Uji Kestasioneran Penentuan Panjang Lag atau Pemilihan Ordo Uji Kointegritasi

24

4.2 Permodelan Vector Autoregressive Var

4.2.1. Uji Kestasioneran

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR adalah kestasioneran data. Syarat ini mutlak harus dipenuhi dalam VAR, karena apabila syarat ini dilanggar maka akan terjadi spurious regression regresi palsu. Berdasarkan Lampiran 2, dengan melakukan uji Dickey fuller semua peubah menunjukkan perilaku yang tidak stasioner, hal ini dapat diketahui dari nilai mutlak Augmented Dickey-Fuller pada test statistic mutlak critical value atau nilai probabilitas a 5 yang artinya menolak H dengan kata lain data tidak stasioner. Setelah dilakukan pembedaan satu kali terhadap semua peubah, berdasarkan Lampiran 2, dengan melakukan uji Dickey fuller didapatkan perilaku stasioner untuk keempat peubah, hal ini dapat diketahui dari nilai mutlak Augmented Dickey-Fuller pada test statistic mutlak critical value atau nilai probabilitas a 5 yang artinya menerima H dengan kata lain data stasioner.

4.2.2 Penentuan Panjang Lag atau Pemilihan Ordo

Pemilihan ordo pada model VAR dilakukan dengan mengkaji nilai AIC. Ordo model VAR tidak lain adalah pada lag berapa masih terdapat pengaruh yang signifikan dari salah satu variabel series terhadap series yang lainnya. 25 Tabel 4.1 AIC pada lag Lag AIC 10.42627 1 10.41135 2 10.45661 3 10.50933 4 10.55561 5 10.61201 6 10.66437 7 10.70317 8 10.76440 9 10.80316 10 10.86936 Berdasarkan AIC pada Tabel 4.1 terlihat bahwa pada saat 1 p diperoleh nilai AIC terkecil, sehingga model VAR yang digunakan adalah model VAR ordo ke-1 atau VAR1. Model VAR1 untuk empat peubah yaitu pergerakan pesawat, penumpang, bagasi dan kargo dapat dituliskan dengan: t t t y A A y 1 1 4.18 dengan: A = vektor konstanta berukuran 1 4 A 1 = matriks parameter berukuran 4 4 y t = vektor t t t t y y y y . 4 , . 3 , . 2 , . 1 berukuran 12 i t = vektor sisaan berukuran 1 4 26

4.2.3 Uji Kointegritasi

Uji kointegrasi harus dilakukan karena pada data aktual pergerakan pesawat, penumpang, bagasi dan kargo menunjukkan perilaku yang tidak stasioner dalam rataan dan harus dilakukan differencing satu kali untuk menjadikan data stasioner. Uji Johansen digunakan untuk memeriksa ada tidaknya kointegrasi tersebut. Uji Johansen dilakukan untuk mengetahui banyaknya persamaan yang dapat menerangkan seluruh sistem yang ada. Jika nilai trace nilai kritis, maka uji dilanjutkan untuk rank = r+1 hingga diperoleh nilai trace nilai kritis. Statistik uji yang digunakan mengikuti persamaan 2.12 dengan hipotesis yang ingin diuji adalah: H : r rank H 1 : r rank Tabel 4.2 Uji johansen kointegrasi H rank = r H 1 rank r trace Nilai Kritis = 5 121.0497 47.21 1 1 60.71635 29.68 2 2 25.34977 15.41 3 3 2.225958 3.76 Hasil uji Johansen pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hingga r = 3 nilai trace nilai kritis, sehingga model yang digunakan adalah model VECM dengan rank kointegrasi 3. 27

4.2.4 Pendugaan Model