkah – langkah Membantu Pemberdayaan Kaum Dhuafa.

Kaum dhuafa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah, menderita, sengsara, mereka yang lemah dalam ekonomi, sosial, politik, hokum, pendidikan, kebudayaan, bahkan agama.

Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan, dan pembelaan. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan antara

15

Syahrin Harahap, Islam: Konsep Dan Impelmentasi Pemberdayaan (Yogyakarta PT. Tiara wacana, 1999),h.86.


(28)

20

lain: memberikan pendidikan, bantuan sosial, memberikan perlindungan dan pemberdayaan.

1. Memberikan Pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian juga bagi kaum dhuafa untuk menanggulangi kebodohan dan keterbelakangan mereka. Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk kepada kaum dhuafa.

2. Pemberdayaan

Bantuan pemberdayaan perlu diberitakan bagi kaum dhuafa agar mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada beberapa manfaat yang akan mereka peroleh, yaitu:

• Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak tergantung pada orang

lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.

• Mengurangi bahkan jika menghilangkan kelemahan, penderitaan,

kesengsaraan, ketidak berdayaan dan keterbatasan mereka.

• Agar mereka menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain

bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.16

16


(29)

21

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Ar-Rasyid

Yayasan Ar-Rasyid adalah sebuah Yayasan yang di dalamnya menaungi beberapa program, diantaranya adalah Sekolah Komunitas Ibu (SKI), Majlis Ta’lim (Liko), Dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Ada dua hal yang melatar belakangi berdirinya yayasan Ar-Rasyid, yaitu: pertama, adanya dorongan kuat dari pendiri yayasan yaitu Bapak Saifudin. Dorongan itu adalah beliau bercita-cita untuk mendirikan yayasan yang kegiatan-kegiatannya mengarah pada bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan. Menurutnya jika masayarakat mengalami kesulitan , maka hal itu dapat membuat mereka terjebak pada situasi yang sulit, apalagi menyangkut masalah keimanan dan keyakinan, serta ekonomi mereka. Itulah yang menyebabkan Bapak Saifudin untuk mendirikan Yayasan Ar-Rasyid.

Kedua, adalah tuntutan dari masyarakat sekitar Sawangan Depok yang melihat dan meminta bahwa di sekitar wilayahnya belum ada lembaga atau yayasan yang memang secara khusus menangani permasalahan-peramasalahan yang berkaitan dengan pendidikan, sosial, dan keagamaan, khususnya permasalahan para ibu-ibu yang tidak dapat membaca dan yatim piatu yang tidak memiliki biaya untuk sekolah.


(30)

22

Dengan demikian berkat rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap masyarakat sekitarnya, akhirnya beliau mulai merintis yayasan tersebut dengan uang sejumlah Rp.80.000.000, barulah pada tanggal 25 november 1996 berdirilah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan keagamaan, yang diberi nama Yayasan Yatim Piatu Ar-Rasyid.

Adapun maksud dan tujuan berdirinya yayasan ini adalah memberikan keterampilan kepada ibu-ibu sekitar yayasan Ar-rasyid, menyelenggarakan dan meningkatkan pendidikan, baik pendidikan agama maupun keterampilan. Serta mengusahakan pemberian bantuan di bidang pendidikan dan kesempatan belajar bagi masyarakat, dan tidak bertentangan dengan program-program pemerintah. Untuk menjalankan tujuan dan maksud tersebut, maka yayasan pada saat

itu setahap demi setahap tapi pasti, usaha-usaha yang dijalankan di antaranya:

• Mendirikan Bangunan seluas 165 m2

• Membuat ruangan kelas untuk PAUD (pendidikan anak usia dini) • Membuat aula untuk Sekolah Komunitas Ibu (SKI) dan Liko.

Dalam menjalankan usaha-usahanya itu, yayasan menggunakan uang awal, yaitu Rp. 80.000.000, bantuan-bantuan dan sumbangan-sumbangan dari para donatur baik yang bersifat tetap maupun tidak.1

B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Ar-Rasyid

Sebelum oganisasi menentukan tujuan-tujuan, terlebih dahulu harus menetapkan visi dan misi organisasi. Visi dan Misi organisasi menyajikan

1


(31)

kerangka kerja yang menuntun suatu nilai dan kepercayaan organisasi. Pernyataan visi dan misi dari suatu organisasi memainkan peranan penting dalam strategi pengembangan sistem kualitas. Visi dan misi memberikan identitas organisasi dan pemahaman terhadap arah yang ingin di tuju.

Visi (vision) adalah sustu gambaran ideal yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi di masa yang akan datang. Sedangkan misi (mission) adalah suatu pernyataan sikap tentang aktifitas dari perusahaan atau organisasi.2 Adapun visi Yayasan Ar-rasyid adalah sebagai berikut:

1. Terciptanya manusia yang berima dan bertakwa kepada Allah Swt. 2. Terciptanya manusia yang disiplin, handal, dan terampil.

Adapun misi Yayasan Ar-Rasyid adalah sebagai berikut: 1. Mengentaskan kebodohan

2. Meningkatkan keterampilan 3. Memberikan pendidikan

4. Membina siswa menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap lembaga atau yayasan memiliki maksud dan tujuan yang jelas, sehingga yayasan dapat diarahkan untuk tercapainya apa yang telah dicita-citakan. Maksud dan tujuan dari pendirian yayasan Ar-Rasyid adalah:

• Menyelenggarakan dan meningkatkan pendidikan, serta memberikan

pelatihan-pelatihan atau keterampilan.

2

Vincent Gasdpersz, Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), cet ke-1.


(32)

24

• Memberikan bantuan di bidang pendidikan dan kesempatan belajar bagi

masyarakat.

C. Letak Geografis

Yayasan Ar-Rasyid dibentuk dengan Akta Notaris Sri Hastuti, SH. Dengan nomor 152. Modal pertama yayasan adalah sebidang tanah di kelurahan Pancoran Mas, seluas 165 m2 yang terletak di Jalan. Sawangan Raya.

Secara geografis, Yayasan Ar-rasyid terletak di Jalan Sawangan Raya, RT 03/ RW. 11, no. 59, Kecamatan Depok. Dengan batas-batas wilayah, yaitu sebagai berikut 3:

Sebelah barat berbatasan dengan perumahan warga Sebelah timur berbatasan dengan RS. Bakti Yudha Sebelah utara berbatasan dengan Pos Polisi

Sebelah selatan berbatasan dengan Sekolah Cakra Buana.

D. Program Kegiatan Yayasan Ar-Rasyid.

Program dapat diartikan sebagai daftar atau rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yayasan Ar-rasyid ini bergerak dalam bidang pendidikan, kesejahteraan sosial (penyantunan anak yatim dan fakir miskin), dan keagamaan. Program kerja

3


(33)

yayasan rasyid untuk kemajuan serta peningkatan mutunya, maka yayasan Ar-rasyid mempunyai program kerja sebagai berikut, yaitu:

1. Mengadakan usaha di bidang pendidikan dengan dasar keagamaan, seperti menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang menjadi kebutuhan masyarakat sekitar yayasan, antara lain: Sekolah Komunitas Ibu, Liko, dan PAUD.

2. Menyelenggarakan peringatan hari-hari besar islam.

3. Menghimpun dan menyalurkan dana sosial untuk kepentingan masyarakat di sekitar yayasan, antara lain berbentuk pengumpulan dana bantuan bagi anak yatim dan fakir miskin.

Sedangkan program kerja umum itu terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Program Jangka Pendek, yaitu Membantu para orang tua yang kurang mampu, dengan meringankan biaya sekolah, yaitu: Tidak memungut uang pangkal atau uang bangunan, serta memungut uang SPP seminimal mungkin.

b. Program Jangka Panjang

1. Yayasan tidak hanya mengembangkan dalam bidang sekolah atau bidang pendidikan formal saja, tetapi juga dalam kegiatan sosial, antara lain:

• Bimbingan rohani islam

• Pengajian-pengajian


(34)

26

2. Meningkatkan profesionalitas guru sesuai dengan bidangnya, melalui:

• Diskusi dan bimbingan • Tugas belajar

3. Meningkatkan mutu para guru dan siswa, agar dapat mandiri dan terampil.4

E. Struktur Kepengurusan Yayasan Ar-Rasyid

Organisasi adalah sekumpulan orang yang secara bersama-sama melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Begitu pula dengan yayasan Ar-Rasyid untuk mencapai tujuannnya, maka dibuatlah struktur kepengurusan berupa bagan yang jelas.

Dalam struktur kepengurusan tersebut akan tampak wewenang serta jabatan dari masing-masing personil. Dengan demikian semua program kerja dan tujuan yang telah ditetapkan, akan berjalan dengan baik.

Adapun struktur kepengurusan Yayasan Ar-Rasyid Sawangan Depok, terdiri dari 5:

Penasihat : Bapak. Taufik Ketua : Bapak. Saifudin

Sekretaris : Bapak. Wahyu Permana Bendahara : Bapak. Muhammad

4

Buku Pedoman Yayasan Ar-Rasyid, Sawangan Depok.

5


(35)

Unit Pendidikan:

1. Sekolah Komunitas Ibu : Ibu Pupung 2. Majlis Taklim : Ibu Desi

3. PAUD : Ibu Suryati


(36)

28 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Kegiatan Yayasan Ar-Rasyid Sawangan Depok

Sebagai tindakan prefentif dari dampak negatif perubahan sosial, yayasan Ar-Rasyid mengupayakan berbagai kegiatan, khususnya bagi kaum dhua’fa di sekitar yayasan Ar-rasyid. Berbagai kegiatan diadakan untuk membantu kaum dhua’fa. Saat ini yayasan Ar-rasyid mengadakan tiga program kegiatan dalam kaitannya dengan pemberdayaan kaum dhu’afa, yaitu:

1. Kegiatan di bidang Pendidikan

2. Kegiatan di bidang Spiritual/keagamaan 3. Kegiatan di bidang Sosial

a. Bidang Pendidikan

Pendidikan secara garis besar dibagi kedalam dua bagian, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal.

1. Program Pendidikan Formal

- Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2. Pendidikan Non Formal

- Sekolah Komunitas Ibu (SKI) - Majlis Taklim


(37)

b. Kegiatan di bidang Spiritual/keagamaan

Selain kegiatan di bidang pendidikan, pihak yayasan juga memberikan kegiatan dibidang spiritual. Di bidang spiritual, yaitu:

- Pengajian Rutin/Mingguan

- Peringatan Hari Besar Islam, (Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, dan Peringatan 10 Muharram).

c. Bidang Sosial

Dalam perjalanannya yayasan Ar-rasyid tidak hanya melakukan pemberdayan atau pengembangan melalui pendidikan dan pengajian saja, akan tetapi juga melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, diantaranya:

1. Pemberian Zakat 2. Santunan Yatim Piatu

3. Penyembelihan Hewan Kurban

d. Analisis Mengenai Kegiatan Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok

Yayasan Ar-rasyid mengupayakan menyajikan berbagai kegiatan khususnya bagi kaum dhuafa di sekitar Yayasan Ar-rasyid. Adapun program-program pemberdayan di yayasan ar-rasyid di antaranya: kegiatan di bidang pendidikan (pendidikan formal dan non formal), kegiatan di bidang spiritual, dan kegiatan di bidang sosial. Pendidikan secara garis besar dibagi kedalam dua bagian, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal, yaitu:

1. Program Pendidikan Formal


(38)

30

2. Pendidikan Non Formal

- Sekolah Komunitas Ibu (SKI) - Majlis Taklim

Tujuan pemberdayaan masyarakat pada bidang pendidikan, adalah supaya kelompok sasaran dapat menggali berbagai potensi yang ada dalam dirinya dan memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi.

Selain diberikan kegiatan dibidang pendidikan, pihak yayasan juga memberikan kegiatan dibidang spiritual, yaitu:

- Pengajian Rutin Mingguan

Yayasan Ar-rasyid memberikan bimbingan agama kepada kaum dhuafa di lingkungan yayasan Ar-rasyid, kegiatan pengajian ini merupakan salah satu kegiatan yang dibina oleh yayasan Ar-rasyid terutama di bawah bimbingan bapak Saifudin. Kegiatan pengajian ini diikuti oleh para ibu-ibu, setiap hari kamis malam jum’at. Pengajian ini dilaksanakan setelah sholat magrib, materi yang diberikan yaitu: tajwid, fiqih, dan akidah akhlak. Dengan metode ceramah dan tanya jawab, dengan penceramah dari luar yayasan.

- Pengajian Melalui Peringatan Hari Besar Islam

Pengajian melalui hari-hari besar Islam dilaksanakan sacara umum dan terbuka untuk masyarakat luas. Adapun hari besar Islam yang dirayakan oleh yayasan Ar-rasyid diantaranya yaitu:

1. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2. Peringatan Isra’Mi’raj


(39)

3. Peringatan 10 Muharram

Pengajian melalui peringatan hari besar Islam, dalam pelaksanaannya yayasan Ar-rasyid mengundang penceramah dari luar yayasan, Acara tersebut dilaksanakan di Aula yayasan Ar-rasyid dan materi yang disampaikan dalam pengajian ini sesuai dengan hari besar tersebut, metode yang dipakai adalah ceramah.

Pengajian melalui hari besar Islam yang sering diadakan membawa hasil yang sangat baik. Kondisi keagamaan masyarakat sekitar yayasan Ar-rasyid, yang masyarakatnya masih awam dalam ilmu agama, sekarang menjadi lingkungan yang religi. Hal ini menandakan dengan kegiatan pengajian yang diadakan yayasan Ar-rasyid menumbuhkan kesadaran beragama bagi masyarakat sekitar.

Dalam perjalanannya yayasan Ar-rasyid tidak hanya melakukan pemberdayan atau pengembangan melalui pendidikan dan pengajian saja, akan tetapi juga melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, diantaranya:

- Pemberian Zakat

Zakat adalah sebagian harta kekayaan yang diambil dari milik seseorang yang punya, dan diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada orang yang berhak.1

Dalam pengelolaan zakat, yayasan Ar-rasyid telah memprogramkan khusus mengenai kepanitiaan zakat atau biasa dikenal dengan sebutan BAZIA (badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqoh). Zakat ini diambil dari para donatur tetap

1


(40)

32

dan donatur tidak tetap, serta sumbangan-sumbangan dari masyarakat sekitar. Zakat tersebut diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, terutama kepada fakir miskin, anak yatim piatu yang berada di sekitar yayasan Ar-rasyid. - Santunan Yatim Piatu

Yayasan Ar-rasyid sejak berdirinya memberikan santunan kepada yatim piatu, tidak kurang dari 60 anak yatim piatu yang berada di lingkungan yayasan Ar-rasyid.

Bantuan ini berasal dari para donatur tetap dan donatur tidak tetap, serta sumbangan-sumbangan dari masyarakat sekitar. Setiap anak mendapat Rp. 35.000 setiap bulannya. Santunan bagi yatim piatu memang membutuhkan biaya yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan para anak yatim tersebut. Berbagai upaya yang dilakukan oleh yayasan, khususnya mencari bantuan dari para dermawan.

- Penyembelihan Hewan Kurban

Dalam mengemban amanah dari para dermawan, setiap tahunnya yayasan Ar-rasyid mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk menyelenggarakan penyembelihan hewan kurban, yang kemmudian dibagikan kepada masyarakat yang berhak menerimanya.

Pada hari qurban tahun lalu, yayasan Ar-rasyid menerima amanah dari para dermawan berupa hewan qurban, yitu 6 ekor kambing. Daging-daging hewan


(41)

tersebut dibagikan kepada anak yatim piatu, fakir miskin dan masyarakat yang kurang mampu lainnya di lingkungan yayaysan Ar-rasyid dan sekitar .2

B. Pelaksanaan Program Yayasan Ar-Rasyid Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa.

a. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini, merupakan unit pendidikan yang mengajarkan mengenal huruf, mengenal angka dan mengajarkan nilai-nilai agama terhadap anak usia dini, demi terciptanya generasi qur’ani yang berlandaskan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Tujuan diterapkannya pendidikan baca iqra, adalah untuk membekali siswa agar dapat membaca Qur’an dan membekali pengetahuan tentang Al-Qur’an, sebagai sumber hukum Islam. Metode yang digunakan adalah memperkenalkan huruf dan angka, menerangkan, cerita, hafalan, dan keteladanan. Kurikulum yang diberikan terhadap siswa Pendidikan Anak Usia Dini, ditekankan pada hafalan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan gerakan-gerakan dalam sholat, diantaranya hafalan-hafalan yang diberikan terhadap siswa Pendidikan Anak Usia Dini adalah hafalan Al-qur’an (surat-surat pendek), doa-doa dalam sholat, dan doa-doa-doa-doa dalam keseharian. Sementara praktek-praktek sholat hafalannya langsung dengan praktek yang diiringi dengan bacaannya.

2


(42)

34

Materi pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah mengenal huruf dan angka, baca tulis iqra, hafalan surat-surat pendek dan bacaan shalat serta hafalan doa-doa harian.

- Analisis mengenai Pelaksanaan Program Yayasan Ar-Rasyid Dalam Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Yayasan Ar-rasyid mengadakan program Pendidikan Anak Usia Dini, bertujuan agar anak-anak dhua’fa yang tidak dapat masuk TK (taman kanak-kanak) karena keterbatasan biaya, agar dapat mengikuti pendidikan awal.

Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah program pendidikan bagi anak-anak usia dini yang berusi 3 (tiga) tahun sampai 5(lima) tahun. Program pendidikan ini dilaksanakan 4 (empat) hari dalam seminggu, yaitu dari hari senin sampai hari kamis.

Dalam pelaksanaannya, program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memberikan materi mengenal huruf dan angka, baca tulis iqra, hafalan surat-surat pendek dan bacaan shalat serta hafalan doa-doa harian, diantaranya: surat pendek dalam qur’an, yaitu: Surat falq, lahab, An-Nasr, kafirun dan Al-ma’un. Sementara hafalan doa-doa keseharian adalah: Doa kedua orang tua, doa naik kendaraan, doa bercermin, doa kebahagiaan dunia dan akhirat dan doa sapu jagat.3

M. Natsir Ali, mengemukakkan bahwa pendidikan adalah segala usaha mengembangkan nilai untuk dipakai oleh anak sehingga menjadi orang pintar,

3


(43)

baik mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.4 Dengan melihat usia anak didik yang masih kecil, sehingga perlu adanya penyempurnaan dalam tata cara ibadah yang baik. Oleh sebab itu sekolah memberikan pendidikan tata cara ibadah kepada mereka seperti: shalat berjamaah, dengan dimulai dari tata cara berwudhu yang benar, niat shalat, serta bacaan-bacaan shalat.

Setiap satu minggu sekali yayasan Ar-rasyid mengadakan latihan ceramah untuk siswa-siswi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang berada di lingkungan yayasan dapat mempunyai keberanian dan mempunyai keterampilan dalam menyampaikan apa yang mereka dapatkan tentang ajaran agama. Hal ini adalah sebagai bekal mereka untuk berinteraksi dengan masyarakat.

b. Program Sekolah Komunitas Ibu (SKI)

Program Sekolah Komunitas Ibu, ditujukan pada ibu-ibu fakir miskin yang berada disekitar yayasan Ar-rasyidAmrullah Ahmad menyebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Usaha yang diterapkan Yayasan Ar-Rasyid dalam pemberdayaan kaum dhua’fa adalah dengan melalui program pendidikan. Seperti yang dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo, yaitu pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.5

4

M. Natsir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: Kalam Mulia, 1992).cet.ke-5, h.22

5


(44)

36

Dalam proses pembelajarannya, kegiatan program ini dilakukan oleh tiga orang tenaga pengajar (tutor). Masing-masing tutor memiliki tugas yang berbeda, tutor pertama memberikan teori-teori mengenai membaca dan menulis, tutor kedua menerangkan dan menjelaskan cara mengeja dan menghitung, tutor ketiga mengajarkan keterampilan.

Proses pembelajaran ini dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu minggu dan berlangsung selama 4 (empat) jam untuk setiap pertemuan, yaitu dimulai pada pukul 09.00 sampai pukul 12.00.

Dalam pembelajaran yang disampaikan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahapan Pengenalan

Tahap pengenalan merupakan bentuk kegiatan tahap awal bagi para peserta program Sekolah Komunitas Ibu (SKI). Pada tahap ini peserta diberikan materi pengenalan berupa pengenalan huruf dan angka. Selain itu peserta juga diberikan pemahaman cara mengeja huruf dan menjumlah angka.

2. Tahap Penyampaian

Dalam penyampaian materi, diperlukan suatu metode pengajaran yang tepat untuk mencapai tujuan dari pengajaran. Metode mengandung pengertian srategi atau cara yang digunakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Adapun metode pengajaran yang digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran, yaitu:


(45)

a. Metode Penyampain Materi

Metode ini dilakukan oleh tutor untuk menyampaikan materi pelajaran yang telah ditentukan dalam bentuk teori-teori mengenai membaca dan menulis, seperti mengenal angka, mengenal huruf, mengeja dan menghitung.

Tujuan dari metode ini agar para peserta program Sekolah Komunitas Ibu ini mengenal huruf dan angka, tapi juga dapat mengeja dan menghitung agar dapat membaca dengan benar.

b. Metode Praktek

Metode praktek ini adalah materi mengenai keterampilan, dalam pembelajaran ini peserta diajarkan membuat souvenir untuk pernikahan, hiasan pita untuk kerudung, membuat bros, dan lain-lain. Tujuan dari metode praktek ini adalah agar peserta bukan saja bisa membaca dan menulis, tapi juga dapat menguasai keterampilan baik dari teorinya sampai pada penguasaan prakteknya. Metode ini diterapkan agar peserta akan lebih mudah untuk mencapai hasil yang diinginkan secara maksimal.

- Analisis mengenai Pelaksanaan Program Yayasan Ar-Rasyid Dalam Program Sekolah Komunitas Ibu

Dalam rangka memberdayakan kaum dhua’fa, salah satunya yaitu dengan mengembangkan perekonomianya, tidak hanya dengan memberikan bantuan-bantuan yang bersifat sosial, tetapi fakir miskin diberikan juga pendidikan dan pelatihan keterampilan.


(46)

38

Yayasan Ar-rayid membuka kesempatan kepada fakir miskin di sekitar Sawangan Depok untuk dapat mengikuti program kegiatan keterampilan tanpa dipungut biaya (gratis).

Program keterampilan ini dilaksanakan sebagai wujud nyata dari program kegiatan yayasan Ar-rasyid di bidang pendidikan non formal. Program keterampilan membuat souvenir pernikahan, jilbab pita, dan bros, dianggap menjadi kebutuhan bagi fakir miskin disekitar Sawangan Depok, untuk meningkatkan perekonomian fakir miskin.

Dalam pelaksanaannya program Sekolah Komunitas Ibu, dilaksanakan pada ruang aula yayasan Ar-rasyid. Suasana dalam ruangan aula sengaja dibuat senyaman mungkin agar peserta Sekolah Komunitas Ibu lebih dapat konsentrasi dalam belajar membaca, menulis, mengenal huruf dan angka. Sedangkan untuk praktek membuat keterampilan souvenir pernikahan, jilbab pita, dan bros, dilaksanakan pada ruangan terbuka, yaitu di halaman yayasan agar peserta lebih santai dan tidak jenuh selama mengikuti kegiatan keterampilan.

Untuk pembiayaan pelaksanaan program Sekolah Komunitas Ibu ini, yayasan Ar-rasyid mendapat bantuan dana dari para donator tetap dan tidak tetap. Sedangkan tenaga pengajar atau tutor merupakan tenaga ahli di bidang keterampilan dan pendidikan.

Hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh yayasan Ar-rasyid terhadap peserta Sekolah Komunitas Ibu, adalah selain peserta bisa membaca, menulis, berhitung dan memiliki keterampilan, mereka juga dapat meningkatkan ekonomi mereka dengan usaha berjualan jilbab, bros, dan pesanan souvenir untuk


(47)

pernikahan. Walaupun belum semua peserta bisa melakukan usaha tersebut, tetapi sebagian mereka menggunakan ilmu-ilmu mereka untuk pengembangan diri mereka.6

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, pemberdayaan yang dilakukan yayasan Ar-rasyid terhadap peserta Sekolah Komunitas Ibu, yaitu selain dalam bidang pendidikan seperti baca, tulis, dan berhitung, mereka juga mengajarkan keterampilan, sehingga peserta dapat mengembangkannya untuk meningkatkan ekonomi mereka.

c. Program Majlis Taklim Ar-rasyid

Majlis Taklim merupakan salah satu kegiatan yang dibina secara intensif oleh yayasan Ar-rasyid terutama di bawah pengasuh bapak Saifudin. Adapun materi yang diberikan dalam rangka menjalankan progam pemberdayaan melalui majlis taklim, yaitu:

1. Pelajaran Akhlak

2. Pelajaran Aqidah atau keimanan 3. Pelajaran Sejarah Dan Peradaban Islam

Salah satu materi dalam Majlis Taklim ini, yaitu seni baca Al-qur’an. Kegiatan seni baca Al-qur’an ini dilaksanakn seminggu sekali, dengan pengajar dari luar yayasan Ar-rasyid. Adapun tujuan dari seni baca Al-qur’an adalah:

• Menumbuhkan minat untuk mengkaji Al-qur’an • Agar dapat membaca Al-qur’an dengan baik dan benar

6


(48)

40

• Agar mempunyai kemampuan olah suara dalam membaca Al-qur’an dan

dapat membaca dengan menggunakan kaidah-kaidah yang ada.

- Analisis mengenai Pelaksanaan Program Yayasan Ar-Rasyid Dalam Program Majlis taklim Ar-rasyid

Dalam perjalanannya yayasan Ar-rasyid tidak hanya melakukan pemberdayan atau pengembangan melalui pendidikan saja, akan tetapi juga melaksanakan kegiatan keagamaan melalui program Majlis Taklim.

Dari program Majlis Taklim ini diharapkan akan membentuk sebuah masyarakat yang baik untuk diawali terciptanya keluarga-keluarga yang damai dan bahagia.

Materi yang diberikan dalam rangka menjalankan progam pemberdayaan melalui majlis taklim, yaitu:

1. Pelajaran Akhlak

Pelajaran Akhlak adalah menyangkut masalah prilaku dan tindakan sehari-hari serta tingkah laku terhadap lingkungannya. Seperti hormat kepada suami, tolong-menolong terhadap tetangga, berperilaku rendah hati, sederhana, dan selalu menjaga tali silaturahmi. Dari pelajaran akhlak ini, jamaah sedikit demi sedikit dapat merubah prilaku yang tidak baik.

2. Pelajaran Aqidah atau keimanan

Aqidah atau keimanan menekankan pada aspek penghayatan. Jama’ah Majlis Taklim Ar-rasyid diarahkan pada keimanan, dengan dibarengi oleh rukun


(49)

iman. Setelah itu dikenalkan dan mencoba untuk dihafal sebagai dasar dari pemahaman. Proses tersebut diajarkan oleh guru dai luar yayasan.

Jama’ah Majlis taklim Ar-Rasyid diperkenalkan keimanan atau keyakinan kepada Allah, melalui perkenalannya dengan sifat-sifat wajib bagi Allah, serta keimanan kepada malaikat, nama malaikat, serta tugas malaikat.

3. Pelajaran Sejarah Dan Peradaban Islam

Jama’ah Majlis Taklim Ar-rasyid dijelaskan aspek sejarah dengan diperkenalkannya berbagai peristiwa masa lalu atau sejarah, yakni berkenaan dengan kisah para Nabi. Dalam kasus sejarah, para jamaah mendapat kisah yang diperhatikan baik alur cerita, tetapi tidak kalah penting adalah bagaimana mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Proses yang mengambil pelajaran atau hikmah yang terkandung didalam sejarah itulah yang disebut sebagai pemahaman atau memahami.

Untuk memberikan gambaran tentang sistem dan pola pelajaran dan orientasi yang dicita-citakan dari pengadaan pengajian tersebut, berikut ini paparan dari pengasuh yayasan Ar-rasyid yaitu bapak Saipudin “Pengajian-pengajian yang dilaksanakan oleh yayasan yaitu “Pengajian-pengajian yang ditujukan untuk ibu-ibu dengan maksud agar mereka dapat menjadi istri yang sholehah, ibu yang mempunyai ilmu yang dapat di ajarkan kepada anak-anaknya. Dengan begitu terciptalah keharmonisan dalam keluarga”.7

Dari paparan singkat ini harapan pengasuh dari keberadaan Majlis Taklim ini bagi pola dan sikap pengembangan keberagamaan masyarakat setempat. Majlis

7


(50)

42

Taklim ini mendapat sambutan dari masyarakat sekitar yayasan Ar-rasyid Sawangan depok, ini artinya bahwa berbagai kegiatan bernuansa keagamaan yang diselenggarakan oleh yayasan Ar-rasyid bener-benar memberi manfaat positif bagi masyarakat. Hal ini karena masyarakat memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan hari dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari.

Kegiatan pengajian ini diharapkan ibu-ibu mempunyai bekal pengetahuan dan pemahaman keagamaan yang memadai. Hal ini tidak mengherankan karena memang pemahaman keagamaan yang tidak kuat dianggap menjadi salah satu penyebab kemerosotan moral.

Menurut Soerjono Soekanto, Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Disinilah peran yang dijalankan oleh yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok, dalam pemberdayaan kaum dhua’fa berupa perbaikan moral dan memberikan pembelajaran dan pemahaman mengenai agama Islam.

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pemberdayaan Kaum Dhua’fa Di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok

a. Factor Pendukung

1. Faktor pengelola. Faktor pengelola adalah masalah yang sangat penting, pengelola yayasan harus nmemiliki keterampilan dan keahlian hkusus dalam mengelola organisasi, hal ini yang terjadi di yayasan Ar-rasyid yang


(51)

dikelola dan dibina oleh orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, sehingga mampu menjalankan segala program kegiatannya.

2. Kerjasama antar lembaga. Karena yayasan ini bersifat sosial maka yayasan membutuhkan adanya kerja sama yang baik dengan pemerintah, serti Dinas Pendidikan, Departemen Agama, serta perusahaan-perusahaan. 3. Adanya kerjasama disetiap kelurahan dengan kecamatan dan Departemen

Sosial sehingga memudahkan pihak yayasan dalam menjalankan kegiatan-kegitannya.

4. Proses pelaksanaan program Sekolah Komunitas Ibu (SKI), Majlis Taklim, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), berjalan dengan lancar dan disambut antusias, karena memang tujuan program ini adalah untuk memberdayakan kaum dhua’fa yang menjadi bagian dari masyarakat disekitar yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok.

5. Tersedianya dana (donator tetap) dalam membiayai pelaksanaan program Sekolah Komunitaas Ibu (SKI), majlis Taklim, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

b. Faktor Penghambat

1. Kurangnya guru atau tutor dalam pelaksanaan program Sekolah Komunitaas Ibu (SKI), Majlis Taklim, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

2. Belum tersedianya ruangan atau kelas khusus untuk pelaksanaan program Sekolah Komunitas Ibu (SKI).


(52)

44

3. Keterbatasan modal yang menjadi kendala bagi peserta Sekolah Komunitas Ibu (SKI) untuk membuka atau mengembangkan usahanya setelah program selesai dilaksanakan.

- Analisis Terhadap Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan di Yayasan Ar-rasyid

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, yayasan Ar-rasyid mempunyai kualitas yang relatif baik dalam upayanya untuk melaksanakan program kegiatan pemberdayaan dan pengembangan kaum dhua’fa. Dalam pelaksanaanya program kegiatan untuk pemberdayaan kaum dhua’afa selengkapnya apapun faktor pendukung dan penghambat yang ada tidak berpengaruh besar bagi jalannya program kegiatan di yayasan Ar-rasyid. Hal ini dikarnakan banyak dukungan dari pihak-pihak bersangkutan yang memberikan bantuan dan menjadi donator tetap, dan apapun yang menjadi pendukung itu dijadikan pegangan oleh yayasan Ar-rasyid dalam menjalankan segala bantuan yang diberikan.

Adanya faktor penghambat tersebut dijadikan pelajaran yang berharga dan contoh untuk mencoba berupaya keluar dari hambatan tersebut walaupun memang tidak mudah.


(53)

D. Analisis Mengenai Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok

Program-program yang diselenggarakan oleh yayasan Ar-rasyid adalah peran yayasan dalam menganggulangi permasalahan kemiskinan di Sawangan Depok. Bentuk upaya yang dilakukan tidak lain untuk membekali para fakir miskin dan anak yatim dengan pendidikan dan keahlian hidup yang nantinya dapat dimanfaatkan ilmu dan keterampilanya dalam rangka mengembangkan ekonomi fakir miskin dan pembekalan ilmu dan keterampilan, serta mengentaskan kebodohan bagi anak yatim piatu yaitu siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada mereka para peserta yang mengikuti program Sekolah Komunitas Ibu (SKI), Majlis Taklim, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang termasuk ke dalam program pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid. Mereka menyambut dengan positif program-program kegiatan yang ada.

Melayu. S.P. Hasibuan mengatakan bahwa “latihan-latihan yang bertujuan menambah pengetahuan di luar ilmu pengetahuan formal dengan menggali potensi yang sesuai dengan talenta yang dimiliki individu”.8 Dengan adanya program Sekolah Komunitas Ibu (SKI), Majlis Taklim, dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang dilaksanakan oleh yayasan Ar-rasyid menjadikan masyarakat,

8

Malayu. S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mulya Aksara, 2002).cet.ke-5,h.22.


(54)

46

khususnya kaum dhua’fa untuk memiliki keahlian hidup yang telah di bekali oleh yayasan Ar-rasyid dalam rangka mengembangkan ekonomi mereka.

Ibu Umi peserta Sekolah Komunitas Ibu di yayasan Ar-rasyid, mengungkapkan bahwa dengan mengikuti program Sekolah Komunitas Ibu di yayasan Ar-rasyid, sekarang sudah bisa membaca dan menulis, serta memiliki keterampilan membuat souvenir pernikahan.9 Program Sekolah Komunitas Ibu juga dirasakan manfaatnya oleh ibu Ai’. Ibu Ai’ mengungkapkan sekarang sudah menerima pesanan pita hias untuk kerudung dan souvenir pernikahan.10

Bagitupun juga dengan ibu Dewi, beliau mengikuti kegiatan Majlis Taklim Ar-rasyid di yayasan Ar-rasyid, mengungkapkan kini mengetahui banyak ilmu mengenai fiqih, akhlak, sejarah Islam, dan dapat membaca Al-qur’an dengan baik dan benar.11 Hal serupa juga dirasakan ibu Siti sebagai salah satu jamaah majlis Taklim Ar-rasyid. Beliau mengungkapkan sekarang sudah bisa membaca Al-qur’an, sebelum mengikuti kegiatan ini beliau tidak dapat membaca huruf arab yang disambung.

Peserta Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), orang tua dari siswa yang bernama Ahmad mengungkapkan sangat berterimakasih kepada yayasan Ar-rasyid, karna membuka program pendidikan tanpa memberatkan orang tua mengenai biaya, hal serupa juga diungkapkan oleh ibu dari orang tua siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Ia mengungkapkan bahwa pembelajaran dalam program PAUD benar-benar dari dasar, sehingga siswa-siswanya

9

Ibu Nur, Peserta SKI, wawancara pribadi, Sawangan Depok, 6 mei 2009.

10

Ibu Ai, Peserta SKI, wawancara pribadi, Sawangan Depok, 13 mei 2009.

11


(55)

memahami benar, siswa juga diberikan keterampilan berpidato, sehingga mereka berani berkomunikasi dengan baik pada masyarakat luas.

a. Harapan Warga Setempat Terhadap Program Pemberdayaan Di Yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok

Harapan dari warga sekitar Yayasan Ar-rasyid, yaitu program ini agar ditingkatkan supaya masyarakat sawangan meningkat dari segi Sumber Daya Manusia, dengan meningkatnya Sumber Daya Manusia maka akan meningkat pula perekonomiannya. Pendapat warga setempat terhadap program pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid, dapat disimak melalui hasil wawancara, sebagai berikut:

“Sarannya, ya…terus lebih ditingkatkan kembali, supaya lebih berpotensilah masyarakat juga lebih berkembang. Dari kegiatan pemberdayaan yang diberikan oleh yayasan Ar-rasyid menutrut saya sangat memberi manfaat, dari mereka yang tidak tahu menjadi tahu, dari mereka yang tidak bisa menjadi bisa”.12

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa warga setempat menginginkan agar kegiatan ini dapat berlanjut, agar warga setempat yang belum mengenyam pendidikan terutama kaum dhua’fa, dapat merasakan pendidikan, agar masyarakat juga lebih maju dari berbagai aspek kehidupan.

Hasil pemberdayaan yang dilakukan yayasan Ar-rsyid terhadap kaum dhua’fa yaitu, mereka dapat membaca, menulis, menguasai keterampilan, memahami agama Islam dengan baik, pembentukan moral yang baik, dan memberantas kebodohan bagi anak-anak yatim.

12


(56)

48

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, peran yayasan Ar-rasyid dalam pemberdayaan fakir miskin dan anak yatim sangan berdampak positif, dan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar yayasan Ar-rasyid.


(57)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

a. Kegiatan yang dilakukan oleh yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok dalam pemberdayaan Kaum dhua’fa adalah kegiatan: Program Sekolah Komunitas Ibu, yang di khususkan pada ibu-ibu miskin yang berada disekitar yayasan, program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditujukan pada anak-anak kaum dhuafa yang tidak dapat bersekolah karena keterbatasan biaya, dan program Majlis Taklim Ar-Rasyid yang bertujuan memberantas buta huruf pada ibu-ibu kaum dhuafa di sekitar yayasan Ar-rasyid.

b. Dalam pelaksanaannya, Program-program pemberdayaan kaum Dhua’fa yaitu: Program Sekolah Komunitas Ibu, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Majlis Taklim Ar-rasyid, dilaksanakan di yayasan Ar-rasyid dengan tutor atau pengajar yang sesuai dengan keahlian di bidangnya. Pemberdayaan ekonomi fakir miskin yang menjadi peserta sasaran program, dilakukan dengan cara memberikan pelatihan keterampilan atau keahlian hidup, yaitu berupa keterampilan. Yayasan Ar-rasyid juga memberikan pembinaan


(58)

50

dalam bidang keagamaan dan sosail serta penyaluran bantuan konsumtif kepada masyarakat yang lanjut usia, keluarga yang dhua’fa dan biaya pendidikan bagi anak yatim dan kurang mampu.

c. Dalam prakteknya, program pemberdayan di yayasan ar-rasyid ini tidaklah mudah. Program ini dalam implementasinya menjumpai beberapa hambatan sehingga sukar mencapai hasil sepenuhnya dengan yang diharapkan. Selain faktor penghambat di atas, faktor pendukungnya juga sangat banyak berpengaruh terhadap keberhasilan program. Sikap yang terbuka dari peserta program, Sumber Daya Manusia yang potensial, fasilitas yang memadai.

d. Program Pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid, yaitu Program Sekolah Komunitas Ibu, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Majlis Taklim sudah sangant efektif dan sangat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Karena peserta memang tergolong fakir miskin, sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dalam pengembangan ilmu maupun pengembangan perekonomian atau menningkatkan pemenuhan kesejahteraannya. Serta upaya yayasan dalam memberantas kebodohan sudah tercapai.

e. Pemberdayaan masyarakat yang efektif adalah dengan terlebih dahulu memahami konteks serta kebutuhan masyarakat selaku obyek dakwah, dan dakwah dapat dibuktikan lapangan kerja nyata, atau biasa disebut dengan dakwah bil hal kepada masyarakat.


(59)

B. Saran-saran

Dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa hal yang akan penulis sarankan.

a. Program-program dari yayasan Ar-rasyid untuk selanjutnya harus lebih melebarkan sayapnya ke daerah lain yang sama-sama membutuhkan bantuan-bantuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

b. Untuk bisa mengembangkan dan memberdayakan masyarakat disekitarnya, maka yayasan juga harus berdaya dan dapat memberdayakan dirinya dengna mengaktualisasikannya melalui berbagai kekuatan potensial ynag dimiliki, sehingga dapat merealisasikan program-program kegiatannya.

c. Sarana untuk menunjang berjalannya kegiatan pemberdayaan di yayasan ar-rasyid, seharusnya lebih diperhatikan lagi, karena itu sangat mendukung berjalannya pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid.

d. Mendirikan forum komunikasi sebagai tempat untuk saling bertemu, berdiskusi, serta bertukar informasi dari berbagai pihak yang terkait dengan program kegiatan.

e. Dalam pelaksanaan program-program yayasan Ar-rasyid agar lebih ditata lagi manajemen organisasinya.


(60)

52

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas pengantar Pada Pemikiran dan Praktisi( Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi UI, 2001)

Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Azra, Azyumardi, Berderma Untuk Semua, (Jakarta: TERAJU, 2003) Dault, Adyaksa, Islam Dan Nasionalisme, (Jakarta: YADAUL, 2003)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

Drajat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)

Gaspersz, Vincent, Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: gramedia Pustaka Utama, 1997)

Harahap, Syahrin, Islam: Konsep Dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 1999)

Hasibuan, Melayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mulya Aksara, 2002)

Kartasasmita, Ginandjar, Pembangunan Untuk Rakyat Memadirikan Pertumbuhan Dan Pemerataan, (Jakarta: Cides, 1996)

Kuper, Adam, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada)

Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000)

Mahendrawati, Nanih, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001)

Muhammad Ibn Makram bin Mandzur, Lisan arab (Bairut, Dar Ihya Al-Taurats Al-arab, 1999)


(61)

Muhsin, M.K, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: gema Insani Press, 2004)

Noto Atmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mulya Aksara, 2002)

Rudito Bambang, Akses Peran Serta Mayarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development, (Jakarta: ICDS, 2003)

Singarimbun, Masni, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989) Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2002)

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005)

Suparlan, Pardudu, Kemiskinan Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 1993) Yafie, Alie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren, (Jakarta: Buku


(62)

(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

a. Kegiatan yang dilakukan oleh yayasan Ar-rasyid Sawangan Depok dalam pemberdayaan Kaum dhua’fa adalah kegiatan: Program Sekolah Komunitas Ibu, yang di khususkan pada ibu-ibu miskin yang berada disekitar yayasan, program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditujukan pada anak-anak kaum dhuafa yang tidak dapat bersekolah karena keterbatasan biaya, dan program Majlis Taklim Ar-Rasyid yang bertujuan memberantas buta huruf pada ibu-ibu kaum dhuafa di sekitar yayasan Ar-rasyid.

b. Dalam pelaksanaannya, Program-program pemberdayaan kaum Dhua’fa yaitu: Program Sekolah Komunitas Ibu, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Majlis Taklim Ar-rasyid, dilaksanakan di yayasan Ar-rasyid dengan tutor atau pengajar yang sesuai dengan keahlian di bidangnya. Pemberdayaan ekonomi fakir miskin yang menjadi peserta sasaran program, dilakukan dengan cara memberikan pelatihan keterampilan atau keahlian hidup, yaitu berupa keterampilan. Yayasan Ar-rasyid juga memberikan pembinaan


(2)

dalam bidang keagamaan dan sosail serta penyaluran bantuan konsumtif kepada masyarakat yang lanjut usia, keluarga yang dhua’fa dan biaya pendidikan bagi anak yatim dan kurang mampu.

c. Dalam prakteknya, program pemberdayan di yayasan ar-rasyid ini tidaklah mudah. Program ini dalam implementasinya menjumpai beberapa hambatan sehingga sukar mencapai hasil sepenuhnya dengan yang diharapkan. Selain faktor penghambat di atas, faktor pendukungnya juga sangat banyak berpengaruh terhadap keberhasilan program. Sikap yang terbuka dari peserta program, Sumber Daya Manusia yang potensial, fasilitas yang memadai.

d. Program Pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid, yaitu Program Sekolah Komunitas Ibu, Pendidikan Anak Usia Dini, dan Majlis Taklim sudah sangant efektif dan sangat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Karena peserta memang tergolong fakir miskin, sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dalam pengembangan ilmu maupun pengembangan perekonomian atau menningkatkan pemenuhan kesejahteraannya. Serta upaya yayasan dalam memberantas kebodohan sudah tercapai.

e. Pemberdayaan masyarakat yang efektif adalah dengan terlebih dahulu memahami konteks serta kebutuhan masyarakat selaku obyek dakwah, dan dakwah dapat dibuktikan lapangan kerja nyata, atau biasa disebut dengan dakwah bil hal kepada masyarakat.


(3)

B. Saran-saran

Dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta dari kesimpulan di atas, maka ada beberapa hal yang akan penulis sarankan.

a. Program-program dari yayasan Ar-rasyid untuk selanjutnya harus lebih melebarkan sayapnya ke daerah lain yang sama-sama membutuhkan bantuan-bantuan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

b. Untuk bisa mengembangkan dan memberdayakan masyarakat disekitarnya, maka yayasan juga harus berdaya dan dapat memberdayakan dirinya dengna mengaktualisasikannya melalui berbagai kekuatan potensial ynag dimiliki, sehingga dapat merealisasikan program-program kegiatannya.

c. Sarana untuk menunjang berjalannya kegiatan pemberdayaan di yayasan ar-rasyid, seharusnya lebih diperhatikan lagi, karena itu sangat mendukung berjalannya pemberdayaan di yayasan Ar-rasyid.

d. Mendirikan forum komunikasi sebagai tempat untuk saling bertemu, berdiskusi, serta bertukar informasi dari berbagai pihak yang terkait dengan program kegiatan.

e. Dalam pelaksanaan program-program yayasan Ar-rasyid agar lebih ditata lagi manajemen organisasinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas pengantar Pada Pemikiran dan Praktisi( Jakarta: Lembaga Penerbit fakultas Ekonomi UI, 2001)

Ali, M. Natsir, Dasar-dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Azra, Azyumardi, Berderma Untuk Semua, (Jakarta: TERAJU, 2003) Dault, Adyaksa, Islam Dan Nasionalisme, (Jakarta: YADAUL, 2003)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990)

Drajat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999)

Gaspersz, Vincent, Kualitas Dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: gramedia Pustaka Utama, 1997)

Harahap, Syahrin, Islam: Konsep Dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta, PT. Tiara Wacana, 1999)

Hasibuan, Melayu S.P, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mulya Aksara, 2002)

Kartasasmita, Ginandjar, Pembangunan Untuk Rakyat Memadirikan Pertumbuhan Dan Pemerataan, (Jakarta: Cides, 1996)

Kuper, Adam, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada)

Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000)

Mahendrawati, Nanih, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2001)

Muhammad Ibn Makram bin Mandzur, Lisan arab (Bairut, Dar Ihya Al-Taurats Al-arab, 1999)


(5)

Muhsin, M.K, Menyayangi Dhuafa, (Jakarta: gema Insani Press, 2004)

Noto Atmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mulya Aksara, 2002)

Rudito Bambang, Akses Peran Serta Mayarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development, (Jakarta: ICDS, 2003)

Singarimbun, Masni, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1989) Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2002)

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005)

Suparlan, Pardudu, Kemiskinan Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor, 1993) Yafie, Alie, Islam dan Problematika Kemiskinan Pesantren, (Jakarta: Buku


(6)