Penentuan Ordo VAR Uji Kointegrasi

9 Hipotesis yang diuji adalah: H : = 0 data bersifat tidak stasioner H 1 : 0 data bersifat stasioner Pengujian nilai dilakukan dengan uji-t. Statistik ujinya yaitu: t hit = ˆ ˆ 2.8 dengan ˆ = nilai dugaan ˆ = simpangan baku dari ˆ Jika nilai t hit nilai kritis Mackinnon , maka keputusan yang diambil adalah yang menolak H yang berarti data bersifat stasioner [3]. Pada persamaan 2.7 dapat pula dituliskan dengan: t y = 1 t t y y 2.9

2.2 Penentuan Ordo VAR

Penentuan ordo atau panjang beda kala yang optimal merupakan tahapan yang penting dalam permodelan VAR. Menurut [3] kriteria uji alternatif untuk menentukan panjang beda kala yang sesuai adalah dengan menggunakan statistik Akaike Information Criterion AIC atau Schwartz Bayesian Criterion SBC. Pada Penelitian in penulis menggunakan statistik AIC. AIC = Tlog N 2 2.10 10 dengan: T = Banyaknya pengamatan yang digunakan = Nilai determinan dari matriks ragam peragam sisaan N = Banyaknya parameter yang diduga dalam seluruh persamaan Jika setiap persamaan dalam n peubah VAR mempunyai p beda kala dan sebuah intersep, maka N = n 2 p + n. Model dengan nilai AIC terkecil dipilih sebagai model terbaik dengan beda kala yang cukup baik.

2.3 Uji Kointegrasi

Konsep kointegrasi diperkenalkan oleh Engle dan Granger [3]. Untuk mengembangkan idenya lebih lanjut, Granger mendefinisikan konsep derajat integritasi dari sebuah peubah atau suatu deret waktu. Jika suatu deret waktu bisa dibuat mendekati bentuk pola deret waktu yang stasioner setelah mengalami pembedaan sebanyak d kali, maka deret waktu tersebut dikatakan terintegrasi dengan derajat d, atau Id. Menurut [8] peubah-peubah yang tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama dapat membentuk kombinasi linear yang bersifat stasioner. Definisi kointegrasi dalam [4] adalah sebagai berikut: komponen dari vektor x t dikatakan terkointegrasi pada ordo d, b, dinyatakan dengan x t ~ CId, b, jika: 11 i Seluruh komponen dari x t terintegrasi pada ordo d ii Terdapat vektor ,..., , 2 1 n sehingga kombinasi linear x t terintegrasi pada ordo d-b dimana b 0. Vektor dinamakan vektor integrasi. Adapun metode yang digunakan untuk menguji adanya kointegrasi pada penelitian ini penulis menggunakan uji Johansen. Uji Johansen memodelkan deret-deret yang ada dalam bentuk model VARp kemudian mencari matriks yang dapat digunakan untuk menyusun kombinasi linear yang dapat membentuk deret baru yang mengikuti proses stasioner. Model pada persamaan 2.5 dapat dituliskan sebagai: 1 1 1 1 p i t t i t t e x x x 2.11 dengan: p i i I A 1 p i j i i A 1 Adapun hipotesis yang diuji dalam Johansen adalah: H : r rank H 1 : r rank Statistik uji yang digunakan adalah: n r i i trace T r 1 ˆ 1 ln 2.12 12 dengan: i ˆ = trace ke-i matriks T = banyaknya pengamatan yang digunakan Jika nilai trace r nilai kritis dalam tabel trace dimana keputusan yang diambil adalah menolak H , maka uji dilanjutkan untuk rank = r+1 hingga diperoleh trace nilai kritis trace dengan keputusan menerima H , yang artinya kointegrasi terjadi pada rank r. Model Vector Error Correction Model VECM disusun apabila rank kointegrasi r lebih besar dari nol. Pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum. Model VECM dapat dituliskan dalam model VAR dengan menguraikan nilai pembedaannya.

2.4 Fungsi Respon Impuls